Bab 26 || Bimbang

238 34 53
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote dan komen yaa.. Ayo tunjukkan pesona kalian, para readers setiaku<3
Selamat membaca semuaa:)

***

"Lo suka Edwin?" Ditanya begitu, aku hanya diam tak bergeming.

"Kenapa diem?" tanyanya lagi.

Aku sebenarnya sedang berpikir harus menjawab apa. Aku tak paham dengan  perasaanku sendiri.

"Gu-gue gak tau, Rey." jawabku tanpa mau menatap wajahnya.

Hening beberapa saat, sampai akhirnya ia kembali bersuara.

"Mau lo suka siapapun juga, perjodohan ini gak akan bisa dibatalin." Seketika itu juga aku kembali menatap wajah Rey.

Orang yang berada dihadapanku saat ini benar-benar aneh. Sebelumnya dia terlihat tak senang saat aku mengatakan telah menerima perjodohan ini.

Lalu tiba-tiba saat aku bimbang dengan perasaanku, yang kukira dia akan kecewa dan membatalkan perjodohan ini, ternyata malah sebaliknya. Dia seperti seseorang yang pasrah menerima sebuah kenyataan.

"Kenapa bisa gitu? Emang apa sih alasan lo nerima perjodohan ini?" kini aku yang bertanya.

Dia terdiam menatapku, lalu mengucapkan sebuah kalimat yang membuatku sedikit terluka.

"Gue berada di posisi yang sulit. Kalau gue bisa milih, gue mau perjodohan ini dibatalkan." ucapnya dengan serius.

Mendengar ucapannya, emosiku mulai terpancing. "Kalo lo juga mau perjodohan ini dibatalin, kenapa gak bilang dari awal?! Karena perjodohan ini, gue sampe ngerelain perasaan gue sendiri!"

"Gue udah bilang, kalo gue gak bisa. Gue gak ada hak buat memilih." ucapnya dengan penuh penekanan.

"Lo pikir, lo doang yang ngorbanin perasaan lo? Gue juga!" lanjutnya dengan suara yang terdengar marah sekaligus kecewa.

Aku benar-benar terkejut dengan ucapan Rey. Perlahan aku menjauh dari Rey. Dengan rasa takut dan ingin menangis, aku meringkuk memeluk kedua lututku.

Terlihat ekspresi Rey merasa bersalah. Ia lalu menghembuskan nafas kasar dan mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

Ia kembali berbicara, namun dengan nada yang terdengar lirih. Menatapku dengan pandangan yang terluka.

"Sorry, Na. Gue gak bermaksud buat ngebentak lo."

"Gue cuma pengen lo tau posisi gue. Karna perjodohan ini, gue juga harus ngerelain orang yang gue sayang." lanjutnya dengan wajah menunduk lesu.

Aku yang tadinya ketakutan melihat Rey, justru kini mulai merasa kasihan padanya. Benar, keadaan ini tidak hanya menyakitkan bagiku, tetapi juga menyakitkan bagi Rey. Aku rasa, Rey juga harus merelakan seseorang yang dia sukai.

"Ka-kalo lo sayang, kenapa gak mau lo perjuangin? Setidaknya lo harus berusaha dulu." kataku dengan suara pelan.

"Gue mau, tapi gue gak bisa. Di satu sisi, orang terdekat gue juga suka sama dia. Dan gue gak mau merebut orang yang dia sayang."

Mendengar hal itu, aku jadi semakin kasihan dan merasa bersalah pada Rey. Ternyata dia memang berada di posisi yang sulit.

"Meskipun begitu, setidaknya lo harus kasih tau soal perasaan lo ke dia. Mungkin ini terdengar jahat buat orang terdekat lo, tapi gue rasa dia bakalan maklum. Toh, lo gak akan ngerebut cewe itu. Lo ngungkapin perasaan lo biar gak ada penyesalan yang dipendam nantinya. Pada akhirnya, lo juga bakalan dijodohin sama gue." kataku panjang lebar.

[1] My True First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang