Thailand, 2024.•••
Arlee menggulir layar tabletnya, carrier itu dalam perjalanan bersama Issa untuk makan siang bersama sang Ayah, sekaligus berkuda. Carrier itu tampak serius, menggulir portal media edisi dunia bisnis. "Pricha-Pewaris tunggal Central World Bangkok menerobos paksa masuk ke pesta topeng Arlee anak mantan perdana menteri Thailand-" Bibirnya menyunggingkan senyum penuh kemenangan saat Pricha begitu dihina oleh publik. Arlee sungguh puas melihatnya, dia merasa menang dan mampu menggenggam dunia.
Wanita itu harus mendapatkan hal sepadan dengan apa yang ia dapatkan dan bahkan ia dengan mudah menginjak-injaknya.
Arlee membuat pesan panggilan pada sahabatnya-Nattanel. "Nat, aku datang terpisah dengan suamiku ke rumah Ayah." Bibir Arlee mencebik kesal, istri lelaki Edmund memang menumpahkan segala keluh-kesahnya pada Nattanel.
Dari seberang ponsel, Nattanel duduk diam mengamati beberapa CCTV yang ia pasang dan juga penyadap. Rupanya setelah pesta topeng itu Arlee menggoda sang suami namun hanya sia-sia, karena mendapatkan penolakan. "Tuan Edmund, memangnya kemana?"
"Dia begitu sibuk." Jawabnya.
"Tuan besar seperti Edmund sangat pekerja keras, dedikasinya tidak diragukan untuk pekerjaan sepertinya." Nattanel mengetuk meja dengan jarinya.
"Semalam dia bahkan meninggalkanku begitu saja, padahal aku sudah menggodanya berkali-kali. Apa aku kurang seksi?"
Nattanel mendengus merasa senang, melihat Arlee begitu putus asa. "Mungkin Tuan Edmund sedang menyiapkan sesuatu, untuk ulang tahunmu. Biasanya pria dominan memang seperti itu, akan menagihnya saat di hari-hari penting."
Hati Arlee menjadi senang ketika mendengar penuturan Nattanel, benar mungkin suaminya sengaja mengabaikan dan menagihnya saat ulang tahun nanti. Pipi Arlee bahkan sangat merona memikirkannya, dia merasa begitu cantik ternyata Edmund memikirkan hal seperti itu. "Kamu benar juga Nat, oh iya.. aku matikan dulu ya. Hari ini bertemu Ayah."
"Semoga harimu menyenangkan."
Fokus Nattanel kembali ke layar monitor satu-persatu, dan dia masih memikirkan kedatangan Mario Maurer tempo lalu. Nattanel tak menyangka jika pria sepertinya masih mengingat, bahkan itu sudah lama sekali.
Mario memanglah orang yang mengantarkan ke bandara, dan memberikan uang saku untuk bertahan hidup. Namun hanya sebatas itu saja. Hati Nattanel menjadi tidak tenang memikirkannya, takut jika pria itu datang menghancurkan segalanya.
"Nattanel." Lamunannya kembali, karena Davika. "Ya, ibu?"
"Aku sudah mengumpulkan beberapa bukti-bukti, dan juga mengajak korban keluarga mantan menteri Thailand untuk bergabung dengan kita, namun bukti kita belum cukup kuat."
"Apa yang kita butuhkan lagi?"
"Kesaksikan dari orang terdekat dan dokumen ilegal saat mereka mengambil paksa perusahaan Ayahmu. Kamu bisa kan, Nattanel? mencuri dokumennya."
"Hmm. Akan kucari lagi."
•••
"PAPAAAAAA HUWEEEEE..." Issa menangis kencang karena anak kecil itu dimarahi.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙏𝙝𝙚 𝙊𝙡𝙙 𝙀𝙫𝙚 [MILEAPO]
FanfictionPembunuhan, balas dendam, angan dan cinta. Keluarganya dibunuh dalam pembantaian satu malam, harta dan keluarga direnggut paksa oleh konglomerat nomer satu di Asia Tenggara. Balas dendam ini sudah direncanakan selama 10 tahun, dan Nattanel Khair a...