8|Himalaya

90 17 8
                                        

Pintu bercat putih itu terbuka bertepatan dengan keisha yang juga baru keluar dari kamarnya. Tatapan mata mereka sempat bertemu sejenak sebelum akhirnya Prince memilih untuk segera bergegas dari depan pintu kamarnya, enggan menyapa keisha yang sedang menatapnya dan bersiap untuk tersenyum.

Namun lagi-lagi, sikap Prince membuat keisha mulai overthinking.

Wah beneran nih anak gak suka gue tinggal disini... Batin keisha.

Tapi keisha tetaplah keisha. Meskipun dia sudah tidak seceria dulu, bukan berarti hidupnya sekarang penuh dengan keputusan asaan. Keisha justru melangkahkan kakinya dengan cepat agar dia bisa menyapa Prince dan mengajak laki-laki itu bicara.

Selain seba, waktu kecil keisha juga sangat dekat dengan Prince. Itulah kenapa keisha sungguh ingin bisa bicara dengan Prince. Hitung-hitung Prince bisa menjadi obat saat dia mulai merasa nggak nyaman ketika berada satu atap dengan seba.

"Prince.. Kamu udah kelas tiga kan ya? " Seru keisha seraya melangkahkan kakinya satu per satu menuruni anak tangga, gadis itu hanya mengekor di belakang Prince.

Lelaki itu tak menjawab, Prince hanya mengangguk.

"Wah dikit lagi lulus dong.. Rencananya mau kuliah dimana?"

Tiba-tiba langkah Prince berhenti hingga membuat langkah keisha pun ikut terhenti. Tubuh Prince kemudian bergeser, seakan-akan lelaki itu menyuruh keisha untuk berjalan duluan.

"Duluan aja kak... " Suara Prince lumayan berat, tidak seperti waktu dia masih berumur delapan tahun. Pikir keisha yang sempat terkejut.

"Kenapa? Aku ganggu ya? "

Prince menggeleng yakin. Kedua matanya mengisyaratkan untuk melewati tubuhnya. Keisha nggak paham kenapa Prince terkesan tak suka padanya, kini mereka seperti asing. Padahal, Prince adalah satu-satunya orang yang ingin sekali keisha jadikan temannya jika di rumah.

"Ok.." Keisha tak menolak. Dia melewati tubuh Prince lebih dulu. Keisha juga tidak bertanya apa pun lagi pada Prince. Dia menoleh sejenak ke belakang sampai-sampai keisha tak memperhatikan jalannya. Hampir saja dia jatuh dari anak tangga terakhir, tapi Prince cukup sigap untuk menahan tangan keisha hingga gadis itu terselamatkan.

"Hati-hati kak... " Ucap Prince yang pada saat itu seba sudah berada dibelakang tubuh Prince.

Seba melihat semuanya, bagaimana Prince menahan tangan keisha dan senyum keisha kepada Prince.

Senyum yang pernah keisha berikan padanya empat tahun yang lalu.

"Makasih Prince... " Ucap keisha. Sesaat kemudian, senyum cantik keisha mehilang lantaran dia yang melihat ekspresi wajah Seba yang dingin pagi itu.

"Minggir gue mau lewat!!" Ucap seba sedikit jutek. Bikin Prince langsung melepaskan tangan keisha dan bergeser sedikit.

Lelaki jakung itu berjalan melewati tubuh Prince dan keisha begitu saja.

"Uuhh... Pagi-pagi udah sewot.. " Seru keisha seraya mengangkat satu tangannya yang seakan-akan ingin memukul lelaki itu. Tanpa sadar sikapnya justru membuat Prince tertawa kecil sambil menunduk.

Ini pertama kalinya Prince tersenyum melihat keisha hingga gadis itu pun sadar. "Eh.. Kamu bisa senyum juga? Aku pikir, kamu gak sesuka itu loh aku tinggal disini... "

Prince langsung menggeleng yakin, "gak begitu kok kak.. "

"Terus kenapa dari kemarin kamu kayak kesel sama aku? "

Prince hanya bisa diam sebelum lelaki itu akhirnya membuka suaranya. "Aku.. Aku gak bermaksud bikin kak key berpikir seperti itu.. " Prince menunduk ragu. Dia merasa dia tidak perlu menjelaskan pada keisha alasannya bersikap seperti itu, karena pada dasarnya Prince memang tidak suka banyak bicara ataupun berinteraksi dengan banyak orang.

The HimalayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang