TWO

508 25 0
                                    

Cahaya matahari yang menyilaukan mulai mengintip dibalik gorden yang tertutup.

Kedua mata bulat itu mulai terbuka, melihat sekitar untuk memastikan dia ada dimana, kepalanya terasa pening dan tubuhnya terasa remuk.

"Shh, ini dimana? Pala gw kliyengan" Reiga memegang kepalanya agar berhenti berputar, dan berusaha untuk bangun.

Belum sempat duduk dengan tegak, bagian bawahnya terasa nyeri seperti kesetrum.

"Akhh, sial ini kenapa sakit banget" Tubuhnya kembali oleng dan ambruk lagi ke kasur. Dan saat ini dia baru sadar kalau tidak memakai apapun alias telanjang.

"Bajingan, ini kenapa gw bugil cok" Dengan cepat meraih selimut untuk menutupi tubuhnya, otaknya berusaha memutar kembali memori kemarin.

"Udah bangun?" Suara berat itu menyapa indra pendengaran Reiga, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya kearah pria jangkung itu.

"Lo siapa? Kenapa lo ada disini? Ah ralat, kenapa gw ada disini?" Tanyanya sambil memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya.

Sedangkan pria itu hanya diam dan berjalan santai kearah Reiga sambil memegang secangkir teh, dia juga tidak memakai atasan hanya celana bokser untuk menutupi asetnya.

Pikiran Reiga mulai menduga-duga hal yang tidak wajar, dia beringsut mundur saat pria itu duduk disampingnya.

"Kamu lupa ya semalam kita ngapain?"

"Emangnya ngapain?" Tanya Reiga bingung karena otaknya masih berproses.

"Semalam kita–"

Bugh..

Bogem mentah Ade dapatkan saat ingin mendekat kearah Reiga, rahangnya terasa nyeri.

"Bajingan, janck kowe, asu tenan. Dasar setan awas lo gw cincang habis tu kntl lo sialan" Amuk Reiga berusaha memberi bogeman lagi kearah Ade, namun ia berhasil menghindar.

"Hey, tenang. Dengerin saya dulu" Ade berdiri dan menjaga jarak dari Reiga, rahangnya masih sakit.

"Dengerin apa lagi, lo merkosa gw kan!! Ngaku lu!! Sinii!!" Reiga berusaha bangun untuk menggapai tubuh Ade yang berdiri. Sebelum kakinya berdiri dengan tegak, tubuhnya kembali jatuh ke kasur dengan bagian bawahnya yang nyeri.

"Dengerin saya dulu, saya punya penjelasan" Saat melihat Reiga yang menunduk membuat Ade sedikit mendekat.

"Sakit ya?, Saya minta maaf kalau semalam saya kasar karena–"

"Stop! Jelasin semuanya dan jangan bahas hal itu" Sentak Reiga sambil mencengkram kuat bahu Ade yang saat ini ada didepannya.

"Iya, iya, saya jelasin tapi jangan dipotong dulu sebelum saya selesai" Ucapnya menahan perih dipundaknya, kuku Reiga seperti menancap.

"Semalam kamu mabuk, dan meminta tolong saya untuk menuntaskan itu, saya berani bersumpah kalau bukan saya duluan yang menyentuhmu, tapi kamu du–"

"Ok stop! Cukup! Gw inget sekarang" Cengkraman dipundak Ade terlepas, Reiga memegangi kepala yang masih terasa pusing. Memori yang abu-abu itu mulai terlihat jelas, saat awal dia masuk lift sampai berada dibawah kungkungan pria jangkung ini.

"Maaf, saya benar-benar minta maaf, saya akan tanggung jawab apabila terjadi sesuatu"

"Tanggung jawab buat apa? Lo kira gw bakal hamil gitu? Gw bukan cewe kntl" Sentak Reiga didepan wajah Ade sambil menatap marah.

"Saya tau, tapi ini tanggung jawab untuk kesehatan mu" Ade berusaha selembut mungkin untuk menenangkan pria didepannya ini.

"Terserah, gw mau pergi" Dengan perlahan akhirnya Reiga bisa berdiri, dengan memegang erat selimut guna menutupi tubuhnya, ia berusaha melangkah.

ONE STAND NIGHT {mreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang