13. Penyihir yang tertidur.

387 41 5
                                    

•••

Mario Maurer adalah anak yatim-piatu yang beruntung karena mendapatkan orang sebaik Tuan Wattanagitiphat. Saat itu, Tuan Wattanagitiphat kerap mengunjunginya hingga usianya ke 16. Katanya ia akan diadopsi setelah lulus pendidikan untuk menjadi seorang kakak yang baik, dan tangguh.

Tuan Wattanagitiphat juga memberikan hidup yang layak, memberikannya beasiswa ke luar negeri dan memberikan asuransi. Hingga usianya beranjak ke-23, saat itu Mario baru saja lulus dari sarjana hukum. Saat mendengar kabar Tuan Wattanagitiphat dan keluarganya mati dengan keadaan mencurigakan membuat hatinya hancur seketika. Mario mencoba mencari-cari yang tersisa, hingga ia mendengar kabar jika anak tunggal yang dijanjikan sebagai adiknya masih hidup, dan pada saat itu Mario mengirim Nattanel ke Korea tanpa sepatah kata pun, karena memang terburu-buru.

Mario Maurer pernah marah, karena ketidak mampuannya untuk mengadili mereka yang jahat. Ia sudah berkerja sangat keras untuk mencapai saat ini. Itu sumpahnya pada Tuan Wattanagitiphat, untuk mencari keadilan dan merawat Nattawin. Untuk saat ini baginya, membantu adik kecilnya lebih penting. Pria itu tidak menghalangi Nattawin untuk berbuat apapun, ia melihatnya tumbuh dengan baik sekarang saja sudah cukup.

"Namtan, berkas tentang Tuan Khron sudah ketemu?"

Namtan menyerahkan berkas dokumen pada Mario, pria itu membuka dan mulai membacanya satu-persatu lembar kertas. Wanita yang menjadi tangan kanan Mario mulai menjelaskan tentang kejanggalan Tuan Khron, "Saat pemilihan kepala daerah, Tuan Khron mendanai pencalonan wali kota kalasin. Mantan perdana menteri Thailand itu juga datang ke beberapa acara kampanye." Dahi Mario mengeryit saat mendengar penuturan sekretarisnya.

"Tunggu-tunggu, apa ini ada sangkut pautnya dengan kasus korupsi yang melibatkan wali kota Kalasin?"

"Kurasa begitu, tapi nama Tuan Khron bersih. Tidak tersentuh hukum sekalipun atas tindakan culasnya." Jawabnya setelah menganalisis data yang ia dapatkan, kemudian wanita itu melanjutkan lagi. "Keluarga wali kota Kalasin juga menghilang entah kemana. Kalau kita tarik garis waktunya, 2019 itu Tuan Khron masih menjabat sebagai perdana menteri. Pada saat itu, tidak ada satupun lembaga berwewenang yang berkutik."

"Apa tuan Takhsin, sudah tau?" Namtan menggeleng, "Tidak, tapi cobalah berbicara dengannya."

"Ya, aku akan meminta izin pada Tuan Takhsin agar kasus mantan perdana menteri Thailand diusut kembali."


•••

Hari yang indah, Nattanel menikmati udara bangkok yang terasa sangat segar pagi ini. Carrier itu terlihat tampil cantik seperti biasanya, ia bersemangat karena segera melihat Arlee yang mati secara perlahan. "Jadi kapan dia bunuh diri?" Gumamnya, sebelum turun dari mobil.

Arlee dan Nattanel membuat pesta kecil-kecilan ala sahabat ditemani dengan secangkir kopi dan berbagai kue manis, mereka membicarakan rencana Arlee yang ingin menguasai Siam Paragon. "Pihak Hermes datang untuk meninjau tempatnya hari ini." Nattanel membuka percakapan diantara mereka.

"Sudah ku suruh, sekretarisku yang datang." Sahut Arlee.

"Apa, Ayahmu akhirnya setuju?" Arlee menggeleng, kemudian carrier itu tersenyum tipis. "Aku tidak membutuhkannya, akan ku urus semua sendiri."

Nattanel terdiam sesaat, "Ah, iya. Bagaimana rencanamu, merebut posisi direktur disana?"

Arlee terlihat tak gentar, seolah-olah ia memiliki keberanian yang sangat besar. "Ayah akan mati perlahan, dia sudah tua. Usianya tidak akan lama lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙏𝙝𝙚 𝙊𝙡𝙙 𝙀𝙫𝙚 [MILEAPO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang