Dia mendekatiku perlahan. Apa maunya?! Kenapa dia mengikutiku?! Ahh, sial! Mau kabur tak bisa, lututku terlalu sakit untuk aku paksa berlari lagi. Dia semakin mendekatiku dan... Mengulurkan tangannya padaku??!
"Lo gapapa?" tanyanya dengan suara agak teredam karena helm yang masih ia kenakan.
"E-elo gak usah sok peduli sama gue! Lo siapa?! Lo mau nge-ngejambret gue kan?! A-atau lo mau begal gue?! Lo salah target! Gu-gue lagi gak ada uang, tadi aja gue minta ditraktir makan ta-tapi gak jadi." bentakku sambil menatap takut-takut tanpa mau menerima uluran tangannya.
"Hahaha... Jadi lo ngira gue jambret atau begal?" tanyanya sambil tertawa.
Apa-apaan sih nih orang! Kenapa setiap gue ketemu orang gak ada yang bener sih?! Gerutuku dalam hati.
Saat dia tau, aku hanya diam tak bergeming. Ia lalu melepas helm fullfacenya dan meletakkan helm tersebut pada motor miliknya.
Betapa terkejutnya aku saat tau siapa orang yang ada di balik helm tersebut. Seketika rasanya jiwaku melayang keluar dari dalam tubuhku, saat aku tau orang di hadapanku sekarang adalah Rafa!
OMG! Astatang! Aku benar-benar tak menyangka bahwa Rafa yang ada di hadapanku saat ini! Dia tengah tersenyum manis di hadapanku, wajahnya yang tampan terkena sinar matahari dapat membuat kadar ketampanannya berkali-kali lipat bertambah. Ahhh... surga dunia mana yang kau dustakan.
Tiba-tiba dia berjongkok di hadapanku dan sekali lagi ia tertawa melihatku sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.
"Lo gapapa kan? Muka lo gitu amat ngeliatin gue?" tanyanya padaku sambil terkekeh.
Eh! Kenapa gue langsung mupeng ngeliatin dia?! Makin jatoh dah tuh image gue di depan calon pacar. Hehehe, gaya banget pake calon pacar segala. Jadi calon gebetan aja belum tentu gue diterima. Batinku sambil senyum-senyum sendiri.
"Lo masih waraskan?" tanya Rafa dengan wajah yang terlihat khawatir melihatku senyum-senyum sendiri.
Bjirrr! Dia nanyain kewarasan gue dink! Dia kira gue udah gak waras apa?! Huaaaa... Belum apa-apa udah pasti ketolak dah gue, kalo kayak gini ceritanya. Batinku mulai pesimis.
"Eh! I-iya gu-gue masih waras kok. Lo gak usah takut, Raf." aku tersenyum canggung sesaat menatapnya, namun pandanganku langsung kualihkan.
"Hahaha... gue bercanda kali, Na. Yaudah sini gue bantu lo berdiri." Rafa berdiri di samping kananku. Meraih tangan kananku, lalu dikalungkan di lehernya. Sementara tangan kirinya memegang lengan kiriku.
Dari jarak sedekat ini, aku dapat melihat dengan lebih jelas wajahnya yang amat tampan, rahang tegasnya terlihat amat kokoh dari samping.
Duuuhhhh... senang sekali rasanya bisa sedekat ini dengan Rafa. Ingin sekali rasanya aku jingkrak-jingkrak, jungkir balik, salto, kayang saat ini juga. Tapi tak mungkin, karna ada Rafa disampingku.
"Gue anter lo pulang, ya?" tanyanya saat kami sudah berdiri sempurna dengan posisi yang masih sama.
"Ha?" jawabku agak melongo.
"Rumah lo dimana? Gue anterin pulang ya?" tanyanya sekali lagi.
"Eh, ga-gak usah Raf. Gu-gue bisa pulang sendiri." astaga kenapa aku jadi gagap lagi.
"Tapi kaki lo luka, Na. Udah biar gue anterin lo pulang aja." ucapnya sambil menampilkan senyum menawannya.
Duhh... rasanya aku ingin meleleh melihat senyumnya.
Sabar, Na! Lo pasti kuat! Jangan cepat terpesona sama Rafa. Lo pasti bisa, Na! Batinku menyemangati diri sendiri
"Eh, tap-tapi..." kataku disela Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] My True First Love
Teen Fiction|| FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ || Ini kisah seorang gadis SMA yang bertemu dengan laki-laki misterius di sekolahnya. Pertemuan tersebut membawanya pada kehidupan baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Lalu, bagaimanakah hubungan mereka sela...