"Ngapain lo ngajakin gue kesini? Lo mau ngajak gue bolos ke luar sekolah ya?!" tanyaku dengan nada tinggi saat aku tau telah berada di belakang gudang sekolah.
"Lo bisa manjat dinding gak?" tanyanya dengan santai tanpa mengindahkan ucapanku barusan.
"Lo liat sendiri kan kalo gue manusia bukan cicak atau tokek?! Ya mana bisalah gue manjat ini dinding yang tingginya 2 meter gini."
"Oh, iya gue lupa kalo lo pendek. Kirain lo titisan cicak yang walaupun pendek masih bisa manjat." ucapnya mengejek dengan smirk andalannya. Ingin rasanya kucabik-cabik wajahnya sekarang juga.
"Eh, lo kalo ngomong jangan suka bener ya?! Eh, ma-maksud gue jangan suka gak bener! Gue ini gak pendek dan bukan titisan cicak!" belaku sambil menatapnya sinis.
"Kalo lo gak pendek, lo pasti bisa kan manjat ini dinding." sambil sekilas melirik dinding yang ada di sebelahnya.
"Yaa, itukan karena dindingnya aja yang tingginya kelewatan. Coba tingginya se-gue, gue pasti bisa manjat nih dinding sialan!" kesalku karena aku tak bisa memanjat dinding pembatas sekolah.
"Kalo sekalinya cebol ya cebol aja kali." sindirnya padaku sambil menampilkan smirk andalannya.
"Wahh, gue gibeng juga lo! Berani banget lo ngatain gue cebol! Dasar body swimming!" tungkasku sambil menunjukan kepalan tanganku di hadapannya.
"Yang bener body shaming, bego! Gitu aja lo gak tau." protesnya sambil menoyor keningku dengan jari telunjuknya.
"Wah, beneran ngajak ribut nih orang! Ngatain bego lagi. Awas aja ya lo, kalo gue udah lebih tinggi daripada lo, gue injek-injek juga lo sampe jadi remahan rengginang!" ancamku, namun ia malah tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha... Lo? Jadi tinggi? Haha... Mustahil!" Masih sambil tertawa dia mencoba menyangkal ucapanku.
"Sebelum lo nginjek-nginjek gue, gue duluan yang bakal injek lo sekarang!" tawanya telah berganti dengan seringaiannya yang sedikit membuat bulu kudukku berdiri. Seketika itu juga, aku mengalihkan pembicaraan kami.
"Ja-jadi gak lo mau ngajak gue pergi?! Lo mau ngajak gue kemana sih sebenernya?! Pake manjat dinding segala lagi!" ucapku mengalihkan pembicaraan tanpa mau menatap wajahnya.
Namun, dengan gerakan tiba-tiba dia berjongkok di hadapanku dengan posisi tubuh yang membelakangiku.
"Naik!" perintahnya padaku. Dengan cepat aku menolak perintahnya.
"Ogah! Lo pasti mau nyari kesempatan kan buat ngintipin gue?!" tanyaku was-was tapi lebih ke menuduhnya sih, tapikan itu kenyataan. Sekarang aku sedang memakai rok sekolah, jadi wajar aku antisipasi.
"Siapa yang mau ngintipin lo cebol? Gue bahkan gak minat buat ngintipin lo. Kayak gak ada yang lain aja." jawabnya santai bahkan songong.
"Udah cepetan naik! Buang-buang waktu aja lo!" suruhnya padaku lagi.
"Ogah ah! Kasian baju lo gue injek pake sepatu gue." alibiku untuk menolaknya.
Namun, ia malah membalikan tubuhnya dan meraih kakiku. Alhasil dengan gerakan tiba-tibanya aku langsung terduduk dan memperhatikan tindakan apa yang ia perbuat.
"Kaki lo gak bau kan?" tanyanya dengan nada datar tanpa mengalihkan padangannya dari kedua kakiku.
"Yaa enggaklah bego! Gue tiap hari ganti kaos kaki asal lo tau!" ucapku sedikit tak terima.
"Oh." singkatnya. Sungguh menyebalkan.
Lantas kedua tangannya bergerak meraih kaki sebelah kananku untuk membuka sepatu dan kaos kakiku, hal yang sama juga dilakukan pada kaki kiriku. Saat kedua sepatuku telah terlepas, aku baru tersadar dengan apa yang ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] My True First Love
Genç Kurgu|| FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ || Ini kisah seorang gadis SMA yang bertemu dengan laki-laki misterius di sekolahnya. Pertemuan tersebut membawanya pada kehidupan baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Lalu, bagaimanakah hubungan mereka sela...