Prolog

851 76 1
                                    

Dikarenakan suatu keadaan, (name) terpaksa pindah dari sekolah lamanya ke sekolah yang lain. Hal itu membuatnya sedikit kesal tetapi di sisi lain ia bersyukur karena bisa terhindar dari orang-orang yang iri dengki.

(Name) sekarang sudah berada di depan gerbang sekolah, ia menatap sekolah barunya. Tidak semegah sekolah lamanya tetapi sekolah ini lumayan besar dan tentu akreditasinya juga bagus. Banyak orang berbakat di sekolah ini sama seperti sekolahnya dahulu.

Asal kalian tau, (name) dulu bersekolah di sekolah yang bisa dibilang lumayan elit. Sekolahnya masuk top 3 sekolah favorit di kota ini. Sekolah lamanya adalah top 2, sedangkan sekolah yang akan ditempatinya ini merupakan top 3. Lah, top 1 mana? Sekolah tersebut berada di pusat kota, banyak orang yang berlomba-lomba untuk masuk sekolah tersebut. Fasilitasnya lengkap, ekskulnya banyak, ya, seperti sekolah elit pada umumnya. Kenapa (name) gak sekolah di situ aja? Alasannya karena jauh dari rumahnya, prinsipnya, kalo ada yang dekat kenapa harus yang jauh? Kebetulan Academy Pulau Rintis lebih dekat dengan rumahnya daripada SMA nya dulu.

Sekolah yang akan ditempatinya ini berada agak di pinggiran kota, tetapi tidak terlalu di pinggir.

"Gak masuk neng?" tanya satpam yang sebenarnya sudah penasaran dari tadi kenapa anak ini gak masuk-masuk.

(Name) akhirnya tersadar dari lamunannya, dan mulai memasuki sekolah tersebut. Setelah berjalan lumayan lama, ia berhenti, "Ruangan kepala sekolah dimana ...?" batinnya.

Ia melirik sekitar, mungkin ia bisa bertanya kepada seseorang. Ia melihat seorang lelaki yang berada tak jauh darinya, terlihat lelaki tersebut sedang membawa beberapa tumpukan kertas ditangannya. Ia memutuskan untuk menghampiri orang tersebut.

"Permisi ..." ucap (name)

"Iya? Ada apa ya?" tanya orang tersebut. Suaranya sangat lembut dan tenang, rasanya jika (name) mendengar suara lelaki ini dengan waktu yang lama, ia bisa tertidur.

"Ruangan kepala sekolah, dimana ya?"

Lelaki tersebut menatap (name) dengan teliti. "Aku akan mengantarmu, kebetulan aku ingin memberikan berkas laporan ini kepada kepala sekolah," ucapnya sambil tersenyum.

Sungguh, (name) merasakan aura yang sangat positif dari lelaki ini. Apalagi saat dia tersenyum, seperti ada efek bling-bling dan bunga-bunga dibelakangnya.

Lelaki tersebut mulai berjalan, dan (name) mengikutinya dari samping, "Kamu murid pindahan itu ya?" tanya lelaki tersebut.

(Name) mengangguk, membenarkan ucapannya. Lelaki itu tersenyum, "Salam kenal, namaku Gempa."

(Name) yang mendengar nama lelaki tersebut terdiam, Gempa yang tau apa yang dipikirkan perempuan disampinya langsung bersweetdrop dan menghela nafas, "Iya, aku tau gempa itu bencana alam, tetapi memang itu namaku."

(Name) mengangguk paham, "Namamu unik."

"Eh? Terimakasih" Gempa terkekeh.

"... Namaku (name). "

"Salam kenal ya, (name)," ucap Gempa.

Gempa berhenti berjalan, "Nah, kita sudah sampai." Ia membuka pintunya dan diikuti (name) dari belakang.

"Permisi ..." ucapnya. Terlihat seorang pria yang ... bisa dibilang lumayan pendek untuk seukuran pria pada umumnya, sedang duduk di kursi dan memakai kacamata hitam. (Name) melirik nametagnya yang bertuliskan "Kokoci".

"Ini berkas yang bapak minta kemarin." Ucap Gempa menghampiri pria bernama Kokoci tersebut dan meletakkan kertas yang berada di tangannya tadi di meja.

"Baik, terimakasih."

"Saya izin pamit, ya pak." Ucap Gempa, ia mulai berjalan menuju pintu, sebelum itu ia tersenyum kepada (name). Lalu keluar.

★ ''𝐌𝐨𝐯𝐢𝐧𝐠 ࣪✦ ִֶָ𓂅 Boboiboyxreader//boelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang