'Tadaima".
"Okaeri, Naru-chan," satu suara menyahut membuat bocah rambut kuning itu mengernyit.
"Kok tou-san udah di rumah? Katanya mau ngantar anak-anak tim futsal lomba ke Kumo. Mungkin hingga seminggu kedepan kalau sampai final," Naruto bertanya heran. Orang dari semalam udah heboh packing. Lalu sibuk sendiri menyiapkan makanan mateng untuk anak tersayang. Makanan yang bisa disimpan di kulkas, jadi kalau mau makan tinggal manasi. Ini tim futsal-nya enggak jadi berangkat atau tou-sannya yang enggak jadi ngantar? Ayahnya seorang guru olahraga di SD setempat. Guru olahraganya sih sebenarnya ada dua. Tapi yang satu guru perempuan dan sudah lumayan berumur. Jadi kalau ada lomba di tempat yang rada jauhan dikit saja, pasti tou-sannya yang kebagian mengantar.
Ayah Naruto, Minato, tersenyum kaku. "Sini. Duduk. Tou-san mau bicara".
Mereka duduk berhadapan. Minato menyodorkan satu surat ke Naruto. Surat berlambang Konoha International High School. Naruto menghela nafas. Surat yang sengaja disembunyikan itu ketemu juga. Padahal surat itu sudah ditaruh di tumpukan baju paling bawah. Kok bisa-bisanya ketemu. Ayahnya itu shinobi pelacak ya?
"Coba jelaskan," perintah Minato.
"Surat itu sudah lama tou-san. Beberapa minggu setelah Naru menjuarai lomba lari antar SMP se Hi no Kuni. Naru ingin cerita. Tapi tou-san tidak pernah suka kalau Naru bertanya soal Konoha. Jadi Naru pikir Naru lupakan saja tawaran beasiswa itu dan mau mencoba tes masuk di SMA lain. Naru minta maaf," Naruto menunduk.
Minato terdiam. Jemarinya mengetuk meja. "Naru-chan, tou-san mau tanya. Naru-chan sejujurnya ingin ambil beasiswa ini tidak?"
"Ya ingin lah tou-san. Beasiswa penuh, dapat asrama dan uang saku. Belum lagi fakta kalau Konoha International High School itu masuk kategori sekolah top di negeri ini. Siapa yang tidak mau sih. Tapi tou-san kemungkinan besar keberatan kan? Daripada tidak diijinkan, ya mending Naru tidak usah cerita. Lagipula, anak udik dari pulau terpencil seperti Naru bisa jadi bahan olok-olok kan seandainya sekolah di sekolah mewah?" Naruto nyengir.
Giliran Minato yang menghela nafas. Minato juga ingin agar putra semata wayangnya itu bersekolah di tempat terbaik. Tapi Minato juga tidak ingin berpisah dengan Naru-channya. Sudah bertahun-tahun mereka tinggal di Uzushio. Pulau terpencil yang meski masuk wilayah Hi no Kuni tapi tidak terjangkau program pemerintah. Nyatanya, di Uzu hanya ada TK dan SD. SMP terdekat berada di Nami. Siswa SMP harus naik perahu motor selama setengah jam untuk sampai ke Nami. Siswa SMA apalagi. Harus pergi lebih jauh lagi. Kalau perlu keluar wilayah Hi no Kuni.
Namun, beasiswa dari Konoha ini membuat Minato takut. Ada banyak hal yang ingin dia lupakan tertinggal di Konoha. Salah satunya adalah orang itu. Perpisahan mereka masih menyakitkan untuk Minato. Butuh waktu lebih dari 5 tahun untuk move on dan membuka lembaran baru bersama Kushi-chan. Apa pindah rumah sekalian ya? Pergi ke negeri lain bersama Naru-channya. Minato bisa cari kerja di tempat itu dan Naru-chan bisa sekolah tanpa mereka harus berpisah. Tapi bagaimana dengan Kushi-chan? Dia dimakamkan di Uzu. Minato rasanya kasihan meninggalkan Kushi-chan sendiri disini. Nanti makam Kushi-chan tidak akan ada yang mengurusi. Kerabat terdekat Kushi-chan tidak ada yang tinggal di Uzu.
"Menurut Naru-chan, bagaimana kalau kita pindah berdua ke tempat lain? Keluar dari wilayah Hi no Kuni?" Minato minta pendapat sang putra.
