Bab 11 : Misi Kemanusiaan

105 18 7
                                    

"Aku tak akan kembali. Tidak untuk saat ini," Sakura berujar dalam satu tarikan napas.

Sasori mengangkat alisnya penasaran. Ia menelan kunyahan ayam gorengnya sebelum menanggapi. "Apa ada hal yang menarik di sini?

Sakura mendesah, "Hanya ingin membantu seorang teman."

"Beralih profesi?"

"Misi kemanusiaan," jawabnya mantap.

Sasori memiringkan kepalanya, "Tergerak karena?"

"Empati," Sakura mengambil paha ayam di dalam kotak di atas meja. Ia berjalan ke kasur. Menjauh dari sofa tempat Sasori duduk.

"Apa ini si Uchiha? Apa kalian akhirnya sepakat untuk kembali bersama dan mengasingkan diri di sini?" Sasori menyipitkan mata.

"Tidak," bantah Sakura. "Bukankah sudah kubilang bahwa kami telah setuju untuk mengakhiri semuanya?"

"Berubah pikiran di menit-menit terakhir bukanlah hal yang tak mungkin."

"Tidak akan."

Sasori tampak berpikir. Memang lebih baik Sakura berada di sini selagi ia menyelesaikan masalah ini. Ia tidak ingin melibatkan terlalu banyak orang yang ia sayangi. Apalagi, untuk merasakan kekecewaan.

Ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menyatakan persetujuan. "Baiklah. Terserahmu saja. Aku dan Karin akan kembali besok. Kami akan berusaha meluruskan benang kusut ini."

"Semoga berhasil," ucap Sakura menyemangati.

"Jika situasinya jadi kacau, apa kau rela bila mantan calon suamimu harus menikahi Karin?" Sasori menyeringai. Berusaha menggoda adik sepupunya.

Sakura memutar bola matanya, "Terserah dia. Mengapa bertanya padaku?"

"Siapa tahu setelah bertemu dengannya kau mulai tertarik. Bukankah dia selera kebanyakan gadis abad ini?"

Sakura menggelengkan kepala, "Aku akan lebih patah hati ketika Utakata menikahi Hotaru nanti. Atlet dan selebriti, begitu mudahnya hidup," gerutunya.

Sasori mendengus.

***

Sasuke berjalan sembari menarik kopernya. Bandara Konoha sangat ramai di akhir pekan. Udara hangat yang menyambutnya tampak asing. Membuatnya sedikit kepanasan di balik coat-nya. Ia menyipitkan mata kala melihat matahari yang bersinar terang. Entah mengapa, kini ia mulai merindukan dinginnya Ame.

Naruto datang dari arah belakang. Dengan wajah cemberut, ia berteriak, "Sasuke, mengapa kau meninggalkanku!"

"Kau saja yang lambat," jawabnya datar.

"Bukankah sudah kubilang toiletnya sedang antri tadi!" Naruto tak mau kalah. Sasuke menatapnya malas.

'Drrt... Drrt'

Sasuke mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Ya, halo?"

"Ke rumah sakit sekarang, Sasuke! Kakekmu terkena serangan jantung," suara Mikoto bergetar.

'Deg'

Waktu seakan berhenti. Telinganya mendadak tuli. Saat keterkejutannya membaik, Sasuke tak membuang waktu lagi. "Ya, Bu. Aku akan segera ke sana."

"Ada apa?" Naruto bertanya. Firasatnya buruk tatkala melihat wajah Sasuke yang sedikit memucat.

"Kakek terkena serangan jantung. Ayo ke rumah sakit, Naruto!"

"Ya, ayo!"

Mereka bergegas pergi.

***

"Bakpaunya, silakan!"

AmegakureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang