Bab 12 : Beralih Status

123 21 5
                                    

"Selamat pagi, Shizune." Sakura menyapa dengan senyum cerahnya.

"Lari pagi?" tanya Shizune ramah.

"Ya," jawabnya riang.

Saat Sakura hendak pergi meninggalkan motel. Shizune menahannya.

"Oh tunggu, Sakura!" ia membungkuk guna mencari sesuatu.

"Hm?" Sakura mengangkat alisnya penasaran.

"Ada paket untukmu." Sebuah kotak kecil yang dibungkus selotip cokelat muda.

Sakura mengambilnya. Membaca informasi pengiriman di bagian depan. "Konoha?" ucapnya dalam hati. "Apakah kau punya gunting, Shizune?"

"Ya, ini!" Shizune meraih gunting di lacinya.

"Terima kasih." Sakura mulai menggunting bungkus paketnya. Bila ada orang iseng yang mengirimkan ancaman, setidaknya ia punya Shizune sebagai saksi mata.

Terdapat sebuah kotak merah muda yang lebih kecil di dalamnya. Ia mengangkat alis. Merasa curiga dengan desain cantik dari paketnya. Saat tutupnya terbuka, terlihat sebuah kotak kaca berisi cincin emas putih bermata rubi. Ia mengangkatnya keluar kotak. Cahaya membuat kaca itu berkilau seperti berlian. Sakura mengamatinya lekat.

"Wah, cantik sekali!" Shizune memberikan komentarnya.

Sakura mengerutkan kening, "Apakah seseorang tengah main-main denganku?"

"Lihat, ada surat!" Shizune menunjuk ke dalam kotak. "Nampaknya kau punya pengagum rahasia, Nona!" ia terkekeh.

Sakura mengambil surat itu. Membaca dalam hati tulisan tangan di dalamnya.

'Kita bertunangan sekarang. Maaf.'

- Uchiha Sasuke -

"Hah?" ujarnya spontan. "Bukankah Sasori telah mengurus semuanya?" pikirnya bingung.

Sakura mengembalikan surat dan cincin itu ke dalam kotak. Membawanya menuju kamar dengan langkah tergesa. Ia harus menelepon Sasori. Namun sesampainya di kamar, teleponnya telah berdering dari nomor yang tak dikenal. Sakura mengangkat panggilannya.

"Halo?"

"Halo! Ini Sasuke."

"Apa kau yang mengirimiku cincin?" ia sangat ingin Sasuke berkata tidak.

"Ya. Kau sudah menerimanya? Apa kau menyukainya?"

"Suka?" Sakura mendengus. "Apa maksud dari isi suratmu?"

"Kita bertunangan," Sasuke berujar santai.

Sakura mengepalkan tangannya yang bebas, "Tanpa persetujuanku? Bukankah klaim sepihak berarti hanya omong kosong belaka?"

"Maaf, keadaannya sulit di sini. Lagipula, keluargamu sudah menyetujuinya."

Sakura berdecih, "Baiklah, itu artinya kau bertunangan dengan keluargaku bukan denganku."

"Aku akan segera menemuimu untuk menjelaskan semuanya."

"Tidak. Jangan datang padaku. Aku telah memahaminya. Selamat atas pertunanganmu dengan Keluarga Haruno, Tuan Uchiha." Sakura menutup teleponnya sepihak lalu melemparnya ke kasur.

"Apa-apaan ini?" tanyanya pada diri sendiri. Ia benci terikat pada sebuah hubungan. Sejujurnya ia telah berkomitmen untuk hanya mencintai dirinya sendiri selamanya. Kerasnya kehidupan membuatnya menyadari bahwa tak ada yang dapat diandalkan, kecuali dirinya sendiri.

"Melayani, hamil dan melahirkan, mengurus anak. Bukankah semua itu melelahkan? Bukankah pertunangan adalah komitmen menuju pernikahan?" ia memukul kepalanya, "Peduli pada diri sendiri saja tak bisa bagaimana aku harus memikirkan orang lain juga?" ia menghela napas. "Bukankah Karin harusnya telah tiba kemarin? Lantas, mengapa dia tak memilihnya? Apa yang sebenarnya Sasuke lihat padaku?"

AmegakureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang