"Itu.. Jadi gini ceritanya." aku menceritakan semua kejadian yang aku alami saat kabur dari mall kepada ketiga sahabatku. Mulai dari aku bertemu Rafa sampai dengan Indra yang juga datang ke rumahku membantu Rafa mengobati lukaku.
"Jadi gitu ceritanya guys. Gue kesandung karena lari ketakutan ngira kalo si Rafa itu jambret atau begal." aku menghela nafas sejenak.
"Ahahaha... gila kocak banget lo, Na." Lia menertawakanku.
"Acieee yang dibonceng sama Rafa pulang abis itu diajak makan berdua." goda Sinta padaku. Inilah saat yang paling aku takutkan jika aku memberitahu mereka mengenai persaanku sebenarnya.
"Cieee yang diobatin sama dua laki-laki. Gue juga mau dong." tambah Erina menggodaku.
"Udah dong, itu tadi beneran hal diluar dugaan gue. Gue gak tau bakalan kayak gini jadinya." ucapku yang kini mungkin wajahku mulai memerah karena menahan malu.
"Eh, btw ini kotak apaan?" tanya Lia yang duduk pada sofa single. Sementara aku, Sinta dan Erina duduk di sofa panjang.
"Ihh, gue jadi takut kalo liat nih kotak." jawabku bergidik ngeri.
"Emang kenapa?" tanya Lia makin penasaran.
"Tadi sebelum kalian dateng, ada yang ketok-ketok pintu. Pas gue bukain gak ada siapa-siapa. Terus pas gue mau masuk ke dalam rumah, eh gue liat kotak ini di depan pintu. Maunya gue buang karena takut isinya aneh-aneh, tapi gue kepo. Makanya gue bawa masuk ke dalem rumah. Pas gue mau buka, eh kalian dateng." jelasku pada mereka.
"Oh, pantesan lo tadi pas buka pintu mata lo merem sambil teriak-teriak ketakutan. Pasti gara-gara sebelumnya ya lo jadi parnoan?" kata Erina padaku.
"Hehehe iya, Er. Mana ortu gue sama bang Haris belum pulang lagi, gue kan jadi takut kalo ada apa-apa." kataku sambil cengengesan.
"Yaudah kalo gitu kita buka sama-sama aja." usul Lia.
"Nah, boleh tuh. Gue jadi ikutan kepo sama isinya." ucap Sinta bersemangat.
"Yaudah kita buka aja sekarang." kataku pada mereka.
Lantas kami berempat mendekati kotak berukuran sedang tersebut, dan mulai membukanya perlahan.
1
2
3
Tok...tok...tok...
"Eh ayam-ayam!!!" latah Sinta saat kaget tiba-tiba terdengar suara gedoran pintu yang amat keras.
"Buset dah, siapa sih tuh ngagetin aja!" Lia juga ikutan kaget. Sementara aku dan Erina otomatis menjauh dari kotak saat mendengar gedoran pintu yang cukup keras.
Tok...tok...tok...
Suara gedoran pintu kembali terdengar amat keras. Kami berempat kemudian berjalan ke arah pintu dengan hati-hati, takut-takut yang datang adalah orang jahat.
"Na, lo punya sapu kagak?" tanya Lia padaku sambil berbisik.
"Punya, buat apaan?" tanyaku balik yang ikut berbisik.
"Buat mukulin orang yang ngetok pintu, kalo dia orang jahat. Dimana sapunya?" jawabnya masih tetap berbisik.
"Bentar gue ambilin dulu." kataku pada Lia, lalu bergegas mengambil sapu.
"Panci juga, Na." pinta Sinta.
"Wajan juga boleh, Na." tambah Erina.
"Buat apaan? Lo pada mau masak-masak?" kataku agak berteriak sedikit.
"Yee, biar makin banyak yang bisa mukulin kalo nih orang punya niat jahat." kata Sinta berbisik.
"Yaudah tunggu sini, gue ambilin dulu." kataku sambil mencari barang-barang yang mereka katakan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] My True First Love
Teen Fiction|| FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ || Ini kisah seorang gadis SMA yang bertemu dengan laki-laki misterius di sekolahnya. Pertemuan tersebut membawanya pada kehidupan baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Lalu, bagaimanakah hubungan mereka sela...