NINE

342 22 3
                                    

Perjalanan mereka menuju Solo pun selesai, akhirnya mereka sampai di kediaman keluarga Ade yang terlihat megah namun sepi.

Sesampainya didalam ke duanya disambut dengan bangunan yang khas Jawa dengan bangunan depan yang luas dan tinggi atau biasa di sebut Joglo.

Karena mereka sampainya malam, semua lampu disana sudah menyala dengan gemerlap menyambut kedatangan calon pengantin baru.

"Ini beneran rumah lu?" Tanya Reiga yang sedikit takjub dengan bangunan rumah Ade.

"Bukan ini rumah keluarga saya"

"Emang gak bakal jadi rumah lu apa?" Tanya Reiga bingung.

"Tidak, yang akan memiliki rumah ini adalah kakak saya. Sudah ayo turun, ibu sudah menunggu didalam" Ujar Ade sambil melepas seat belt nya, dan juga milik Reiga.

Reiga masih diam ditempat mencerna ucapan Ade barusan.

"kakak? maksudnya lu bukan anak tunggal? terus gw bakal punya kakak ipar gitu?" Ucap Reiga dengan nada syok.

"Saya memang anak tunggal, tapi dari istri ke tiga, jadi saya memiliki kakak dari istri ke dua dan satu"

"HAHHH??!!" Reiga sangat terkejut mendengar fakta yang baru dia dengar. Kenapa selama ini ayahnya tidak pernah memberitahu fakta mencengangkan ini.

Keduanya pun masuk kedalam bangunan yang berada di tengah, yang diapit oleh bangunan lain disebelah kanan kiri nya. Ketika masuk kedalam mata Reiga sudah dimanjakan dengan ukiran kayu dan lukisan besar yang menempel di dinding.
Seperti masuk ke dalam istana Keraton, yang khas dengan lampu gantung nya.

"Ade, gw takut"

"Mas Ade, aku takut" Ucapan Reiga langsung dibenarkan oleh Ade dengan nada dataranya.

Dibelakang punggung Ade, Reiga langsung mencabik kan bibirnya sambil meragakan ingin memukul.

Ketika mereka sampai di depan pintu, Ade berhenti dan mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Kulo nuwun" Ucap Ade diambang pintu.

"Monggo" Jawab semua orang yang berada didalam ruangan tersebut. Ruangan yang sangat luas dengan kursi dan meja.

"Biyohh, Tole bagus wes teko"
(aduh, anak ganteng sudah sampai)

"Enggeh ibu, kulo sampun dhugi"
(Iya ibu, saya sudah sampai) Jawab Ade lalu dia berjalan masuk ingin menyalami semua anggota keluarga yang ada disana.

Dibelakang Reiga hanya diam mematung seperti anak ilang, ia bingung harus bilang apa. Apakah harus mengikuti Ade atau mengucap salam terlebih dahulu.

"Ade, iku sopo?"
(Ade, itu siapa) Tanya salah satu wanita yang sudah cukup berumur sambil menatap kearah Reiga yang terdiam.

Seketika Ade teringat tengah membawa anak orang, biasanya ketika pulang dia langsung menyalami semua anggota keluarga nya dan berlalu pergi. Namun sekarang ia ada niatan lain yang harus di laksanakan.

"Rei, kemarilah kenapa kamu diam disitu" Ade kembali berjalan keambang pintu menghampiri Reiga.

"Anjeng lu, kenapa lu tinggalin gw kocak" Bisik Reiga sambil mencubit perut Ade dari depan.

"maaf, saya kira kamu ikut dibelakang ku" Balas Ade sambil berbisik juga.

"Yakali gw ngintilin lu, malu lah njir. Terus ini gw harus gimana" Desak Reiga masih dengan berbisik.

"Ikuti saya, dan jawab seperlunya saja. Mengerti" Ujar Ade sambil mengelus lengan Reiga berusaha menenangkan.

"Sopo kui Ade, kok ora diajak mlebu"
(siapa itu Ade, kenapa tidak diajak masuk)

"Nggeh buk, sekedap"
(Iya ibu, sebentar)

"Ingat gunakan kata aku-kamu kalo tidak bisa pakai bahasa Jawa" Perintah dari Ade, dan Reiga mengangguk sebagai balasan.

Panggung mereka akan dimulai sekarang....


















maaf kalau bahasa Jawa nya kurang kentel. Mohon dikoreksi jika ada kesalahan eja atau kata.

ONE STAND NIGHT {mreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang