Bzzzzxxttttt
Plak! Plak!
"Papa!!!... Ahhh....!!! Perih.... Hngg!"
Rengekan terus-menerus Naruto suarakan namun Fugaku tak pernah berhenti menyiksanya. Kedua tangannya diikat seutas kain yang dikaitkan ke kepala ranjang. Begitupun dengan kedua kakinya yang sama terikat dengan posisi mengangkang.
Sebuah dildo berukuran besar bersarang di lubang Naruto yang dipaksa melebar. Getaran kuat dildo itu terdengar diseluruh penjuru ruangan. Tak mengindahkan rengekan anak bungsunya, Fugaku terus memainkan dildo di lubang Naruto sambil sesekali menampar bongkah pantat yang kenyal dan berisi milik Naruto.
"Huhuhu....papa!!! Sakit paaaa!!!"
Naruto sudah tak tahan lagi. Hampir satu jam Fugaku menyiksanya seperti ini. Tangannya terasa lecet akibat gesekan kain di kulitnya. Kakinya juga mulai terasa kebas karena tak bisa digerakkan. Sementara itu lubangnya terasa semakin panas. Naruto ingin segera mengakhiri semuanya namun Fugaku tak kunjung menyentuhnya.
"Kalau kau mau ini segera berakhir, hanya ada satu cara"
"Huhu papa... Naru mohon setubuhi Naru.... Naru sudah tidak kuat"
Bangga sekali rasanya Fugaku melihat sifat submisive dari Naruto. Dari dulu ia ingin selalu mempunyai pasangan yang submisive. Ia ingin menjadi pihak dominan yang memegang kendali. Sayangnya, baik istri pertama maupun keduanya sama-sama terlalu mandiri.
Sekarang Fugaku sudah punya mainan baru. Ia tak perlu lagi mencari wanita atau lelaki panggilan diluaran sana untuk memenuhi nafsunya.
"Baikah, aku akan mengabulkan keinginanmu"
Fugaku membetulkan posisi kamera yang ia pasang untuk mengabadikan kegiatan bercintanya dengan Naruto. Tangan kirinya lalu mengeluarkan dildo yang menancap di lubang Naruto. Kedua kaki dan tangan Naruto juga di lepaskan.
Remaja berparas cantik itu kini hanya bisa terkulai lemas menanti dengan pasrah apa yang akan dilakukan padanya.
Fugaku mengocok kejantanannya sendiri agar semakin tegang. Lubang Naruto yang berkedut sungguh sangat menggoda. Walaupun buka ia yang merebut keperjakaan Naruto, tapi Fugaku sangat menyukai bagaimana lubang kecil itu meremas dan memijit kejantanannya. Rasanya sungguh berbeda dengan semua pria juga wanita yang kerap ia sewa untuk memuaskan birahinya.
"Uhhhh papa!!!!"
Mata Naruto membeliak merasakan rudal perkasa milik Fugaku merangsek masuk ke dalam lubangnya. Sakit, rasanya lebih sakit dibanding saat ia bercinta dengan kekasihnya. Ukuran milik Fugaku jauh lebih besar membuat orok disekitar lubangnya seakan dibuka paksa.
"Naru nanti akan suka kok, tenang saja"
Fugaku menarik kedua kaki Naruto dan meletakkannya di pundak miliknya. Dengan posisi itu pinggul Naruto terangkat dan ia bisa melihat sendiri bagaimana lubangnya di hantam oleh Fugaku.
"Papa....ohhhh....papah!!!!"
Kejantanan milik Fugaku menggesek dinding anusnya. Saking besarnya milik Fugaku itu, Naruto bisa melihat perutnya menonjol mengikuti genjotan Fugaku.
"Papaaa!!!...ohhhhh....pipis!!!!naru mau pipis paaaa!!!!.... Ohhhh"
Perutnya seakan di kocok dari dalam. Rangsangan demi rangsangan membuat Naruto kepayahan. Penisnya mengacung tegak mengeluarkan cairan tanda ejakulasi. Namun ada yang berbeda. Naruto merasakan sensasi lain di penisnya.
"Kau mau kencing Naru? Lakukan disini. Aku ingin melihatnya"
"Hiks... Jangan papa... Ahhh!!!...ahhh....AHHHHH.....PAPA NARU PIPISS!!!!"
SPLURTTT
Kejantanan Naruto yang mengacung tegak itu menyemburkan cairan bening berbau khas yang selanjutnya disusul cairan putih kental khas ejakulasi. Tubuh Naruto bergetar karena nikmat. Tidak hanya itu, Naruto merasa tubuhnya juga semakin sensitif.
"Hiks....Naru pipis paaaa... Hiks"
Naruto menangis karena malu karena tidak bisa menahan diri untuk tidak buang air kecil sembarangan. Bukannya merasa jijik, Fugaku justru merasa semakin terangsang melihatnya.
Fugaku menarik tubuh Naruto yang masih tergeletak lemas untuk duduk diatas perutnya. Kejantanannya masih menancapkan sempurna di lubang milik Naruto. Kedua tangannya lalu meremas pantat sekal milik sang anak tiri.
"Tunggangi aku sampai puas, Naru"
"Naru tidak bisa papa, Hiks, naru lelah"
"Jangan menguji kesabaranku, cepat lakukan!"
Dengan tenaga yang tersisa Naruto menarik turunkan tubuhnya di atas Fugaku. Beberapa kali Naruto berhenti karena lelah namun Fugaku segera menampar pantatnya dan memaksanya kembali menunggangi kejantanan Naruto.
"ahh...papah.....hiks....naru capek"
Plak! Plak! Plak!
"Aku belum selesai, Naruto. Kau harus melayaniku sampai puas"
Bongkahan pantat Naruto terlihat semakin merah karena tamparan keras Fugaku. Naruto tak sanggup. Permainan Fugaku terlalu kasar baginya. Beda sekali dengan Shikamaru yang selalu lembut dan pelan. Namun meski kasar Nsruto tetap menikmatinya. Hanya saja ia terlalu malu untuk mengakuinya.
"Ahhh!!! Terima ini Naruto!!"
"Ahhh!!!!..... Jangan.. Di dalam Pa!!!!..... Ahhh!!"
Fugaku memuntahkan semua cairan soermanya di dalam lubang Naruto. Sudah 3 kali dia sampai dan semuanya ia semburan di lubang kenikmatan Naruto. Perut Naruto kembung karena cairan Fugaku yang saking banyak nya.
"Hah.....hah.....kau hebat"
Naruto menggigit bibirnya menahan tangis. Lagi-lagi Fugaku sampai di dalamnya. Naruto takut kalau dia hamil karena ulah ayah tirinya.
"Papa...hiks.....Naru takut hamil"
"Tak masalah, Naru. Kalau kau hamil aku akan bertanggung jawab"
Fugaku membayangkan perut Naruto yang membesar karena hamil. Pasti akan sangat menyenangkan jika ia bisa memiliki anak dengan anak tirinya ini.
"Sekarang sudah larut, kita tidur"
Fugaku menarik Naruto ke pelukannya lalu memeluknya. Ia lalu menutupi tubuh telanjang mereka dengan sehelai selimut.
"Papa...jangan... Kaa-san nanti tahu"
Naruto tidak mau kaa-san nya sampai tahu hubungan diantara dirinya dan Fugaku. Ia tak mau dibenci oleh kaa-san nya karena sudah tidur dengan Fugaku.
"Kaa-san, mu tak akan bangun sampai besok. Aku sudah memberinya obat tidur"
Malam ini Fugaku ingin tidur dalam dekapan anak tirinya. Karena itu dengan sengaja ia memasukkan obat tidur ke dalam teh Kushina.
Dengan terpaksa Naruto mengikuti keinginan Fugaku. Naruto mau mau saja di tidur ayah tirinya demi menjaga kehormatan Shikamaru. Ancaman Fugaku terlalu menakutkan untuknya. Naruto tak mau orang yang dicintainya menderita sehingga mengorbankan dirinya sendiri.