11. Hancur.

202 36 4
                                    

•••

Edmund Romsaithong kembali setelah seminggu, menghabiskan waktunya bersama Nattanel. Kedua insan manusia itu sedang berasa disaat-saat bulan madunya hingga melupakan segalanya. Edmund Romsaithong sangat bahagia, karena bersama Nattanel ia menemukan dirinya sendiri yang selama ini hilang.

Keduanya menghabiskan waktu untuk saling memadu kasih, layaknya pasangan menikah. Edmund bahkan memberikan hadiah mewah untuk mempercantik Nattanel dengan berbagai perhiasan dan juga baju-baju mahal.

Nattanel kemudian berpikir sejenak. Ah, jadi rasanya seperti ini menjadi Arlee, ya?

Pulangnya Nattanel disambut antusias oleh Elio, bocah lelaki itu begitu merindukan Papanya. "Papa, Elio rindu Papa." Elio menubruk Nattanel dengan pelukan.

"Sayang, Papa juga merindukanmu sekali." Ujarnya membalasan, "Coba katakan, apa selama Papa pergi. Elio menjadi anak baik?" Nattanel mengelus pucuk kepala bocah lelakinya.

"Elio jadi anak baik, agar Papa cepat pulang."

"Papa sudah pulang, sayang." Papa dan anak itu kemudian saling memeluk lagi untuk mencurahkan ke rinduan.

Mark Suparat tersenyum senang, karena akhirnya istri lelakinya itu pulang ke rumah. Pria itu bergabung memeluk anak dan pasangannya, lalu berbisik. "Suamimu, juga rindu sayang." Nattanel tersenyum sangat cantik. "Maaf, aku tidak bisa mengajakmu ke pernikahan temanku."

"Tak masalah bagiku, yang terpenting kamu sudah pulang."

Nyonya Davika melihat Nattanel tak percaya, setelah seminggu menghilang. Carriee itu pulang masih bisa tersenyum begitu cerah tanpa memperdulikan perasaannya.

Setelah masuk ke rumah, Nyonya Davika menyeret Nattanel ke ruangan yang sepi. "Kemana kamu pergi selama seminggu ini?"

Nattanel melihat reaksi ibu angkatnya dengan senyuman tipis, "Aku pergi ke pernikahan teman, di Chiangmai."

"Jangan berbohong pada Ibu, Nattanel."

"Kamu bukan Ibuku, tidak seharusnya aku bersikap patuh."

Nyonya Davika benar-benar tak percaya dengan Nattanel, yang tiba-tiba berubah. "Caramu seperti sundal murahan, Nattanel. Ibu tau, kamu menghilang untuk menghabiskan waktu bersama Edmund Romsaithong."

Nattanel menatap datar Nyonya Davika, "Jaga bicaramu, Ibu tidak berhak menuduhku murahan seperti jalang."

"Apa kamu lupa dengan 10 tahun kita menyiapkan segalanya hah? jangan sampai perasaanmu itu menghancurkan segalanya."

"Kurasa sudah cukup." Nattanel memilih untuk berlalu, dan meninggalkan Ibu angkatnya. Tapi Nyonya Davika buru-buru mencegah lengan Nattanel. "Apa rencanamu selanjutnya, jika Edmund Romsaithong tidak menceraikan Arlee?"

"Aku hanya ingin mereka hancur, dan saling membunuh."


•••

Edmund memilih untuk tidak langsung pulang ke rumah, untuk mengurusi perusahaan. Pria itu tak ingin Romsaithong Group dekat dengan kehancuran, jadi ia memindahkan semua aset ke perusahaan luar negeri dan memanggil para pemegang saham. Edmund bergerak diam dengan para pemegang saham yang setia, tanpa melibatkan Ayahnya maupun Ayah mertuanya.

Seminggu itu, Edmund benar-benar memikirkannya untuk melangkah lebih jauh dengan keberanian yang didukung oleh kekasih cantiknya si Nattanel.

Waktu malam telah tiba, setelah mengirimkan pesan rindu pada Nattanel. Pria itu pulang ke rumah, karena Nattanel yang menyuruhnya.

'Pulanglah ke rumah Ed, aku tidak mau Arlee khawatir.'

Edmund mengetik pesan untuk membalas, 'Aku sangat merindukanmu, bisakah besok bertemu?'

'Akan kupikirkan besok, Ed. Yang terpenting jangan lupa makan, dan tidur nyenyak.' Edmund tersenyum saat membaca balasan Nattanal, apalagi carrier itu melampirkan potret cantik dan juga emoticon ciuman.

Dia merasa seperti remaja puber kasmaran lagi, rasanya.

Bersama Nattanel, pria itu merasakan berbagi hal yang tak pernah ia dapati selama ini.

Setibanya di rumah, Edmund kembali bersikap dingin dan datar selayaknya sebelumnya. Pria itu melihat sekeliling, keadaan rumahnya sangat berantakan, pecahan-pecahan perabotan dimana-mana.

Edmund melihat Arlee sedang memarahi Vegas dan para pelayan, bahkan menampar mereka satu-persatu. "Katakan! dimana suamiku!" Arlee berteriak, lalu ia menampar Vegas. "Akan ku pecat kalian semua."

"Aku disini, Arlee."

Arlee yang mendengar suara itu langsung menangis, dan memeluk suaminya. "Suami, kamu dari mana saja. Aku sangat khawatir." Suara dan tangannya bergetar.

"Lepaskan."

"Aku merindukanmu." Ujar Arlee, air matanya pun menetes.

"Saat perjalanan pulang aku akan menjelaskan, tapi melihatmu seperti ini membuatku muak. Sudah beberapa kali ku katakan, jika perlakukan pelayanan selayaknya manusia bukan budak."

Arlee menatap tak percaya, harga dirinya saat ini sangat hancur.

"Suami, membela mereka?"

"Kamu kira selama ini aku tidak tau? jika kamu memasang alat pelacak di mobilku bahkan memasang penyadap di ponsel? lalu menyuruh orang untuk membuntutiku. Apa itu tidak membuatmu, cukup puas?"

"Kamu menuduhku!" Arlee tak terima dengan tuduhan yang dikatakan oleh Edmund.

"Aku sangat muak denganmu!" Katanya sedikit meninggikan suara.

"KAMU BAHKAN MENGATAKAN HAL ITU DIDEPAN PARA PELAYAN INI!" Arlee berteriak, hingga suaranya itu mampu membuat Issa menangis.

"AYAAAAAH HUWEEE." Tangis bocah itu, yang sedari tadi bersembunyi dibalik sofa.

"Issa, maafkan Ayah nak." Edmund Romsaithong membawa putrinya kedalam gendongan, dan berusaha menenangkannya. "Sssh, Ayah disini, Ayah sudah pulang." Edmund memilih untuk meninggalkan Arlee seorang diri.

"Hatiku sangat hancur." Arlee meratapi nasibnya.

Nattanel melihat semua dari monitor di ruangan rahasianya, carrier itu merasa sangat puas karena mampu menghancurkan Arlee secara perlahan.

Carrier cantik itu bergumam seorang diri, "Haruskah aku mengirim pesan, agar Edmund datang kemari?" Ia memikirkannya sejenak. "Ah, tidak perlu. Kurasa besok saja, aku ingin bertemu dengan Arlee terlebih dahulu."

Bersambung....

Nattanel semakin didepan 🥶

𝙏𝙝𝙚 𝙊𝙡𝙙 𝙀𝙫𝙚 [MILEAPO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang