4. Nattawin Wattanagitiphat.

235 33 2
                                    

Thailand, 2024.

•••

Mario Maurer, senator sekaligus tokoh politik yang digadang-gadang akan menjadi kepala sekretariat kepresidenan. Pria itu tampak fokus menyimak beberapa foto yang sekretarisnya dapatkan, karena pria itu sedang menyelidiki mertua Edmund Romsaithong-Sang mantan perdana menteri Thailand, untuk menyelidiki kasus pencucian uang.

"Siapa, carrier muda ini? kenapa dia bersama Edmund Romsaithong?" Mario menilik beberapa foto lagi dan ia menemukan wajah seseorang yang begitu ia kenal disana.

Nattawin Wattanagitiphat, seseorang yang sedang ia cari beberapa tahun belakangan ini.

"Namtan, ini benar-benar Nattawin. Kenapa dia bersama Edmund Romsaithong, dan kapan dia kembali ke Thailand?" Mario mengingat semua hal yang ia lakukan untuk menyelamatkan Nattawin 12 tahun silam.

"Kurasa mereka dekat, karena anak Nattawin bersekolah di TK Liyan."

"Nattawin sudah menikah?"

"Dia menikah diusia muda, namanya bukan Nattawin tetapi Nattanel Khair. Dia menikahi seorang duda satu anak." Namtan memastikan beberapa informasi yang ia dapatkan dari badan intelejen negara.

Mario Maurer mengerang frustasi, kenapa seseorang yang sudah dia anggap adik melangkah sejauh ini.

"Aku tidak mengerti, kenapa dia menyembunyikan identitasnya."

Namtan lalu bertanya, "Apa kamu akan menyapanya?"

Mario diam, terlalu pusing dengan apa yang dilihat barusan. Dia memang sedang mencari Nattawin. Sesuai janjinya pada Tuan Wattanagitiphat dulunya.

•••

Nattanel tersenyum, melihat kepergian Elio dan Issa yang baru saja masuk ke sekolah saling bergandengan tangan. "Semoga harimu indah, nak!" Teriaknya, Elio melambai. "Terima kasih, Papa. Elio cinta Papa."

"Ah, manisnya putraku." Edmund melirik Nattanel yang berdiri disampingnya. Carrier muda itu terlalu bersinar hari ini, membuat seorang Edmund tak bisa mengalihkan pandangannya.

Nattanel merasa malu, pipinya merah merona dan carrier itu menyelipkan helai poninya yang sedikit memanjang ke samping telinga. "Aku pamit undur diri dulu, Tuan. Semoga harimu menyenangkan." Pamit Nattanel, tanpa melirik Edmund.

"Nattanel."

Langkah Nattanel berhenti, saat mendengar panggilan namanya. Itu Edmund, pria itu berdiri gagah dan sangat tampan menggunakan setelan formalnya seperti biasa. "Ya?" Nattanel membalikan tubuhnya, karena tak enak hati disekitar mereka ada beberapa pengawal penjaga.

Edmund mengambil kotak perhiasan dari balik blazernya. "Aku menemukan ini, kemarin. Saat acara gala dinner."

Ah iya, gelang yang Nattanel sengaja jatuhkan saat malam gala dinner. "Terima kasih, benda ini sangat berharga. Karena pemberian terakhir dari Ayahku."

Nattanel menerimanya, dan tak sengaja tangan mereka kembali bersentuhan. Edmund merasa seperti ada sengatan listrik dan gairah yang menjalari tubuhnya. "Berhati-hatilah." Ujar Edmund, pria itu melihat Nattanel yang sedang kesusahan memakai gelangnya. "Butuh bantuan? jika kamu tidak keberatan" Nattanel mendongak, membuat mata mereka saling menatap.

𝙏𝙝𝙚 𝙊𝙡𝙙 𝙀𝙫𝙚 [MILEAPO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang