Bab 6 : Upaya mencari jawaban

152 23 3
                                    

'Tutup'

Sasuke menjatuhkan rahangnya saat mendapati tulisan tutup di pintu toko yang Naruto maksud.

"Bakpau Yahiko tutup? Hah," Naruto mendesah. Sementara Sasuke mengacak rambutnya frustasi.

"Naruto, kita kembali ke Konoha saja besok pagi," ucapnya lelah.

Naruto mengangguk, "Yah, mau bagaimana lagi. Mungkin, gadis ini memang tak berjodoh denganmu."

Tiga kali percobaan dan gagal. Mungkin ini ialah sebuah petunjuk dari Tuhan untuk kebaikan semua orang.

***

Sakura menguap bosan di kamar motelnya tatkala rencana masak-masaknya di toko bakpau Yahiko gagal. Pria itu memutuskan untuk tidak membuka tokonya malam ini karena menurut ramalan cuaca, badai akan datang.

"Bisa-bisanya pria itu mempercayai ramalan cuaca yang bisa saja salah. Mana ada orang yang bisa menebak alam dengan pasti," cibir Sakura. Ia tak lagi percaya dengan ramalan cuaca sejak SMA. Badan pengamat cuaca Konoha selalu memberi pengumuman yang salah. Membuatnya kehujanan setiap pulang sekolah.

Sakura mengayun-ayunkan kakinya. Gadis itu sungguh bosan. Tak ada televisi di motel murahnya ini. Laptopnya tertinggal di rumah dan ia takut untuk membuka ponsel. Ia takut bila ada sebuah telepon yang tiba-tiba masuk.

"Hah," Sakura mendesah. Ia tak bisa seperti ini terus. Lari memang bukan sebuah solusi. Setidaknya ia ingin mengabari kedua orang tuanya kalau ia baik-baik saja. Jadi, ia bertekad untuk mencari tempat tenang yang memberikan dukungan penuh pada mentalnya.

Sakura mengambil tas selempangnya, memasukkan ponselnya ke dalam, dan menyambar payung lipat. Shizune ternyata hanya menginginkan satu payung untuk mengganti satu payung yang ia hilangkan.

Tujuannya saat ini ialah danau. Namun, tunggu. Bagaimana jika ia bertemu Uchiha Sasuke di sana? Tapi, orang gila mana yang mendatangi danau saat hujan, kecuali dirinya? Mengapa Uchiha itu juga berada di Ame saat ini?

"Apakah dia mencariku?" Sakura menggelengkan kepalanya. "Mungkin hanya kebetulan," ia mengangkat bahunya tak peduli.

***

"Sasuke?"

"Ya, Bu?" Sasuke menjawab teleponnya.

"Apa semuanya lancar?"

"Hah, aku menyerah tentang gadis itu. Aku akan kembali ke Konoha besok pagi."

"Apa pun yang kau pilih, Ibu akan selalu mendukungmu."

"Aku tahu. Terima kasih."

"Sampai jumpa besok di rumah."

"Ya, sampai jumpa." Sasuke mengakhiri teleponnya dengan sang ibu. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Naruto pergi beristirahat di hotel, sedangkan ia malah mencari udara segar di pinggir danau. Ia mengeratkan hoodienya kala angin dingin bertiup. Sasuke melipat tangannya di depan dada. Akhirnya drama perjodohan ini akan segera selesai. Hanya keberanian yang ia butuhkan. Ia jadi bertanya-tanya mengapa sang kakek belum meneleponnya lagi.

"Mengapa sedari awal aku menerima perjodohan ini?" Perjodohan dengan keluarga Haruno membuatnya mau tak mau harus terlibat dengan dua gadis aneh sekaligus.

Sasuke selalu dipuja sedari kecil. Parasnya yang rupawan dikagumi semua orang. Banyak gadis yang berlomba-lomba mendekatinya demi ajakan kencan. Namun, selalu ia tolak mentah-mentah.

Ia pendiam, kaku, dan tak mudah mempercayai orang lain. Sasuke tahu itu. Padahal, keluarganya sudah memberinya cukup banyak cinta. Ia juga punya sahabat yang setia. Lalu apa?

AmegakureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang