Kediaman Senju

220 15 0
                                        







Brak! Brak! Brak!

Gedoran brutal terdengar di pintu kamar 234, jam 5.30 pagi, di hari Sabtu, saat sekolah libur.

Arrrggghhh! Keempat penghuninya yang masih asik berkelana di dunia mimpi pun mengerang kesal, mengumpat sengit, menyumpahi siapapun yang mengetuk pintu secara barbar begitu. Demi alis kemoceng Guy sensei! Hari ini libur. Biarkan kami tidur sedikit lebih lama.

Suara nyaring itu tidak berhenti juga, membuat para bocah di dalamnya misuh-misuh. Jengkel, Naruto pun meloncat dari kasur, ingin menghardik manusia tidak tahu diri di pintu. Awas ya kalau cuma si rambut mangkok itu yang datang buat ngajak lari keliling stadion. Bakal Naruto tendang sekuatnya.

Dengan nyawa yang baru terkumpul separuh, Naruto terhuyung menuju pintu. Matanya setengah merem karena memang belum terjaga sepenuhnya. Semalam mereka begadang mengerjakan tugas dari Iruka sensei yang memang selalu hobi memberi setumpuk tugas. Harus disetor maksimal Sabtu siang pulak.

"Janc*k!" Naruto membuka pintu dan langsung melontarkan makian, yang Naruto dapat dari teman sekelasnya yang berasal dari Indonesia. Temannya itu mengajari Naruto kosakata bahasa Indonesia terutama semua umpatan. Naruto sih senang-senang saja. Bisa digunakan saat ingin melampiaskan emosi tanpa diketahui oleh lawan bicaranya.

"Tidak tahu artinya, tapi sensei yakin itu kasar. Berani memaki guru sekarang?" suara malas Kakashi terdengar, membuat rasa kantuk Naruto langsung hilang seketika.

Naruto meringis. "Maaf sensei. Saya kira tadi Rock Lee". Naruto membungkuk dalam.

"Siapa laknat yang berisik sepagi ini?" Kiba mendadak muncul dari belakang Naruto sambil memeluk boneka anjing berukuran semeteran. Masih dengan muka bantal dan rambut sarang burung. Selarik bekas liur terlihat di sudut bibirnya. Mata Kiba saja masih lengket.

"Tidak ada puppy. Itu suara kamar sebelah. Sana tidur lagi," Naruto mendorong Kiba supaya masuk kamar lagi dan menutup pintu. Kamar mereka berantakan soalnya, seperti habis dihantam tornado. Jangan sampai Kakashi sensei melihatnya ya. Nanti seluruh penghuni kamar bisa dapat hukuman ekstra.

"Selamat pagi, sensei. Ada perlu dengan kami?" Naruto bertanya setelah mengusap bibir. Takut ada iler nongki disitu macam Kiba tadi.

"Mandi sana. Temui sensei di lobi asrama 15 menit lagi. Jangan telat atau sensei tulis semua pelanggaran kalian," Kakashi berlalu setelah memberi perintah.

Naruto ngang-ngong sejenak mencoba mencerna perkataan Kakashi dengan otaknya yang masih nge-lag. Apa itu tadi? Sensei nunggu di lobi? Dan jangan telat? Maksudnya aku atau kami?

"Ahm. Kakashi sensei! Saya sendiri atau dengan teman-teman sekamar?" seru Naruto.

"Kamu sendiri, kuning. Dan cepat!" balas Kakashi sebelum pintu lift menutup.

Sensei uban baka! Naruto meneriakkan kalimat itu dalam hatinya sambil membuka pintu kamar. Nyaris saja terjungkal saat kakinya tersangkut sesuatu. Lah?! Si Kiba bukannya kembali ke kasur, malah melingkar di karpet pas di balik pintu. Untung tidak terinjak. Kelakuan majikan kok sama kayak anjingnya, gerutu Naruto sembari melangkah tergesa ke kamar mandi.

Setelah mandi sesuai esensi yakni kena air dan sabun, Naruto melesat ke lobi secepatnya. Kakashi sensei tidak memberitahu harus berpakaian seperti apa, jadi Naruto asal saja menyambar pakaian bersih dari lemari. Skinny jeans hitam dan hoodie warna oranye mencolok. Hoodie kesayangan Naruto yang merupakan hadiah ulang tahun ke-15 dari tou-sannya. Warnanya memang menyakiti mata. Tapi, tou-sannya membelikan hoodie itu dengan penuh perjuangan. Hoodie berlogo rubah itu berasal dari brand yang sangat terkenal seantero negri. Naruto sudah lama ingin memiliki salah satu koleksinya. Untuk membeli hoodie itu saat launching, Minato harus antri di salah satu cabangnya selama hampir setengah jam. Naruto menghargai usaha tou-sannya itu.

Kiiroi SenkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang