Halo pembaca setiaku, maaf ya updatenya lambat, dikarenakan kesibukan yang kian meningkat.
Di bab ini aku udah buat lebih panjang, semoga kalian suka.
Selamat membaca✨
***
"Gaiss, gue mau bilang sesuatu ke kalian," ucap Sinta terdengar heboh.
Kini, aku dan ketiga sahabatku sedang berada di kelas, duduk berhadap-hadapan untuk memulai kegiatan kami yaitu bergosip ria.
Saat ini kelas kami mendapat jamkos alias jam kosong, dikarenakan guru-guru sedang mengadakan rapat evaluasi mengajar.
Jadilah semua siswa berkeliaran bebas di kelas, ada yang tertidur, bermain game, nobar, dan berdiskusi seperti yang kami lakukan.
"Mau bilang apa?" timpal Lia.
"Gue udah resmi jadi followersnya Edwin! Dan lebih kagetnya lagi, dia nge-follback gue!" ucap Sinta dengan semangat menggebu-gebu.
"Hah, Edwin?" kagetku dengan atensi sepenuhnya kini kuberikan pada Sinta.
"Edwin yang mana?" bingung Erina, karena sebelumnya Sinta mengikuti dua akun instagram yang bernama Edwin.
Dengan senyum manisnya, Sinta menjawab, "Edwin temennya Indra."
"Ohh," ucapku dengan wajah kembali biasa saja.
Gue kira Edwin yang dimaksud si Udin. Batinku.
Mengingat Edwin, aku kembali terngiang-ngiang perkataannya kemarin malam.
Flashback on.
"Kina, kenapa lo nerima perjodohan itu? Lo suka dia?"
Mendengar pertanyaan dadakan darinya, aku terdiam mematung beberapa saat. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk berbalik dan melihat ke arahnya.
Ia masih tetap setia melihatku dengan menampilkan ekspresi wajah yang tak bisa diartikan.
Aku masih terdiam, sedikitpun kakiku tak bergerak untuk sekedar menghampirinya.
"Jadi bener, lo udah mulai suka sama dia?" ulanginya.
Tatapannya membuatku kembali mengingat soal kebimbanganku terhadap perjodohan dan perasaanku di waktu yang bersamaan.
"Nggak, gue gak ada perasaan apapun ke Rey," jawabku pada akhirnya.
Dari kejauhan aku dapat melihat sudut bibirnya yang sedikit terangkat, membentuk sebuah senyuman tertahan.
"Trus, kenapa lo nerima perjodohan itu?" tanyanya kembali.
"Gue cuma menuruti keinginan orang tua gue," ucapku dengan sendu.
"Soal perasaan lo sendiri, gimana? Bukannya lo lagi suka sama si ketua osis?"
Mendengar penuturannya membuatku spontan terkejut. Namun, aku berusaha bersikap biasa aja.
"Hah? Ma-maksud lo apa?" aku pura-pura tak paham dengan yang dia maksud.
"Lo tau pasti apa yang gue maksud, gak usah pura-pura gak ngerti," katanya dengan wajah datar.
Melihat aku yang masih tidak mau merespon, ia kembali bertanya dengan tidak sabaran, "Ck, perasaan lo buat Rafa, mau lo kemanain?"
Bagaimana bisa dia tau aku pernah menyukai Rafa? Yah, meskipun itu hanyalah pengalihan perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] My True First Love
Teen Fiction|| FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ || Ini kisah seorang gadis SMA yang bertemu dengan laki-laki misterius di sekolahnya. Pertemuan tersebut membawanya pada kehidupan baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Lalu, bagaimanakah hubungan mereka sela...