"Tou-san tidak apa-apa meninggalkan kaa-san? Nanti tidak bisa setiap hari mengunjungi kaa-san seperti biasa?" tanya Naruto. Ibunya sudah tiada sejak Naruto berumur 10 tahun. Sejak saat itu sang ayah tidak pernah lowong berziarah ke makam sang ibu. Bahkan saat salju tebal menutup wilayah Uzu.
"Kushi-chan pasti mengerti semua demi Naru-chan. Kalau kita bertahan disini, Naru-chan tidak bisa berkembang. Mau kuliah pun pasti susah. Memangnya Naru-chan tidak ingin kuliah?" tanya Minato.
"Naru tentu saja ingin kuliah. Tapi Naru ikut kata tou-san saja," jawab Naruto.
"Ya jangan asal nurut apa kata tou-san dong. Kan yang menjalani Naru-chan. Tou-san hanya bisa mendukung apapun keputusan Naru-chan dan mencarikan biayanya," kata Minato.
"Tou-san, kalau boleh memilih, Naru tetap ambil beasiswa-nya. Tapi buat apa kalau nanti malah membuat tou-san kepikiran dan kuatir. Makanya, sekarang terserah tou-san. Mau ajak Naru kemana. Naru ikut saja," kata Naruto.
Minato menyangga kedua pipinya. Sambil mengerucutkan bibirnya, Minato berpikir keras. Menimbang untung ruginya. Tanpa sadar kalau pose imutnya hampir membuat Naruto menyemburkan tawa. Tapi bisa ditahan sekuat tenaga.
'Astaga. Tou-san ini tidak ingat umur ya. Kenapa masih suka bertingkah imut begini sih. Pantas, kaa-san dulu selalu memanggil tou-san dengan sebutan botitaku," batin hati Naruto. Dulu Naruto tidak memahami maksud panggilan sayang kaa-sannya pada tou-sannya. Bertanya pada kaa-san hanya dijawab dengan tawa. Sedang tou-sannya pasti langsung cemberut. Setelah sekolah di Nami dan berteman dengan bocah-bocah kelebihan hormon, Naruto baru mengerti arti botita. Owalah. Ternyata itu artinya. Dan setelah Naruto ingat-ingat lagi, tou-sannya sering bertingkah manja pada kaa-san. Berlaku bak puppy manis. Tapi tetap, Naruto menghormati tou-san sebagai ayah dan kepala keluarga. Tou-san kan tetap laki-laki. Buktinya, tou-san menikahi kaa-san hingga menghasilkan Naruto. Kaa-sannya saja yang terlalu barbar, sehingga tou-san jadi terlihat sangat jinak dan menggemaskan.
"Uhmm. Tou-san ke tempat Kushi-chan dulu ya," Minato memang biasa ke makam saat dia lagi galau, mumet ataupun tidak bisa ambil keputusan. Bercerita di makam sang istri bisa membuat perasaannya lebih lega sekaligus membuatnya bisa berpikir lebih jernih.
Naruto mengangguk. Sudah hafal kebiasaan tou-sannya. Biar tou-san menenangkan diri dulu. Daripada memutuskan secara impulsif. Ntar malah menyesal lagi. Mending sekarang makan dulu lah. Mumpung tou-san lagi pergi, Naruto mau nge-date dengan ramen-chan tersayang. Kalau ada tou-san kan pasti dimarahi, kadang malah dijewer. Padahal, Naruto sangat mencintai ramen-chan. Ya sudah. Terpaksa backstreet. Naruto yakin aman biarpun dia sekarang mau makan ramen di rumah. Tou-san kalau curhat di makam kaa-san kan pasti lama. Kadang Naruto berpikir, tou-san itu bukan cerita tapi lagi bacain dongeng saking lamanya.
Ohayou, minna-san.
Saya bawa cerita baru. Pair silakan ditebak. Tapi saya penganut Narusasunaru. Tergantung jalan ceritanya. Ada yang pas kalau Narusasu, tapi ada pula yang lebih cocok jika pairnya Sasunaru.
Chapter awal singkat dulu deh untuk perkenalan. Terimakasih untuk kalian yang sudi mampir. Bow. Bow.
Sampai bertemu chapter selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiiroi Senko
FanfictionSurat tawaran beasiswa dari Konoha untuk Naruto, membuat Minato kembali mengingat kenangan menyakitkan yang dia tinggalkan disana. Minato jadi galau. Kalau beasiswa itu diterima, Minato harus balik Konoha, tapi takut dengan masa lalu yang menghantu...