Kali ini terasa berbeda, James pulang lebih awal dari kantornya. Ia berjalan ke supermarket dan membeli sayuran serta daging untuk memasak makanan kesukaan Boss. James ingin membicarakan hal serius padanya.
Begitu menginjakkan kaki di dalam apartemen mereka berdua, ia bisa merasakan kehangatan Boss di setiap titik ruangan. Tawa dan canda mereka terasa terdengar di dalam telinga James. Sudah beragam musim yang mereka lewati berdua. Sudah beragam amarah yang mereka redam bersama. Sudah beragam tangisan yang mereka hentikan bersama.
Namun malam ini James berusaha mengakhirinya.
Kenangan-kenangan itu memang memiliki tempat terpenting di hati James, namun sejujurnya ia lelah melewati segalanya dengan hal yang sama bertahun-tahun. Rencana masa depan pernikahan mereka yang tak kunjung terwujud. Karir James yang stuck di tempat yang sama begitupun juga tidak ada perkembangan dari band milik Boss.
Keduanya bersama dari nol dan tetap nol.
Tawaran Net tadi pagi mengenyuhkan pikiran James, entah apa yang membuatnya menjadi lebih berharap akan satu hal.
Ia akan terlepas dari kesengsaraan yang ia jalani selama bertahun-tahun.
Ia berharap masa remajanya yang dulu saat bersama Net akan kembali.
Ia lelah menjalani hidupnya sendiri apalagi harus melewatinya dengan Boss. Lelah dengan segala ketidak pastian yang James jalani selama ini. Usianya sudah melewati angka tiga puluh namun tidak ada yang bisa ia harapkan dalam hidupnya sendiri.
Suara seseorang menekan pin apartemen mereka pun membuyarkan lamunan James. Tanpa sadar ia telah membuat beragam masakan kesukaan Boss, mulai dari Som Tum, Tom kha gai dan hingga Gaeng daeng.
"Kau memasak?" Boss tersenyum sambil melihat banyak makanan yang tersaji di atas meja makan kami yang mungil. James mengangguk lalu mengambilkan segelas air dingin untuk Boss yang langsung duduk dan bersiap melahap seluruh makanan itu.
"Aku merasa kita benar-benar memiliki telepati yang kuat," ungkap Boss lalu menyicipi Som Tum yang masih hangat tersebut.
"Ini adalah masakan terakhirku untukmu....,"
"Aku mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah majalah...,"
James dan Boss mengatakannya secara bersamaan.
Boss tertegun dan mencoba mencerna apa yang James katakan,
"Apa maksudmu terakhir?"
"Phi mendapatkan pekerjaan itu? Selamat," jawab James senang mendengar pernyataan Boss.
"Tidak. Apa maksudmu tadi? Masakan terakhir?" sela Boss dengan wajah risau.
James menghela nafas, ia mencoba sebaik mungkin mengatur setiap kata yang akan meluncur dari bibir mungilnya. Hingga beberapa detik waktu berlalu barulah James membuka suara.
"Mari kita berpisah...,"
Boss mengerutkan kening. Ia diam dan menaruh sendok yang sejak tadi ia genggam.
"Anggap saja aku tidak mendengar perkataanmu barusan,"
"Kali ini aku serius Phi,"
"Ini bukan sekali atau dua kali kau mengatakan hal ini. Kau selalu begini di saat kau lelah dengan masalah kantor atau masalah keluargamu. Atau bahkan ketika kita dilanda masalah keuangan, kau akan mengatakan ingin putus dan melampiaskan amarahmu kepadaku,"
James menunduk mendengar perkataan tersebut. Boss benar. Ia selalu mengatakan hal ini ketika melewati hal tersebut. James telah melewati fase terlelah dalam hidupnya saat menjalani harinya bersama dengan Boss.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST AND FOUND - NetJames
FanficJames yang sedang melewati quarter-life crisis harus menerima kenyataan bahwa hidupnya tak seindah orang lain. Di usianya yang tiga puluhan, ia harus menemui kembali masa lalu indah yang selama ini telah terkubur dalam-dalam. Apakah James akan menco...