FOUR

412 22 1
                                    

Beberapa Minggu berlalu, jadwal kuliah Reiga semakin padat dan tugasnya ikut membludak. Sedikit kewalahan karena terlalu lama tidak belajar lagi, sekarang ia harus sedikit berlari mengejar ketertinggalannya.

Seperti hari ini, Reiga kembali menyibukkan diri dengan tugas dan makalahnya. Membuatnya sedikit abai dengan kesehatan badannya, telat makan dan lebih banyak merokok buat badannya sedikit lemas. Beruntung ia sudah menyicil tugas itu dari jauh-jauh hari, jadi ia tidak terlalu pusing untuk tugas Minggu depan.

"Gila badan gw kaku semua bjir, kelamaan kaga nge-gym gini nih, dasar tugas nyebelin tiada hari tanpa tugas" Gerutunya sambil merenggangkan badan setelah duduk terlalu lama didepan meja belajarnya.

Mencoba melakukan push up setelah cukup lama tidak berolahraga.

"Coba sepuluh kali dulu deh, nanti kalo udah mulai panas ditambahin" Mengambil posisi yang pas dan mulai menghitung gerakan pust up nya. Tidak ada yang aneh dan merasa tubuhnya masih kuat Reiga mencoba gerakan lain, yaitu sit up.

Tubuhnya menghadap langit-langit kamar dan mulai mengambil nafas untuk gerakan sit up pertama.

"Satu, akhh!" Baru setengah tubuhnya terangkat perutnya terasa kram, membuat Reiga meringkuk dan memegangi perutnya.

"Sshhh, baru satu doang kenapa malah kram. Sial, nyeri banget lagi" Reiga mulai mengatur nafasnya agar perut lebih rileks, ia tidak pernah merasakan perutnya kram sampai seperti ini.

"Huhh, ok, coba bangun pelan-pelan" Gumam Reiga menyemangati dirinya sendiri, dengan perlahan Reiga bangun dari posisi meringkuk dan merangkak kearah kasurnya.

Naik keatas kasur dan merebahkan diri disana, masih dengan memegangi perutnya Reiga mulai menerawang penyebab perutnya tiba-tiba kram.

"Magh gw kambuh? Atau karena lama kaga sit up, tapi masa sampai segininya. Apakah pertanda kalo gw kudu balik nge-gym lagi" Berbagai pertanyaan muncul dibenak Reiga.

Suasana meja makan malam ini seperti biasa, dimana Panji dan Rania saling mengobrol mengenai pekerjaan dan hari yang mereka lalui. Tapi berbeda dengan Reiga yang memilih diam dengan makanan yang belum ia sentuh.

"Dek, kenapa kok engga makan? Masakan ibuk engga enak ya? Apa keasinan?" Tanya Rania melihat anak bungsunya tidak menyentuh sedikitpun makanan didepannya.

"Ah, engga kok buk. Ini enak kok"

"Tau dari mana, itu di piring mu aja masih penuh. Kenapa to dek, ada masalah dikuliah kamu?" Gantian Panji yang menanyai Reiga.

"Engga ada pak, lagi engga enak makan aja. Reiga masuk ke kamar dulu" Pamitnya lalu pergi meninggalkan meja makan.

"Kanapa itu pak, kok kaya aneh si Reiga" Ujar Rania sedikit khawatir.

"Lagi ada masalah mungkin buk, udah biar bapak aja yang ngomong sama Reiga. Ibuk gak perlu khawatir nggeh" Panji berusaha memenangkan sang istri agar tidak terlalu memikirkan Reiga.

Panji mengetuk pintu kamar Reiga, meminta ijin untuk masuk kedalam. Tentu Reiga memberikan ijin untuk sang ayah.

"Ada apa pak?" Tanya Reiga sedikit menoleh kearah ayahnya, ia sedang duduk dikursi sambil mengerjakan tugasnya.

"Gimana kuliah mu, seru gak?" Bapak duduk dipinggir kasur Reihan sambil melihat apa yang sedang dikerjakan sang anak.

"Belum ada yang seru, masih biasa-biasa aja" Jawab Reiga seadanya.

"Gapapa, namanya masih diawal. Coba ikut organisasi kampus biar dapet kawan yang banyak"

"Masih belum minat"

ONE STAND NIGHT {mreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang