EIGHT

38 2 0
                                    

Hari yang telah ditentukan pun tiba, hari ini Ade akan membawa Reiga menemui keluarga besarnya di Solo.

Sejak kemarin Reiga sudah mempersiapkan apa saja yang akan dibawanya saat pergi kerumah sang calon suami. Walau ia terlihat biasa saja namun siapa yang tau isi hati dan pikiran terdalam Reiga.

Sambil kembali mengecek barang bawaan nya, Reiga memasukan semua barang tersebut kedalam kopernya dan koper milik Ade.

"Berangkatnya sore kan?" Tanya Reiga kepada Ade yang duduk disebelahnya.

"Iyaa, biar gak panas dan gak macet. Mungkin sampe sana malem, gak masalahkan?" Ade memastikan kembali kepada Reiga, takutnya ia berubah pikiran dan tidak jadi.

"Iya gw mah ngikut aja"

Mereka berencana untuk menginap disana sekita empat hari, untuk itu mereka membawa koper dan baju ganti yang lumayan banyak.

"Mau saya bantu?" Ade menawarkan diri untuk membantu Reiga.

"Gak usah" Tolak Reiga mentah mentah.

"Nanti kamu capek, biar saya bantu ya?"

"Udah lu diem aja deh, kemarin lu bantu packing bukannya beres tapi malah nambah kerjaan"

"Itu kopernya yang kekecilan"

"Koper diem aja disalahin. Terus gimana kalo lu ada perjalanan dinas jauh kalo gak bisa packing baju?" Tanya Reiga sambil menghadap penuh kearah Ade.

"Saya minta bantuan assisten pribadi saya"

"Cewe cowo?"

"Cewe, Elma namanya"

"Ohh, berarti kemarin yang packing dia juga?"

"Iya, tapi sekarang kan sudah ada kamu"

"Ogah banget, suruh aja tuh si Elma ngapain jadi gw"

"Kan kamu istri saya" Ade memeluk Reiga dari belakang, agar sang empu tidak jadi marah.

"Istri? Sah aja belum. Lepas deh gerah ini gw" Reiga berusaha melepaskan pelukan Ade yang seperti lintah yang menempel itu.

"Ini ac nya udah yang paling dingin loh, masa gerah sih"

"Iya gerah soal nya lu peluknya kekencangan bodo"

"Mulutnya gak boleh ngomong kasar gitu ya, nanti dede nya denger" Tegur Ade sambil menepuk pelan mulut Reiga.

"Orang dede nya masih jadi buntalan darah, mana bisa denger" Gumam Reiga sambil matanya menatap sinis Ade.

Pertikaian itu tidak akan usai jika Pritta tidak masuk guna memberikan sepiring buah buahan yang sudah di potong oleh Rania.

"Mau sampe kapan itu packing selesai kalo ditinggal mesra mesraan?" Ujar Pritta sambil berkacak pinggang di depan pintu.

"Siapa juga yang mesra mesraan" Reiga mendorong tubuh Ade menjauh darinya dan kembali memasukan barangnya yang sempat tertunda.

"Hmm dasar anak muda. Nih makan buah dulu biar gw bantu packing nya" Piring itu akhirnya berpindah tangan ke Reiga dan membiarkan barang nya dikemas oleh sang kakak.

"Karena udah ada mbak Pritta yang bantu, saya ke kedepan dulu ya mau ngobrol sama bapak" Pamit Ade kepada Reiga.

"Hmm iyaa" Balas Reiga sambil mengunyah buah.

Seperginya Ade, Pritta mencolek paha sang adik sambil memasang wajah mencurigakan.

"Rei, gimana rasanya ditusuk? Sakit apa enak? Barangnya bagus gak? Beri testimoni mu cepetan" Ucapan Pritta yang tidak disaring itu membuat Reiga tersedak.

"Kalo ngomong disaring dulu bisa gak?"

"Barangnya bagus gak?" Ucap Pritta sambil memegang saringan didepan mulutnya.

Reiga terdiam, sejak kapan dikamar nya ada saringan.

Pada sore harinya, Reiga dan Ade berangkat menuju solo, setelah berpamitan kepada keluarga Reiga mereka menempuh perjalan yang tidak terlalu panjang.

Suasana didalam mobil pun tidak berbeda jauh dengan biasanya, saling diam tidak ada pembicaraan.

"Nanti kalo pegel pindah belakang aja" Ucap Ade sambil melirik Reiga yang asik makan kripik pembekalan sang ibu.

"Aman, gw masih kuat kalo perjalanan gini doang mah" Dengan pedenya Reiga menjawab.

"Iyaa saya tau kamu kuat, cuma takutnya nanti kamu kecapean karena kelamaan duduk"

"Udah aman aja, lu fokus ke jalanan didepan" Suruh Reiga sambil terus memakan cemilan nya.

Sampai ditengah perjalanan cemilan Reiga sudah habis, dia terlalu malas untuk memutar badan dan mengambil lagi stok cemilan yang ia bawa. Membuatnya hanya diam melihat lampu jalanan yang sudah menyala.

"Mau mampir makan dulu?" Tanya Ade sambil menatap wajah Reiga sekilas.

"Engga pengen makan, nanti aja dulu" Tolak Reiga.

"Beneran?"

"Benerr, atau lu yang kelaparan? Lu tadi belum makan ya" Todong Reiga sambil menghadap penuh kearah Ade.

"Sudah, makan makanan sisa mu tadi"

"Tapi kan itu tinggal dikit, mana kenyang"

"Sudah tau tinggal dikit kenapa tidak dihabiskan?" Tanya balik Ade dengan nada sedikit tegas.

"Yaa, karena gw udah kenyang. Gw juga gak nyuruh lu habisin makanan gw tuh" Sungut Reiga sambil bersedekap dada.

"Yasudah tapi lain kali dihabiskan ya makanannya, tidak baik mubasir makanan" Tegur Ade sambil mengusap kepala Reiga.

Dan hanya dibalas deheman olehnya.

"Kalo saya boleh minta, tolong jangan gunakan kata lu-gw pas sampe rumah ya"

"Terus? aku kamu gituu?"

"Tentu, dan panggil aku Mas Ade seperti kemarin"

"Gak biasa gw ngomong gitu, apalagi manggil lu mas. Lu tuh lebih cocok dipanggil Om" Reiga cekikikan sendiri dengan ucapannya.

"Tapi sekarang saya menjadi suami mu bukan om mu, Rei" Ade cukup menghela nafas mendengar cekikikan Reiga yang tak kunjung usai.

"Ok, ok, gw- maksud nya aku biasa in ya Mas Ade" Dengan suara yang mendayu saat memanggil Ade dengan sebutan mas, membuat Reiga tidak bisa menahan tawanya.

"Coba ulangi sekali lagi"

"Ulangi apa?" Seketika tawa Reiga berhenti.

"Coba ulangi panggilan kamu kesaya tadi"

"Mas Ade~" Reiga menutup mulutnya agar tidak menyemburkan tawa.

Disatu sisi Ade berusaha menahan degupan kencang dari jantungnya.

"Sekali lagi Dek coba"

"Mas Ade apasih"

"Boleh saya cium kamu sekarang juga" Pas sekali mobil mereka berhenti di lampu merah yang lumayan panjang antriannya.

"Ngaco, jangan gila deh" Tolak Reiga sambil menjauh dirinya.

"Kamu yang buat saya gila" Tubuh Ade mulai mendekat kearah Reiga.

"Gak, nanti diliat orang gimana coba"

"Tidak akan, mereka tidak akan bisa melihat kita dari luar. Mendekat lah"

Mendengar suara Ade yang berat membuat seluruh tubuh Reiga meremang, seperti kembali mengingat kejadian mereka yang lalu.

"Tiidakk, toloongg"

-TBC-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE STAND NIGHT {mreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang