Bab 12 || Curiga

285 76 6
                                    

"Eumm, itu gue gak nyembunyiin apa-apa kok." ucap Sinta terlihat gugup.

"Sinta, mending lo jujur aja. Lo bisa percaya sama kita." ucapku meyakinkan Sinta untuk bercerita.

Akhirnya setelah aku paksa, Sinta pun mulai mengatakan yang sejujurnya. Ia menghela nafas panjang dan mulai mengaku.

"Gue sebenernya tadi cuma pura-pura pingsan." jujur Sinta dengan suara kecil seperti berbisik-bisik.

"Tuh, kan bener apa yang gue bilang." ucap Lia heboh.

"Ssssttt... Jangan keras-keras Lia, ntar didenger sama guru yang lewat bisa tamat riwayat gue." ucap Sinta kembali berbisik.

"Yah, maaf. Gue kan keceplosan. Jadi ngapain lo pake acara pura-pura pingsan segala?" tanya Lia mulai penasaran dengan suara yang agak dipelankan.

"Jadi, gue tuh sengaja pura-pura pingsan biar gue bisa leluasa stalking seseorang." jawab Sinta sambil nyengir tak berdosa.

"Astaga dragon, ternyata cuma mau stalking orang aja?! Sampe lo segitunya bela-belain pura-pura pingsan, Sin?!" ucap Erina terheran-heran.

"Tuh kan bener lagi apa yang gue bilang, kalo Sinta tuh lagi stalking-stalking happy disini." ucap Lia kembali heboh.

"Emang lo gak takut dilaporin sama anak PMR yang jaga UKS, Sin?" tanyaku pada Sinta.

"Kalian tenang aja, yang jaga UKS hari ini temen gue dari XI IPA 3 namanya Melati. Gue tadi udah ngomong ke dia sebelum mulai upacara." ucap Sinta bangga. Sebaiknya ini tidak boleh ditiru.

"Sialan lo, Sin! Kenapa gak ngajak-ngajak gue sih?" kesal Lia.

"Yah, maaf. Abisnya dadakan gue bilang." ucap Sinta.

"Emang lo lagi stalking siapa, Sin? Sampe segitunya lo bela-belain kayak gini." tanyaku heran.

"Ada deh, nanti kalian pasti bakalan tau." ucap Sinta sambil menunjukkan senyum misteriusnya.

"Pake rahasiaan segala lo, Sin." kesal Erina yang juga mulai kepo.

"Oh iya, Sin. Gue mau tanya, kan lo gak pingsan nih daritadi. Berarti lo liat dong, ada cowok pake kaos hitam masuk ke ruangan ini tadi?" tanyaku penasaran.

"Cowok? Pake kaos hitam? Enggak tuh, gue gak liat." jawab Sinta.

"Yang lo bilang Edwin tadi, Na?" tanya Erina.

"Iya, Er." jawabku.

"Masa iya sih lo gak liat, Sin?" tanyaku sekali lagi mencoba agar Sinta kembali mengingat-ingat.

"Hmm, enggak ada tuh Na. Dari tadi gue sendiri di sini. Si Melati tadi ngaku mau ke toilet tapi belum balik, anak PMR yang lain juga pada jaga di lapangan. Jadi disini cuma ada gue aja, gak ada yang lain." jelas Sinta.

"Kok jadi serem gini, ya? Bulu kuduk gue merinding nih," ucap Erina mulai ketakutan.

"Halah, gue yakin yang tadi itu beneran Edwin seperti apa yang lo liat, Na. Cuma si ongol-ongol aja nih kagak ngeh kalo si Edwin dapet masuk ke ruangan ini." ucap Lia.

"Enak aja lo ngatain gue ongol-ongol! Lo tuh ager-ager!" ucap Sinta tak terima.

"Gapapa kali ager-ager kan enak." balas Lia tersenyum mengejek.

"Kalo gitu lo itu- " ucap Sinta yang disela oleh Erina.

"Udah, udah stop! Kalian jangan pada berisik, ini lagi di UKS. Dan lo Sinta, kalo lo gak sakit, mending kita balik ke kelas aja. Kita omongin lagi pas jam istirahat." tegas Erina.

"Yaudah iya, ayok," pasrah Sinta.

"Padahal gue masih enak-enakan rebahan disini." ucap Sinta kembali.

[1] My True First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang