"Anjir, jadi lo ketemu Rey di minimarket?!" heboh Sinta memastikan.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Gila! Lo ketahuan selingkuh dong?" Lia langsung mengucapkan kalimat yang membuatku tertohok.
"Itu gue beneran selingkuh ya namanya?" ucapku dengan gusar, kembali merasa bersalah pada Rey.
"Lah iya oneng, kan lo udah nerima perjodohannya. Berarti secara gak langsung lo itu udah ada hubungan sama Rey." jelas Lia dengan gemas.
"Tapi Kina kan belum resmi tunangan, mereka juga nggak pacaran. Awalnya kan mereka sama-sama gak tau, Kina juga sempet nolak." bela Sinta padaku.
Aku pun mengangguk menyetujui perkataan Sinta.
"Kalo menurut gue nih ya, selingkuh atau nggaknya itu nggak penting." Erina membuka suara memberikan pendapat.
"Trus yang penting apa?" Lia menanggapi ucapan Erina.
"Yang penting itu soal perasaan Kina, Edwin, sama Rey."
"Na, lo harus pastiin perasaan lo. Lo gak bisa mempermainkan perasaan mereka. Lo tau sendiri kan, Edwin suka sama lo. Dan ada kemungkinan Rey juga suka sama lo, makanya dia mau nerima perjodohan itu." terang Erina dengan menatapku serius.
Aku yang diberikan nasehat oleh Erina hanya terdiam. Jujur aku masih belum paham dengan perasaanku sendiri. Menurutku semua ini terlalu tiba-tiba.
"Itu yang gue masih belum tau, Er. Edwin, dia laki-laki yang baru gue kenal. Dateng secara tiba-tiba dan berusaha ngedeketin gue. Sedangkan Rey, dia dulu musuh gue waktu kecil. Anehnya, orang tua gue malah ngejodohin gue sama dia. Gue gak bisa nolak permintaan orang tua gue." curhatku pada mereka.
"Terus sekarang lo maunya gimana?" Lia kembali bersuara.
"Gue bakalan jelasin soal kejadian kemarin ke Rey. Gue gak mau dia salah paham." kataku.
"Terus Edwin gimana? Dia tau kan lo dijodohin, respon dia kemarin gimana?" tanya Sinta.
"Sepulang dari minimarket, dia cuma diem. Nggak marah ataupun nanya-nanya perihal kenapa gue dijodohin. Hari ini, dia juga nggak ada ngehubungin gue. Padahal tadi pagi gue sempet chat dia buat minta foto kita kemarin, tapi sampe sekarang gak di-read." jelasku dengan menghembuskan nafas gusar.
"Gue rasa dia masih kaget deh, Na. Beri dia waktu dulu." ucap Sinta sambil menepuk pundakku perlahan.
"Mending besok lo samperin mereka satu-satu. Jelasin ke Rey soal kemarin, dan beri pengertian ke Edwin soal lo yang udah dijodohin. Biar gak ada permasalahan di antara kalian." nasehat Lia padaku.
"Iya, Li. Niat gue emang gitu dari kemarin. Tapi masalahnya tadi pagi gue mau nyamperin Rey, eh dia malah menghindar mulu dari gue." aduku dengan nada pasrah.
"Yaudah besok coba lagi. Kalo perlu nanti kita bantu cegat si Rey biar gak menghindar dari lo lagi." kata Sinta menenangkan. Lia dan Erina pun tersenyum mengiyakan.
"Thanks ya gais, kalian memang sobat gue yang paling the best." aku pun memeluk ketiga sahabatku itu.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Aku, Lia, dan Erina pun pamit pulang dari rumah Sinta.
Di rumah, aku pun terus merenungi semua perkataan dari sahabatku. Benar kata mereka, aku harus meluruskan semua kesalahpahaman ini. Aku harus menjelaskan satu per satu kepada Edwin dan juga Rey.
Saat aku sedang asik melamun di depan meja belajarku, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku pun beranjak untuk membukakan pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] My True First Love
Teen Fiction|| FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ || Ini kisah seorang gadis SMA yang bertemu dengan laki-laki misterius di sekolahnya. Pertemuan tersebut membawanya pada kehidupan baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Lalu, bagaimanakah hubungan mereka sela...