38 : LA JOIE ET ​​LA TRISTESSE

236 24 4
                                    

Duncan de Linbergh tiba Valcke dengan aura otoriter nya.

Dengan langkah-langkah yang gagah, Marquess Linbergh dan pasukannya tiba di wilayah yang menjadi tempat dimana putra nya itu kembali melanggar kesempatan.

Kali ini tidak ada permohonan maaf untuk Lauren, Duncan akan menghukum nya dengan keras untuk memberikannya pelajaran. Pasukan mulai berpencar mencari keberadaan Lauren de Linbergh.

Sementara itu di antara pegunungan yang menjulang tinggi, terdapat sebuah sungai yang sunyi nan tenang. Angin sepoi-sepoi menerpa pepohonan, menghasilkan suara gemerisik yang menenangkan, serta aliran sungai yang mengalir sesuai irama.

Lauren di tepi sungai sedang menikmati waktu berdua bersama Astoria. Tidak ada yang menyangka bahwa kedekatan dua orang tersebut bertahan lama. Ini dikarenakan Lauren selalu menguntit Astoria.

Kedua nya bersandar pada pepohonan yang rimbun.

"Ingin ini?" Lauren mengeluarkan rokok dari saku celana nya lalu menawarkannya kepada Astoria.

"Melihat rokok, aku menjadi teringat momen saat kau mengeluarkan asap dari mulut mu ke wajahku. Rasa nya saat itu aku ingin membunuhmu!" Astoria mengambil sepuntung rokok yang berada di jari Lauren lalu mematahkannya.

Lauren terkekeh, "Aku baru menyadari bahwa kau sangat cantik." Lauren tersenyum kepada Astoria dengan tatapan genit nya.

Astoria menekuk dahi nya, "Hentikan. Pria seperti mu memang pandai berkata-kata. Lebih baik kau merayu yang lain saja." Astoria acuh tak acuh.

"Seorang wanita akan merasa dirinya berharga jika dipuji cantik bukan? Tapi aku tersadar bahwa kau menyukai Sir Helios Breisacher. Sudah pasti pujian itu tidak akan mempan."

"Diam!" Astoria menyilangkan kedua tangan nya di depan dada.

"Aku pernah bertemu dengan seorang gadis cantik kemudian kami menjadi teman, dan tiba-tiba kami jatuh cinta, dan sekarang hidup kami jauh lebih indah. Imajinasi yang sangat indah bukan?"

"Kau memang penuh dengan kejutan." Astoria menganggap itu hanyalah candaan belaka saja, ia tidak peduli apa yang Lauren bicarakan sebab dirinya tahu bahwa seorang bangsawan memiliki banyak wanita simpanan.

Astoria dan Lauren kemudian kompak saling menatap deras nya aliran sungai.

"Terkadang aku merasa iri ketika melihat orang lain dapat bahagia bersama keluarganya, sementara aku hanya bisa tersenyum pada saat hati ini terluka. Karena hanya di luar, dengan orang sekitar, setidaknya membuatku lebih nyaman dari dunia yang kelam." Astoria memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Suasana tampak sendu.

"Belati yang paling tajam adalah ucapan, dan ucapan paling menyakitkan adalah ucapan yang berasal dari orang terdekat." Lauren pun ikut mengeluarkan hal-hal terpendam yang berada di pikirannya.

"Ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan tanpa membenci kehidupan... Aku ingin seperti mu yang menganggap dunia adalah hiburan semata."

"Hiburan semata?" Lauren tertawa kecil, "Tidak ada yang namanya hiburan. Kami hanya berusaha terlihat bahwa semua baik-baik saja, lagipula akhir pada kehidupan adalah kematian."

"Kau percaya ada kehidupan baru setelah kematian?" tanya Astoria pada Lauren.

"Tidak, aku hanya percaya surga dan neraka. Sebab surga atau neraka itu hadir bukan sekedar sebagai sebuah ganjaran, melainkan sebagai konsekuensi dari pilihan hidup kita sendiri." jawab Lauren.

"Aku ingin menikmati hidup ku sekarang, aku ingin jatuh cinta pada seseorang yang memiliki perasaan yang sama padaku, agar kehidupan kami sama-sama berwarna." celetuk Astoria.

ENOUMENT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang