12.5; special perjaka 45

292 17 1
                                    

CAKRA'S JOURNEY

Tyona tidur pulas, dan Cakra bosan memancing tanpa hasil nyata. Bukan ini kesenangannya saat memancing, dia suka memancing karena dapat ikan, bisa dimakan atau dijual, lah ini?

Game-nya membosankan.

Jadi, Cakra menuju ke sang istri. "Adek ... Dek?" Namun, tak ada sahutan, jelas karena Tyona tidur lelap.

Sangat lelap.

Dia tak mau membangunkan, jadi siap beranjak, tetapi suara Tyona terdengar, gumaman dan erangan khas tidur.

"Itu ke mana itu?"

"Adek? Adek bangun?" Tak ada jawaban kala Cakra mendekat lagi, Tyona masih tidur, bisa dikatakan dia tengah mengigau. "Dek, Abang bosen, mau mancing ya?" pinta Cakra dengan antusias.

Tak ada jawaban.

Jelas, Tyona tidur!

Namun, kala Cakra mau pergi lagi, ada suara Tyona. "Iyaaaa ...."

Jadilah, Cakra girang, berpikir dibolehkan sang istri, padahal itu ucapan secara tak sadar Tyona.

Diambilnya peralatan mancing, membuat umpan dari biskuit yang dicampur bahan khusus yang dia bawa, barulah dia siap pergi mencari tempat pemancingan.

Siapa sangka, ada kolam besar di dekat sana, jadi Cakra segera memancing.

"Ih, Oom ngapain?" Seorang anak kecil menegur.

Cakra menoleh, tersenyum. "Mancing." Ia nyengir lebar.

"Mana bisa di sini, enggak boleh! Ini kolam buat berenang aku. Lagian, mana ada ikannya di sini! Tu liat!" Cakra melongok, dan benar, isi kolam biru itu cerah tanpa ikan. "Tuh liat!"

"Oh, iyaya, terus kalau mau mancing di mana?" tanya Cakra, bingung.

"Gak tau, Om. Sana deh Om pergi, aku mau mandi nih!" Anak kecil itu mengusir dan Cakra mau tak mau beranjak dari sana.

Setelahnya, Cakra pun berkelana mencari tempat mancing, padahal sesuai kata istrinya tak ada tetapi Cakra bersikeras. Dia sebenarnya tak mau jauh-jauh, setidaknya sampai menemukan seorang kakek-kakek kewalahan membawa gerobak baksonya.

Jadi, Cakra menolongnya.

"Makasih ya, Nak. Nama kamu siapa, Nak?"

"Nama aku Cakra, Kek." Cakra nyengir lebar, dia bangga membantu sesama, sampai dia lupa dia sudah jauh dari tempat semula. Dia membantu kakek, bahkan membantu jualan pula, setidaknya sampai dia dipergoki sang istri barulah dia sadar dia sudah kelewatan batas.

Cakra takut ....

Dia, suami yang buruk!

Perjaka 45 [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang