THREE

432 20 0
                                    

Tiga hari selepas kejadian yang tidak mengenakkan itu, yang membuat Reiga seperti orang baru sunat karena tidak bisa berjalan dengan normal.

Sekarang ia sudah berada di parkiran kampusnya, untuk memulai pelajaran awal semester. Untung jadwalnya keluar saat tubuhnya sudah sembuh, jadi ia tak perlu malu karena jalannya yang ngangkang.

"Gw bisa punya temen gak ya?  Dosennya gak kek guru emteka gw kan?" Gumamnya sambil berjalan ke kelas yang akan ia tempati. Saat diawal seperti ini membuatnya sedikit gugup.

Saat tiba diruang kelas, belum banyak yang sampai jadi ia bisa memilih tempat duduk dibelakang. Sampai saat jam pelajaran tiba Reiga memilih diam menyimak apa yang disampaikan dosennya didepan, tanpa memulai memperkenalkan dirinya ke teman sampingnya.

Kelas pun usai, dosen yang mengajar berlalu pergi keluar meninggalkan ruang kelas. Membuat mereka sedikit bernafas lega.

"Hai, boleh kenalan?" Sebuah uluran tangan membuat Reiga mengangkat kepalanya.

"Hm, Reiga" Sapanya dengan senyum kecil.

"Malik, gw kira lu orangnya kaku, ternyata kalo senyum manis juga ya" Mereka berjabat tangan sebentar dan mulai membuka obrolan.

"Manis dari mananya coba" Tawa ringan Reiga membuat suasana diantara mereka menjadi cair.

"Soalnya lu diam aja sih, gw kira lagi nahan berak tadi"

"Anjir sialan lu, btw lu ngeri juga punya tatto sebanyak itu" Ujar Reiga sambil melirik kearah tangan kiri Malik yang penuh ukiran tatto.

"Iya dong, ini hasil karya gw sendiri" Bangganya sambil menggulung  lengan kemejanya.

"Serius, lu bisa buat tatto. Belajar dari mana?"

"Otodidak sih, tapi tenang aja gw udah dapet sertifikat khususnya kok. Gimana? Mau coba, gratis deh buat lu"

"Beneran gratis nih, nanti pas udah selesai malah diteror suruh bayar lagi"

"Lu kira gw rentenir, serius ini. Penawaran gw cuma sekali doang loh"

"Hmm, manarik. Ok deh"

Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan keluar kelas menuju studio tatto milik Malik. Tidak jauh dari lokasi kampus mereka, dan seperti baru dibuka karena barangnya terlihat masih fresh.

_______

"Dari mana aja dek, kok jam segini baru balik?" Tanya Rania melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore.

"Tadi pergi sama temen buk"

"Eh, udah dapet temen aja kamu. Cewe bukan? Kenalin lah ke ibu mu ini"

"Ibuk mah cewe mulu, udah ya aku mau mandi dulu"

"Yaudah sana mandi terus makan, udah ibu siapin"

Reiga menjatuhkan dirinya keatas kasur, membuka hpnya dan melihat hasil foto yang Malik jepret saat selesai membuat tatto ditubuhnya.

Siklus bulan menjadi pilihannya saat tidak ada ide lain yang terlintas di otaknya, menggambarnya di pundak biar kalo ngelihat gak perlu muter-muter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Siklus bulan menjadi pilihannya saat tidak ada ide lain yang terlintas di otaknya, menggambarnya di pundak biar kalo ngelihat gak perlu muter-muter.

"Jago juga si Malik bikin gambarnya, kira-kira butuh berapa lama dia belajar beginian" Berjalan kearah kaca dan menurunkan baju di bagian pundak sebelah kanan.

Kulitnya masih memerah dan belum sepenuhnya kering, kata Malik akan terasa gatal beberapa hari kedepan. Tapi sejauh ini Reiga sangat suka dengan hasil karya Malik, sepertinya ia bisa berteman baik dengannya.

"Harus sembunyi dari ibuk sama bapak ini, kalo sampai tau bisa habis gw" Segera ia tutup kembali pundaknya.

Malamnya Reiga ijin keluar untuk pergi mengopi dengan temannya, kedua orangtuanya pun tidak mempermasalahkan karena Reiga sudah sering keluar malam.

Reiga sudah sampai ditempat Cafe yang sedang hits dikalangan anak muda sepertinya, baru sampai diparkiran saja sudah di sambut motor-motor yang sudah dimodif khas anak muda.

Saat masuk didalam ia sudah melihat keberadaan Malik yang melambai kearahnya. Setelah pesan minuman dengan segera ia menuju tempat Malik berada.

"Udah nunggu lama bro?" Sambil tos ala cowo.

"Baru kok gw, duduk dulu"

"Gw kira studio lu buka sampai malem" Reiga memulai percakapan ringan dengan Malik.

"Kalo sampe malam kapan gw healing nya"

"Emang kalo malam lu sering healing kemana?"

"Nongkrong kaya gini sih, cuma kalo lagi ada duit ya ke club atau gak karaoke an" Ujarnya dengan nampang songong.

"Lu sering ke club?" Tanya Reiga sedikit terkejut tapi berusaha biasa saja.

"Gak sering juga, kan gw bilangnya kalo ada duit aja"

"Siapa tau aja, kan sekarang trend nya gitu"

"Berarti lu sering dong ke club, anak orkay masa gak pernah masuk sih. Jangan-jangan lu udah member tetap ya, makannya nanya gw. Haduh, gw belum ada duit kalo jadi member tetap"

"Tapi gw gak pernah kesana sih" Ujar Reiga sambil menggaruk tengkuknya.

"Halah, bohong banget ini mah" lirik Malik menatap tak percaya kearah Reiga.

"Serius anjir, ngapain gw bohong coba"

"Lu beneran udah legal kan?"

"Emang muka gw, masih kek bocah SMP?" Tanya Reiga sambil sedikit memajukan mukanya.

"Masih cocok sih kalo jadi murid SMA" Malik ikut memajukan mukanya di depan Reiga, mereka seperti sedang adu tatapan mata.

"Cih, tapi muka lu juga cocok sih" Desis Reiga lalu memundurkan mukanya.

"Masih cocok jadi anak SMA kan?" Malik memainkan alisnya dengan ekspresi songong.

"Cocok jadi pak satpam nya" Tawa lepas Reiga melihat ekspresi muka Malik yang langsung masam.

Tanpa aba-aba Malik bangun dan langsung memiting leher Reiga hingga sang empu meminta ampun, tenaga Malik tidak bisa diragukan bahkan Reiga aja kalah.

Semakin larut, obrolan mereka semakin seru. Sampai harus diusir pegawai cafe karena tidak mau pulang padahal sudah waktunya tutup. Bahkan setalah diusir mereka lanjut ngobrol di angkringan pinggir jalan, untungnya disana sedikit rame dengan pelanggan yang didominasi para anak muda dan bapak-bapak.

Sampai tak terasa sudah masuk tengah malam, tepatnya jam satu dini hari keduanya baru sadar sudah nongkrong sangat lama. Membayar gorengan dan kopi yang dipesannya, keduanya berpisah ditengah jalan karena arah rumah yang berbeda.

Saat sampai dirumah ternyata, bapak dan ibunya sudah tidur dan untungnya dia membawa kunci cadangan. Dengan mengendap-endap Reiga memasuki motornya dan berlari masuk kedalam kamar sebelum ketauan oleh bapaknya.

"Untung selamat, semoga aja bapak sama ibu gak sadar kalo gw baru balik jam segini. Tapi seru juga nongkrong sama Malik, gak nyangka orangnya bisa se chill itu" Karena sudah larut, Reiga bersiap tidur karena besok ada jadwal kuliah.

Saat merebahkan dirinya dikasur, ia merasakan perutnya yang menjadi sedikit nyeri dibagian bawah. Tak mau ambil pusing Reiga memilih mengabaikan rasa sakit itu dan bersiap untuk tidur.

-TBC

ONE STAND NIGHT {mreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang