Thailand, 2024.•••
Kehilangan keluarga, kehilangan rumah dan kehilangan dirinya. Nattanel Khair merasakan itu semua, sejak umurnya masih remaja. Hidup yang dijalani begitu berat dan terlalu kejam, karena konglomerat bajingan bengis, yang sudah tega membunuh keluarganya demi berebut harta. Harapan serta angan yang Nattanel impikan sedari kecil seolah lenyap, ketika orang-orang itu datang ke rumahnya saat dulu untuk memusnahkan keluarganya seperti kuman. Ingatan itu kembali sesaat dan sangat melukai jiwanya.
Nattanel menatap foto-foto yang dipajang di dinding, membentuk bagan saling berhubungan satu-sama lain. Lalu tangannya mengambil foto seorang pria, "Edmund Romsaithong, Konglomerat terkaya di Thailand, Menantu mantan perdana menteri." Bibir tipis Nattanel menyunggingkan senyum mengerikan, ia meremas kertas foto itu semakin erat ditangannya. "Tidak sabar bertemu." Tangan Nattanel beralih mengelus foto seorang laki-laki carrier yang merupakan istri lelaki Edmund Romsaithong, "Arlee Romsaithong dari keluarga Shiwatraa, sang ratu dengan pribadi buruk dan anak manja ayah."
"Sampai bertemu di gala dinner acara sekolah anak kita." Setelah itu ia keluar dari ruangan tersembunyi yang berada di studionya.
Tentu, untuk melancarkan balas dendam, Nattanel membutuhkan keluarga, dan dia mendapatkan itu setelah tiga tahun berada di Korea "Dimana Elio?" Ujarnya bertanya pada ibunya.
Wanita bernama Davika, yang dipanggil Ibu tadi melangkah mendekatinya. "Elio sedang bersepeda dengan Suamimu." Davika mendudukan dirinya disebrang puteranya "Bagaimana acara penyambutan sekolah anakmu, besok?"
Nattanel sudah tau, jika ia mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan ini semua dan semua yang dilakukan untuk membalas dendam agar keluarga Shiwatraa dan Romsaithong merasakan apa yang ia rasakan. "Aku tampil, bermain biola disana."
"Bagus." Komentar Davika, karena berjalan sesuai rencana.
Kilatan binarnya tajam, menerawang ke udara lalu Nattanel terkekeh, "Semua ini berkat Ibu, jika tidak. Mungkin aku masih berada di rumah sakit jiwa."
Hasrat itu kembali, saat terkenang hari-hari buruknya. Hingga kini, hasratnya semakin memuncak untuk membalas dendam. Balas dendam itu membutuhkan sesuatu yang harus ia relakan bahkan mengkorbankan harga dirinya dan rencananya sudah direncanakan selama 10 tahun. "Jangan sia-siakan 10 tahun kita merencanakan." Davika memberi nasihat untuk mengingatkan agar Nattanel tak terpengaruh apapun.
"Iya Ibu, aku akan melakukannya."
Davika pergi, dan Nattanel termenung seorang diri. "Papa!" Bocah berusia 6 tahun berlari padanya. "Elio sudah bersepedanya?" Anak lelaki yang dipanggil Elio mengangguk ribut. "Sudah, Elio dan Ayah bersepeda disekitar rumah."
Nattanel mencubit gemas hidung Elio, dan memberikan putranya pelukan. Hidung carrier muda itu mengeryit setelah mencium gemas sang anak, "Ouch, pantas saja Elio bau matahari."
Elio merasa malu, bocah itu melepas pelukan dari sang Papa, "Apa jika Elio bau matahari Papa tidak akan memeluknya lagi?"
Nattanel tertawa renyah, karena merasa sangat lucu dengan putranya. "Hmm, tergantung jika Elio mandi." Kemudian ia menuntun putranya untuk masuk kearea rumah tempat mereka tinggal "Elio akan menjadi anak baik."
"Jika seperti itu, Elio mandi. Nanti Papa akan berikan pudding. Bagaimana?"
Elio mendongak keatas untuk melihat sang Papa, "Horeee! pudding! Elio mandi sendiri saja.."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙏𝙝𝙚 𝙊𝙡𝙙 𝙀𝙫𝙚 [MILEAPO]
FanfictionPembunuhan, balas dendam, angan dan cinta. Keluarganya dibunuh dalam pembantaian satu malam, harta dan keluarga direnggut paksa oleh konglomerat nomer satu di Asia Tenggara. Balas dendam ini sudah direncanakan selama 10 tahun, dan Nattanel Khair a...