Ade pun berbalik sambil menggandeng tangan Reiga agar tidak ketinggalan lagi. Tentu pemandangan itu membuat seluruh anggota keluarga yang berada disana terdiam dan bingung.
"Sebelumnya ijin kan saya memperkenalkan calon-" Ujar Ade sambil berdiri menatap seluruh keluarga nya. Namun, dipotong oleh sang ibu yang baru datang dari dapur.
"Loh Reiga, kamu ikut kesini juga?" Sapa Ibu Tri setengah terkejut melihat kedatangan anak rekan kerja Ade.
Reiga hanya diam membisu, dia ingat wanita paruh baya yang menyapanya, tapi dia tidak tau kalau itu ibunya Ade.
"Astaga kenapa kamu engga bilang kalau mau ikut kesini, bagaimana keadaan keluarga mu apakah semua sehat?" Ibu Tri berjalan mendekat lalu memeluk Reiga tanpa menghiraukan tatapan bingung dari para keluarga nya.
"Iya Tante semuanya sehat" Jawab Reiga seadanya, dengan tangannya meremas tangan Ade yang sedang menggenggamnya.
"Bu, tunggu sebentar. Aku ingin mengatakan sesuatu kepada semuanya" Pinta Ade sambil melihat kearah sang ibu.
"Baiklah, silahkan" Ibu Tri pun menyingkir dari hadapan mereka berdua dan ikut bergabung duduk dengan yang lain.
Jantung Reiga berdetak makin cepat, apalagi semua orang yang berada disana menatap penuh kearah ia dan Ade.
"Mohon maaf sebelumnya, saya ingin mengatakan tujuan saya datang kemari bersama Reiga. Kami, saya dan Reiga akan melakukan pernikahan dalam waktu dekat" Ujar Ade yang sukses membuat seluruh anggota disana melongo dan terkejut, termasuk Reiga yang langsung menoleh kearah Ade.
"APA MAKSUD MU ADE!" Suara dari salah satu wanita yang duduk disebelah ibu Tri.
"Tenang lah mbak, kita dengarkan dulu penjelasan ade" Ibu Tri berusaha menenangkan sang kakak, atau istri kedua dari sang suami.
"Apa kamu sudah gila, kamu mau menikah dengan lelaki. Mau ditaruh mana muka keluarga ini!" Murka sang Kakak pertama, anak dari istri pertama.
"Kalo kamu menikah dengan laki-laki, dari mana kamu akan dapat keturunan untuk meneruskan silsilah keluarga ini. Kamu jangan gila Ade!" Bentak sang kakak.
"Tolong dengarkan dulu penjelasan ku, Aku belum selesai" Ujar Ade sambil menahan amarah mendengar ucapan yang dilontarkan keluarganya untuk Reiga.
"Aku menikahi Reiga bukan karna sebab, aku mencintainya dan ingin mengikat dia untuk hidup bersama ku"
"Omong kosong apa itu" Sela sang kakak perempuan, anak dari istri ke dua.
"Dan juga karena, Reiga telah mengandung anak ku" Lanjut Ade tanpa merespon ucapan sang kakak yang menyelanya.
Ucapan Ade seketika membungkam seluruh orang yang berada diruangan itu, termasuk Reiga yang berada disampingnya. Ia menunduk untuk menyembunyikan tangisnya, harga dirinya sudah tidak ada lagi.
"Aku dan Reiga akan tetap melangsungkan pernikahan, entah dengan restu kalian atau tanpa restu dari kalian" Setelah mengucapkan itu Ade membungkuk dan berbalik sambil menarik Reiga untuk ikut bersamanya.
Suara riuh penuh protes dari keluarga nya tidak membuat Ade menoleh dan terus berjalan pergi keluar dari ruangan.
"Lihat kelakuan anak mu Tri, mempermalukan keluarga. Bagaimana ia bisa menikah dan menghamili laki laki" Sentak Ibu Dwi sang istri kedua yang terus berapi-api mengomentari perkataan Ade.
"Tri, coba kau bicara dengan anak mu terlebih dahulu. Apakah ia memang serius dengan ucapannya atau hanya ingin menggertak saja" Titah Ibu Ayu sang istri pertama.
"Baik mbak, aku akan berbicara kepada mereka berdua" Ibu Tri langsung berdiri dan mengikuti Ade yang berjalan keluar.
"Ibu, bagaimana ini, ini sama saja mencoreng nama baik keluarga. Harus kah kita berusaha memisahkan keduanya?" Ujar sang anak pertama kepada Ibu Ayu.
"Jangan terlalu gegabah Tejo, biarkan adik mu memilih jalannya sendiri. Namun jika diperlukan, kita buat pelajaran kecil buat mereka" Ucap ibu Ayu sambil menatap kearah pintu.
Ade dan Reiga masuk kedalam mobil sebelum meninggalkan rumahnya.
"Apakah saya keterlaluan kepada mu?" Tanya Ade sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi Reiga.
"Apa maksud mu?"
"Memaksa mu ikut kesini, dan hanya mendapat perlakuan tidak mengenakkan. Ditambah dengan aku mengatakan kamu mengandung itu sudah seperti menggores hati mu bukan?"
"Ini memang resiko yang harus kita hadapi, aku tidak tersinggung" Lisan dan hati memang tidak pernah sejalan.
"Ade tunggu nak" Kaca jendela diketuk dari luar, menampilkan sang ibu.
"Keluar lah, temui ibu mu" Reiga segera memalingkan wajahnya agar tidak terlihat sedang menangis dihadapan sang ibu mertua.
"Kenapa ibu? Jika ibu datang hanya untuk menentang ku, lebih baik ibu segera masuk"
"Tenanglah Ade, Ibu belum ngomong apa-apa loh. Jangan segera pulang, menginap lah di rumah Ibu untuk malam ini saja. Kasian Reiga ia butuh istirahat" Pinta Ibu Tri sambil melirik kedalam mobil.
"Aku menginap dihotel saja" Tolak Ade.
"Apakah kamu tidak rindu rumah masa kecil mu nak? Menginap lah disana untuk malam ini, ibu tidak akan menggangu" Pintanya sekali lagi untuk menyakinkan Ade.
Karena sang ibu sudah meminta, dengan berat hati Ade akan menuruti nya.
"Baiklah ibu, aku akan bermalam dirumah. Tolong jangan katakan apapun kepada mereka, jika mereka ingin bertanya suruh bertanya langsung kepada ku. Apakah bisa Bu?"
"Iya tentu, percaya kan pada ibu. Segera pulang dan istirahat lah" Ade pun berpamitan kepada sang ibu dengan menyalami dan mencium tangan sang ibu.
"Hati hati ya"
Mobil itu pun berjalan keluar dari pekarangan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE STAND NIGHT {mreg}
Teen FictionKesalahan fatal yang dibuat Reiga membuatnya kehilangan arah. Dan dipertemukan dengan seorang pria yang sama sekali tidak pernah terlintas dibenak Reiga. "Ini salah, engga seharusnya ini hadir dihidup gw" "Tenang, lihat ada saya disini semua akan...