Bab 21 || Merelakan

281 61 15
                                    

Bagiku kamu adalah bagian halu, yang nantinya kan berlalu dan hanya akan menjadi masa lalu.

*Kartyana Kinasih*

©©©

"Lo mau gak jadi pacar gue setelah umur lo genap 17 tahun?" ulang Indra sekali lagi.

Indra beneran lagi nyatain perasaannya ke gue sekarang? Dia gak lagi bercanda kan? Aku masih belum percaya dengan kata Indra saat ini.

Aku hanya diam menatapnya tanpa mau mengeluarkan sepatah kata apapun. Raut wajahku mungkin telah mewakili semua yang sedang mengganggu pikiranku.

"Lo gak perlu jawab sekarang. Gue tau lo belum bisa percaya sama perkataan gue sekarang. Tapi nanti setelah umur lo genap 17 tahun, gue bakalan nyatain perasaan gue lagi ke lo. Dan saat itu lo harus beri gue jawaban." sepertinya ia memahami kebingunganku saat ini.

Siapapun tolong sadarkan aku dari mimpi ini! Kenapa tiba-tiba teman-temanku jadi menyatakan perasaannya padaku? Aku rasa tak ada yang spesial dariku, hingga bisa membuat mereka menyukaiku.

Demi tanaman toge berbuah cabe, gue lagi gak mimpi kan sekarang? Ini seriusan gak sih? Kok gue masih gak percaya ya? Kemarin Dika dan sekarang Indra. Gue cantik juga enggak, tapi gak jelek-jelek amat sih. Tapi apa yang mereka suka dari gue? Apa jangan-jangan mereka jadiin gue taruhan lagi? Pikirku menerka-nerka.

Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku kaku sebagai respon atas ucapan mengejutkan Indra.

Setelah itu kami berdua terdiam, seperti ada rasa canggung menyelimuti kami berdua. Indra masih menatap ke arahku. Sementara aku memalingkan wajahku, aku hanya menatap ke arah senja yang menunjukkan keindahannya.

"Kenapa lo suka gue? Bukannya lo suka sama Lintang, ya?" tanpa aku sadari pertanyaan itu seketika keluar dari mulutku. Aku tersadar akan pertanyaan bodohku, lalu aku merasa semakin canggung dan tak enak hati.

"Eh, gak usah lo jawab juga gak apa-apa." aku panik, namun tetap tak mau menatap matanya.

"Gue bakal jawab." ucapnya.

"Gue gak suka sama Lintang." lanjutnya. Kini aku menoleh ke arahnya. Dengan wajah masih tak percaya.

"Oh, ya? Tapi yang gue denger dari temen-temen, lo itu suka sama Lintang. Dan gue pun sedikit percaya soal itu, gue bisa liat dari cara lo natap Lintang tiap hari. Tatapan lo gak pernah lepas dari dia. Meskipun sikap lo ke gue lebih baik daripada sikap lo ke Lintang, tapi gue paham kalo lo itu punya perasaan yang lebih ke Lintang." jelasku dengan berani. Entah mengapa keberanian ini tiba-tiba datang padaku.

"Oke, gue jujur. Gue emang pernah suka sama Lintang, tapi itu dulu. Sebelum gue memperhatikan lo." jujurnya pada akhirnya.

Ternyata dugaan gue benar selama ini. Tapi apa alasan Indra milih gue sekarang? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepalaku.

"Kenapa lo tiba-tiba gak suka Lintang? Dan sekarang malah beralih suka sama gue." dengan berani aku terus menanyakan hal tersebut pada Indra.

"Gue tau, kalo gue bukan cowok yang diharapkan Lintang. Gue sadar diri, jadi lebih baik gue menyerah sama perasaan gue dulu. Dan pada akhirnya gue menemukan lo, Na. Perasaan gue yang dulu bisa gue lupain berkat adanya lo, dan sekarang perasaan ini cuma buat lo." Jelasnya dengan wajah sendu.

Tapi kok gue ngerasa kalo Indra belum sepenuhnya ngelupain Lintang, ya? Gue takut kalo gue nantinya cuma dijadiin pelarian doang. Gue belum tau mana yang bener-bener tulus sama gue, mana yang gak. Pikiranku kian berkecamuk.

[1] My True First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang