SEVEN

428 22 2
                                    

Keadaan Reiga semakin membaik, mual yang sering dialaminya sudah berkurang walau masih mengalami morning sickness. Itu semua berkat vitamin dan obat yang telah diresepkan oleh sang bidan.

Dan hubungannya dengan Ade pun tidak berjalan jauh, keduanya masih terlalu malu untuk berinteraksi, lebih tepatnya hanya Reiga. Komunikasi mereka hanya sebatas berbalas chat biasa, karena Ade sedang dinas diluar kota membuat mereka harus berhubungan jarah jauh.

Mungkin dengan tumbuhnya janin didalam perutnya, membuat Reiga menjadi sering dirumah. Jarang nongkrong atau pergi bersama teman-temannya, seperti sekarang ia sedang rebahan sambil nonton tv ditemani sang kakak.

"Jangan rebahan mulu, gak baik buat tubuh lu sama debay nya" Ujar Pritta sambil menaruh semangkok popcorn yang baru ia panaskan.

"Baru juga rebahan sebentar, udah sewot aja"

"Dih, dibilangin juga"

"Iya, iyaa, nanti jogging" Kesal Reiga sambil mendengus.

"Jogging cuma buat ngejar kang cilok, liat tuh paha lu udah kek paha ayam kaepci" Tunjuk Pritta kearah paha Reiga yang terekspos tidak tertutup celana.

"Paha ayam kaepci banyak yang suka tuh" Reiga mengejek Pritta sambil menjulurkan lidahnya.

"Ni anak ngejawab mulu kalo dibilang" Pritta melempar bantal sofa kearah Reiga yang berhasil dihindarinya, Reiga berlari masuk ke kamarnya untuk menghindari amukan Pritta yang sudah seperti banteng.

"Larii banteng nya ngamuk" Gelak tawa Reiga saat sudah sampai dikamarnya.

"Awas aja lu, gw seruduk mampus" Teriak Pritta sambil menunjuk kearah pintu kamar Reiga.

Didalam kamar Reiga masih cekikikan mengingat kakaknya yang mengamuk, ia kembali merebahkan dirinya diatas kasur dan membuka hpnya. Ternyata tidak ada notif apapun di hpnya, kosong.

"Buset, gw kira pas gak megang hp bakal banyak yang nge chat taunya blas" Gerutu Reiga lalu kembali menjatuhkan hpnya kesisi kasur.

"Si Ade masih lama gak ya kerjanya?" Tiba-tiba saja Reiga mengingat Ade, padahal kalau dichat balesnya ogah-ogahan.

"Udah seminggu lebih tu orang pergi keluar kota, jangan-jangan ketemu sama gebetannya lagi. Wah, kalo beneran dia selingkuh nih, awas aja gw sunat sampe ke pangkal tuh" Reiga terus menggerutu memikirkan hal-hal negatif tentang Ade yang belum kunjung pulang. Ada di anggurin, gak ada dicariin, terserah pakmil aja deh.

Karena kesal dengan pemikirannya sendiri, membuat Reiga menjadi lelah dan ketiduran. Ia tertidur dari siang sampai menjelang petang, tidak ada yang membangunkannya.

"Hooamm.. jam berapa?" Masih setengah sadar Reiga merenggangkan tubuhnya dan meraba-raba kasur sampingnya mencari hp.

Dilayar hp tertera pukul 17.45, masih enggan untuk bangun Reiga kembali meringkuk menatap jendela yang menampilkan langit senja. Terlihat cantik namun sekejap.

"Baru pulang kok sudah mampir sini, gak capek to?" Sayup-sayup Reiga mendengar sang ayah berbicara dengan seseorang. Tapi ia tetap acuh dan terus menatap senja yang hampir menghilang.

Pintu kamarnya terbuka, lalu tertutup. Ia pikir mungkin ibunya atau kakak nya yang datang membangun kannya.

"Masih tidur?" Suara berat mengalun persis di telinganya.

Sontak membuat Reiga menoleh dan mendapati wajah tampan Ade yang terlihat lelah namun tetap cerah.

"Kenapa? Ada yang salah dengan wajah saya?" Tanya Ade karena Reiga terus menatapnya tanpa sepatah katapun, masih dengan ekspresi terkejutnya.

ONE STAND NIGHT {mreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang