Minato memandang keramaian jalan utama di distrik Sarutobi dari meja kasir sambil ngemil tamago boro. Mumpung konbini lagi kosong, Minato bisa santai sejenak. Pengunjung terakhir sudah 20 menit yang lalu. Seorang nenek kerabat jauh Sarutobi, yang datang untuk mencari promo diskon hari ini, sekaligus mencari kesempatan menggoda Minato. Masak iya nenek itu bilang, kalau dia mau beli banyak barang tapi minta ekstra cium pipi dari Minato. Yang benar saja. Biwako sampai cekikikan mendengarnya.
Konbini biasanya baru akan ramai sekitar se-jam lagi, saat para karyawan berkantong tipis mencari bento atau sandwich sebagai pengganjal perut. Minato sedang sendirian. Biwako baru pulang untuk makan siang. Nanti saat kembali ke konbini, dia biasanya akan membawakan Minato lauk dari rumah.
Sudah dua bulan berlalu sejak Minato kembali ke Konoha. Naruto juga telah tinggal di asrama selama beberapa minggu. Minato yang biasa tinggal berdua dengan Naruto, jadi merasa kesepian. Minato ingin VC tiap hari, tapi tugas sekolah Naruto itu banyak. Mereka hanya sempat berkirim pesan sebentar, sebelum Naruto menenggelamkan diri dalam tumpukan tugas sekolah. Jadilah, Minato kalau malam makan sendirian ditemani dorama TV. Kadang, Kakashi datang dan menarik Minato keluar dari apato. Sekedar diajak makan malam atau kalau weekend diajak malmingan, nongki sambil ngopi. Terkadang pula, Biwako yang merasa kasihan pada duda kawaii itu, mengajak Minato untuk makan malam di kediaman Sarutobi saja. Minato yang sering menolak. Tidak enak hati dong. Udah diberi pekerjaan, masak masih mau numpang makan.
Ring. Ring. Ring.
Telepon konbini berdering. Minato melirik malas pada telpon berstiker kera membawa tongkat itu. Batinnya sudah ngedumel duluan. Paling emak-emak iseng lagi yang hobi mengajak Minato kencan ataupun ngajak jalan-jalan sambil kulineran. Dia menelan tamago boro yang sedang dikunyahnya sebelum mengangkat telepon.
"Moshi-moshi".
"Selamat siang. Kami dari Konoha International High School. Bisa bicara dengan Namikaze Minato-san?" suara seorang perempuan terdengar.
"Hai. Saya sendiri. Apa ada masalah dengan Naru-chan eh anu maksudnya Uzumaki Naruto, anak saya?" Minato seketika panik. Naru-channya kenapa?
"Uzumaki Naruto terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya Namikaze-san. Jadi dimohon kehadiran anda di sekolah sekarang. Kami tunggu di ruang BK Namikaze-san," perempuan itu menjelaskan.
"Bbbaik. Saya kesana secepatnya," ujar Minato.
Minato segera menghubungi hape Biwako. Minta ijin meninggalkan konbini karena dapat panggilan dari sekolah. Biwako mengijinkan. Dia bilang kunci saja semua pintu konbini. Nanti biar Biwako buka menggunakan kunci cadangan.
Minato bergegas lari setelah mengambil jaket dan hape dari dalam loker serta mengunci seluruh pintu. Untung ada taksi lewat sesaat setelah dia sampai di pinggir jalan. Bodo amat ongkos taksi mahal. Naru-channya lebih penting.
Minato sudah overthinking sepanjang jalan. Membayangkan Naruto berdarah-darah, muka lebam, ataupun badan terluka. Semakin cemas saat melihat hapenya. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari sekolah, Kakashi, dan Asuma. Ayolah. Kumohon taksi-chan. Bergerak lebih cepat.
Taksi itu berhenti di depan gerbang sekolah. Minato membayar, lalu segera lari keluar tanpa menunggu kembalian. Sopir taksi sempat memanggil tapi Minato yang sedang kuatir pada Naruto tidak mempedulikan kembalian.
Minato diijinkan masuk setelah mengatakan alasannya pada sekuriti yang berjaga. Sekaligus diberitahu lokasi ruang BK yang sekarang. Minato juga lulusan dari tempat ini. Namun sekolah ini kan sudah berkembang. Jauh beda dari jaman Minato dulu. Sekarang saja pakai embel-embel international kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiiroi Senko
FanfictionSurat tawaran beasiswa dari Konoha untuk Naruto, membuat Minato kembali mengingat kenangan menyakitkan yang dia tinggalkan disana. Minato jadi galau. Kalau beasiswa itu diterima, Minato harus balik Konoha, tapi takut dengan masa lalu yang menghantu...