Bab 4 : Bakpau Kacang Merah

152 24 5
                                    

Toko kecil di pinggir jalanan Ame yang ramai. Uap mengepul dari tutup panci yang dibuka. Sakura menopang dagunya. Jari-jarinya mengetuk pipi. Yahiko dengan apron putihnya sedang menata bakpau di piring. Sakura merasa terharu tiap kali menatap laki-laki itu. Sungguh, menyelamatkan hidup seseorang terasa begitu hebat. "Apa ini yang sering Karin rasakan?"

Kakak sepupunya itu selalu menceritakan hari-hari menakjubkan yang ia lalui di rumah sakit. Memiliki tangan yang diberkahi Tuhan merupakan sebuah anugerah. Sakura jadi merasa sedikit menyesal mengapa dulu ia tak menuruti keinginan kedua orang tuanya untuk mengambil pendidikan dokter. Ia malah berakhir di jurusan astronomi.

Yahiko membelikannya pakaian dalam perjalanan menuju tokonya. Kini, mereka berdua sudah memakai pakaian kering.

Yahiko datang dengan piring di tangannya, "Maaf, hanya ini yang kupunya."

Sakura tersenyum tipis, "Tak apa. Terima kasih." Ia menyambar sebuah bakpau yang tampak menggiurkan itu. "Enak sekali," Sakura menelan satu gigitan pertamanya. Rasa bakpau kacang merah itu sungguh lezat.

"Terima kasih," Yahiko tersenyum kecil.

Sakura menghabiskan bakpaunya dalam diam. Yahiko menatap ke luar toko, di mana hujan sudah lumayan reda. Menyisakan gerimis bak hamburan air. Sakura memperhatikan laki-laki di depannya ini. Bila diperhatikan dari dekat, Yahiko terlihat cukup tampan. Namun, terdapat bekas luka di sepanjang rahangnya. Ia jadi berpikir seberat apa kehidupan yang dialami pria ini sampai berniat untuk bunuh diri.

"Yahiko," panggil Sakura.

Yahiko beralih menatapnya, "Hm?"

"Kamu itu berharga," ia berujar lembut.

Yahiko sedikit tersentak. Laki-laki itu memperhatikan seulas senyum yang terbit di wajah Sakura. Kalimat itu, entah mengapa menghangatkan relung hatinya yang dingin.

"Sungguh!" gadis itu menatapnya tulus.

"Ah, ya," Yahiko tersenyum tipis. Ia tahu kemana arah pembicaraan Sakura. Pasti terkait tindakan bodohnya beberapa waktu yang lalu. Wajahnya berubah sendu.

Sakura mencegah kecanggungan yang akan muncul. Gadis itu berujar penuh semangat, "Apa aku boleh bekerja di sini?"

Yahiko mengangkat alis bingung.

"Yeah, kau tahu, aku dalam masa pelarian saat ini. Semuanya serba mendadak dan kurang persiapan."

"Pelarian?" Yahiko mengulang kata ini dalam pikirannya. Namun, ia takut untuk bertanya lebih lanjut.

"Jadi, bolehkah aku hanya menjabarkan resume ku?"

Yahiko masih memproses apa yang sebenarnya Sakura ingin lakukan.

"Diam berarti iya," Sakura memutuskan secara sepihak. Gadis itu menegakkan punggungnya. Ia mulai berbicara dengan formal, "Halo, Saya Haruno Sakura. Lulusan Program Studi Sarjana Astronomi Universitas Kirigakure. Saya pernah mendapat medali emas dalam 100 meter renang gaya dada pada pekan olahraga nasional tingkat universitas. Bermaksud untuk melamar pekerjaan di toko bakpau Tuan Yahiko." Gadis itu mengakhiri kalimatnya dengan senyuman.

"Hah?" Yahiko akirnya bersuara.

"Apa aku diterima?" tanya Sakura antusias.

Yahiko tak tahu mengapa gadis ini bersikeras. Toko bakpaunya merupakan salah satu bukti masa lalunya yang menyedihkan. Saksi perjuangannya dalam melunasi seluruh hutang yang ia miliki. Sejujurnya, ia sudah membuat surat wasiat untuk menyumbangkan toko ini saat ia ditemukan mati. Namun, kini upaya bunuh dirinya telah gagal. Juga ada gadis asing yang menempel padanya. "Apa yang harus kulakukan?"

AmegakureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang