Keesokan paginya Ade kembali mendatangi kediaman Reiga, niat hati ingin mengajak berangkat bersama, namun tujuan itu gagal total.
Rania memberi tahu kalau semalam tubuh Reiga kembali panas sambil mengeluh perutnya sakit dan kram, tapi tetap kekeuh tidak mau dibawa ke rumah sakit atau ke bidan. Kabar itu tentu membuat Ade kembali khawatir, masuk kedalam kamar melihat sang empu masih tidur terlelap dengan keadaan meringkuk.
"Rei.." Suara lembut dan usapan di rambutnya membuat Reiga terusik dan membuka matanya.
"Humm.." Hanya deheman yang Reiga keluarkan sambil mengerjapkan matanya.
"Ke puskesmas ya, tidak perlu antri lama" Ade menata rambut Reiga yang menutupi matanya.
"Belum buka" Reiga merenggangkan tubuhnya dan membenarkan selimutnya.
"Sudah, saya sudah membuat janji dengan bidannya. Perlu saya gendong ke kamar mandi?"
"Maww" Dengan tangan yang diangkat guna memudahkan Ade untuk menggendongnya.
Ade segera mengangkat tubuh itu dan membenarkan baju Reiga yang sedikit tersingkap, berjalan kearah kamar mandi dan mendudukkan Reiga diatas wastafel lalu mengambil handuk untuk dibasahi dan diusapkan ke wajah Reiga, menyikat giginya dan berkumur semua dilakukan oleh Ade. Reiga hanya menerima dan membuka mulutnya.
Setelah selesai Ade menggendong tubuh Reiga berjalan keluar dan melewati ruang makan dimana ayah dan ibuk Reiga sedang sarapan. Tanpa mengurangi rasa hormat Ade berhenti lalu berpamitan kepada mereka.
Reiga mengusak wajahnya didada bidang Ade, menghirup aroma coffee yang fresh dari baju yang Ade pakai atau itu dari aroma tubuh Ade, entahlah Reiga tak mau ambil pusing dan terus menghirup aroma yang menjadi candu baginya.
"Lepas dulu, biar saya bisa mengemudi" Ade menurunkan Reiga dikursi samping kemudi.
"Emang gak bisa kalo ngemudi sambil pangku gw?" Pertanyaan itu keluar saja dari mulut Reiga tanpa berfikir.
Ade pun tanpa berfikir kembali menggendong Reiga dan memutari mobil untuk masuk kedalam kemudi, memundurkan kursi agar tubuh Reiga tidak terhimpit lalu menjalankan mobil tanpa kesulitan.
Reiga yang sebenarnya bercanda dan tidak berfikir kalau Ade bakal menuruti perkataannya, ingin memberontak tapi posisi ini terlalu nyaman untuk ditinggalkan, terpaksa Reiga menurut sambil kembali menghirup aroma tubuh Ade yang menjadi penenang.
Sesampainya di puskesmas Ade dan Reiga langsung masuk kedalam ruangan bidan yang sudah menunggu mereka. Disana Reiga menjelaskan semua apa yang ia rasakan beberapa minggu terakhir, seperti sering mual muntah, demam, perut yang sering kram dan punggungnya yang terasa nyeri, semua ia keluarkan didepan bidan yang mencatat semua keluhan Reiga.
Tidak yakin dengan pikirannya, Bu bidan menyuruh Reiga tes dan melakukan USG agar dapat mendiagnosa penyakit yang dialami Reiga. Ade dan Reiga setuju dan mengikuti semua prosedur yang dikatakan bu bidan. Saat Reiga ditangani oleh bidan, Ade menunggu diluar sambil berdoa agar hasilnya baik.
Menunggu beberapa menit akhirnya hasil tes itupun keluar, keduanya kembali berhadapan dengan bu bidan untuk mendengar penjelasannya.
"Sebelumnya saya ucapkan selamat, Dek Reiga kamu hamil empat minggu. saya pribadi sangat terkejut dengan apa yang saya lihat, namun itu memang terjadi. Tolong dijaga kesehatannya, kurangi rokok dan begadang. Hamil usia muda apalagi seorang pria, rentan mengalami keguguran" Bidan tersebut menyodorkan bukti tes dan hasil USG didepan Ade dan Reiga lalu mengambil obat pereda mual dan vitamin.
Sedangkan Ade dan Reiga diam membisu, Ade melirik kearah Reiga sambil menggenggam tangannya, berusaha menguatkan Reiga yang saat ini diam dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE STAND NIGHT {mreg}
Teen FictionKesalahan fatal yang dibuat Reiga membuatnya kehilangan arah. Dan dipertemukan dengan seorang pria yang sama sekali tidak pernah terlintas dibenak Reiga. "Ini salah, engga seharusnya ini hadir dihidup gw" "Tenang, lihat ada saya disini semua akan...