2. Menjadi teman.

344 49 4
                                    


Thailand, 2024.

••••

Ini adalah hari pertama sekolah Elio, dan Nattanel yang mengantarkannya. Semuanya berjalan lancar, namun pada saat jam istirahat pertama terjadi insiden yang melibatkan Arlee dan para wali murid lain. "Ibu, aku ingin minum." Kata Kraisee, anak dari Pricha. Wanita itu membuka tasnya untuk mengambil botol minum. Betapa terkejutnya saat Pricha membuka tas milik anaknya, yang ia dapatkan malahan popok. Seingatnya anaknya sudah tidak memakai popok, karena sudah bisa buang air kecil sendiri. Jadi Pricha memeriksanya kembali, dan alangkah terkejutnya jika tas itu bertuliskan nama-Issabelle.

Suasana menjadi heboh, para ibu dan carrier mencibir. Para anak-anak mengejek tentang popok itu. Baik Issa dan Arlee terpojok. Issabelle yang ketauan masih memakai popok pun terdiam, anak perempuan itu gemetar apalagi bocah-bocah disana ikut mengejeknya, hanya Elio yang diam dan masih menggenggam tangan Issa.

Arlee menandai mulut-mulut kotor yang mempermalukannya dan putrinya. Lalu ejekan itu tak ada hentinya hingga Issa bertindak kasar memukul pipi Kraisee, dan itu menyebabkan luka.

Diam-diam Arlee tersenyum tipis, anaknya memang hebat.

Nattanel melihat semuanya, bagaimana kekacauan itu sangat melukai harga diri Arlee.

Kraisee segera diamankan untuk diobati, dan Pricha disana semakin marah. Wanita itu mengangkat tangan hendak menampar Arlee, namun lebih dulu Arlee cengkram pergelangannya. "Jaga tanganmu, rendahan." Desisnya.

Pricha memekik kesal, "Kenapa membela anak yang salah? jelas-jelas mereka hanya mengatakan fakta jika putrimu masih pakai popok!

Arlee mencengkram pergelangan Pricha semakin kuat, "Bicaramu berani sekali." Arlee melepas cengkramannya dengan kasar, hingga membuat wanita itu tersungkur.

"Disitulah tempatmu."

Semua tidak benar, Kepala sekolah dan para guru bahkan berusaha menengahi kekacauan itu dan berakhir Arlee semakin memuncak amarahnya. "Lebih penting luka Kraisee katamu?! dari pada perasaan Issa? memangnya kamu sedang berhadapan dengan siapa disini!"

Plak!

Satu tamparan mendarat dipipi sang guru yang tadi mengatakan jika Kraisee terluka lebih penting dan segera diobati, Arlee kemudian melirik tajam pada kepala Sekolah. "Apa dia guru baru disini?" Tanyanya, sang kepala sekolah pun mengangguk takut. "Pecat dia." Ujarnya tanpa perasaan, "Aku tidak mau anaku diajari oleh guru seperti dia."

Akibatnya para wali murid bersitenggang, diam-diam Nattanel menemui kepala sekolah untuk berbicara sebagai wali murid. "Apa hal seperti ini sering terjadi?" Tanyanya.

"Iya, kami tidak bisa melakukan apapun."

Sesuai dugaannya, "Aku bisa membantumu, agar kejadian seperti ini tak terulang lagi. Aku bisa menjadi mediator."

"Apakah kamu bisa?"

Nattaniel mengangguk tegas, dan seratus persen yakin ia akan bisa mengatasinya. "TK Liyan jika kehilangan para wali murid seperti mereka akan merugi."

"Benar."

Kepala sekolah itu memberikan izin untuk ia menjadi mediator agar para wali murid kembali akrab.

𝙏𝙝𝙚 𝙊𝙡𝙙 𝙀𝙫𝙚 [MILEAPO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang