Bab 8

0 0 0
                                    

Bukan, seharusnya Alex tidak bertanya seperti itu. Tapi dia terlalu penasaran bagaimana respon Mavis pada Kavi. "Maaf jika pertanyaan saya tidak pantas tidak perlu kau ja..."

"Entahlah akupun bingung Alex. Sejujurnya perkataan Kavi sebelumnya adalah hal yang aku nantikan dari dulu" Jelas Mavis memotong kalimat Alex yang belum selesai ia ungkapkan.

"Tetapi ketika akumendengarnya bukan ketenangan yang aku dapat melainkan rasa resah yang kian membuncah. Bagaimana kalau aku menerimanya dan dia pergi lagi seperti yang sebelumnya dia lakukan? Bagaimana kalau nantinya aku akan lebih menyayanginya namun ternyata dia tidak seperti sosok yang dulu? Pertanyaan mengganggu itu terus berputar membuat aku sampai sekarang belum bisa menjawab pertanyaan yang ia berikan" Jelas Mavis kembali penuh emosi.

Melihat hal itu Alex yang berada di belakang Mavispun langsung menghampiri dan memeluk Mavis. "Diamlah sebentar seperti ini" Bisik Alex membuat tangis Mavis yang selama ini ia tahan pecah. 

***

Pertanyaan Alex terlalu personal untuk seukuran rekan kerja, pikir Mavis. Tetapi entah bagaimana Mavis malah menjawabnya dan turut larut dengan emosi yang selama ini ia tahan.

Mavis tidak menyesal telah mengungkapkannya. Setidaknya hal itu membuat Mavis sedikit lega. Mavis bukannya jual mahal pada Kavi tetapi terlalu banyak yang Mavis pertimbangkan jika ingin kembali bersama Kavi. Mavis tahu mungkin saja nanti Alex akan cerita pada Kavi seperti sebelumnya. Ia tidak khawatir toh ia juga jarang bertemu dengan Kavi.

"Ini minum dulu" Ucap Alex sambil menyodorkan minuman yang entah ia dapat dari mana.

"Thanks" Jawab Mavis sambil langsung membuka botol tersebut dan meminumnya.

"Maaf ya Alex, sepertinya jadwal bulanan saya sebentar lagi jadi emosi saya sedikit tidak stabil" Ucap Mavis kembali memberi alasan.

"Ya tidak masalah" Jawab Alex sekenanya.

Baik Mavis dan Alex pun terdiam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sampai Alexpun memecah keheningan di antara mereka.

"Mavis kalau sehabis ini saya minta di temani menghabiskan waktu tetapi bukan untuk pekerjaan bagaimana?" Tawar Alex pada Mavis.

"Boleh, aku juga sudah tidak ada agenda apapun selepas ini, apa ada tempat yang ingin kamu tuju Alex?" Ucap Mavis dan Alexpun menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada. Saya tidak kenal Bandung dengan baik jadi saya serahkan sepenuhnya padamu sebagai penunjuk arah" Ucap Alex yang di ikuti tawa Mavis. Alex yang biasanya terkesan kaku kali ini menunjukan sisi yang berbeda dari biasanya membuat Mavis berpikir kalau Alex terlihat menggemaskan.

***

"Hallo, Alex kau sudah sampai mana?" Tanya Kavi setelah menunggu panggilan telfon yang baru Alex jawab.

"Masih di Bandung, kenapa?" Jawab Alex di sebrang sana. Sepertinya dia sedang tidak di jalan, pikir Kavi.

"Berisik banget, kau dimana ini?" Tanya Kavi kembali penasaran.

Bukannya tadi dia bilang ada meeting dengan Mavis? Tapi suara yang terdengar di ujung sana seperti bukan di kantor.

"Ya, tunggu aku kesana ... " Ucap Alex dengan suara jauh, ucapan itu jelas bukan di tujukan untuk Kavi.

"Lagi di Mall, ada hal penting? kalau tidak saya tutup telfonnya saya ada urusan lain" Jelas Alex kembali.

"Tidak ada, kabari saja apabila sudah dalam perjalanan pulang." Ucap Kavi menutup pembicaraan mereka. Aneh, Alex yang selama ini tidak suka keramaian tiba-tiba ada di Mall. Kavi yakin bahwa Alex tidak sendiri, pasti dia bersama dengan seseorang dan kemungkinan besar adalah Mavis, karena Kavi tahu bahwa Alex tidak memiliki teman ataupun keluarga di Bandung.

"Kemungkinan sedang bersama Mavis" Gumam Kavi yang tidak sadar ia ucapkan.

"Siapa Mavis?" Tanya perempuan yang sedari tadi mencuri dengar percakapan antara Kavi dan Alex. Perempuan dengan stelan khas wanita karir, yang ada di hadapan Kavi saat ini.

"Ah tidak, lupakan. Alex masih ada di Bandung dan belum tahu sampai di Jakarta kapan. Kamu masih mau menunggu disini atau mau balik bareng gue?" Tanya Kavi pada perempuan tersebut.

"Benarkah? Ya sudah kalau begitu gue bareng lo aja Kav, kalau dia masih belum tahu sampai sini jam berapanya. Bisa mati bosan gue kalau diam di sini meski sambil nungguin dia yang tidak jelas" Ucap perempuan tersebut.

"Oke kalau gitu, yuk siap-siap. Gue pengen cepet pulang nih udah pusing seharian kerja" Ucap Kavi sambil bangkit dari kursi dan berjalanan kearah pintu. Perempuan itupun mengekor dari belakang.

Tidak ada pembicaraan yang terjadi di antara keduanya. Sampai di mobilpun mereka masih sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kavi yang memikirkan Mavis dan Nara yang memikirkan Alex.

"Oh ya Nara, gimana hubunganmu sekarang dengan Alex?" Tanya Kavi tiba-tiba.

Kavi tahu bahwa Nara sang sepupu adalah orang yang sedang dekat dengan Alex. Alex dan Nara mulai saling mengenal ketika Alex bergabung di Alfakids cabang Bali. Nara yang saat itu merupakan seorang auditor internal beberapa kali harus berhubungan dengan Alex untuk membahas masalah pekerjaan.

Seiring waktu yang Kavi tahu mereka berduapun akhirnya menjadi dekat. Kavi tidak terlalu mengetahui bagaimana dengan status hubungan keduanya apakah sudah berpacaran ataukah masih berteman. Namun yang jelas menurut Kavi, baik Alex dan Nara berhubungan sangat baik. Satu hal yang Kavi yakini Nara tertarik dengan Alex karena menurutnya Alex sangat mendekati tipe laki-laki idealnya.

"Kepo lo" Jawab Nara asal.

"Ye gue turunin juga lo" Ucap Kavi.

"Hahaha ya gitu deh, yang jelas alasan gue sekarang ada di Jakarta karena Alex. Jadi secepat mungkin gue harus ketemu sama dia" Ucap perempuan itu sambil sesekali tersenyum tak sabar ingin segera bertemu.

Event OrganizerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang