Konohagakure

130 5 0
                                    

                




Naruto menatap kesibukan di stasiun utama Konoha. Mereka baru sampai beberapa saat yang lalu dan sekarang sedang menanti mobil yang akan membawa mereka menuju asrama Konoha International High School. Minato sudah memberi kabar seorang staf sekolah kalau dia akan menunggu di salah satu kafe di depan stasiun.

Setelah selesai sesi curhat dengan makam sang istri, Minato sebenarnya memutuskan untuk pindah ke Kumo saja. Toh dia punya kenalan atau bisa dibilang rivalnya saat kuliah dulu. Minato kan dulu atlet lari kebangaan sekolah. Tidak pernah punya saingan sejak SMP hingga SMA. Julukannya adalah si kilat kuning. Tapi saat kuliah, ada satu atlet dari Kumo yang bisa mengimbangi kecepatannya. Julukan orang itu adalah A. Minato terlibat rivalitas yang tiada habisnya dengan A di perlombaan. Tapi di luar arena, mereka lumayan akrab kok. Meski Minato kehilangan nomor telpon pribadi A, namun karena A dari beberapa tahun yang lalu sudah menjabat sebagai Raikage, Minato bisa menghubungi A lewat nomor kantor.

Sebelum sempat Minato menelpon A, minta info tes SMA Kumo, sekaligus info lowonga pekerjaan, kunjungan dari kepala sekolah SMP Nami mengubah keputusan Minato.

Karena Naruto tidak kunjung membalas tawaran beasiswa dari Konoha, staf administrasi dari Konoha International High School pun sampai menelpon kepala sekolah SMP Nami. Sang kepala sekolah sampai terkejut mendengarnya. Beliau bahkan tidak tahu ada tawaran beasiswa untuk salah satu anak didiknya dari sekolah swasta terbaik di Konoha. Surat memang dialamatkan ke sekolah tapi oleh guru yang menerima langsung diserahkan pada Naruto tanpa memperhatikan pengirimnya. Maka, kepala sekolah pun memutuskan untuk berkunjung ke rumah Naruto sekaligus berbicara dengan orangtua Naruto. Biar Naruto diijinkan pergi ke Konoha. Kepala sekolah juga menjelaskan semua  keuntungan yang akan diperoleh Naruto dari Konoha International High School. Kepala sekolah mengatakan, Naruto adalah murid pertama dari SMP Nami yang mendapatkan tawaran tersebut. Jadi sayang kalau dilewatkan.

Bujukan kepala sekolah membuat hati Minato goyah. Bukan karena Minato matre ataupun tidak mau mengeluarkan biaya untuk sekolah anak semata wayangnya itu lho ya. Namun siapa yang tidak tertarik dengan tawaran beasiswa hingga S2. Bayangkan! S2. Seandainya hanya sampai lulus SMA, Minato akan menolak dan melanjutkan rencana awal pergi ke Kumo. Tapi tawaran itu terlalu menggiurkan. Meski tentu saja ada syaratnya yaitu harus terus menyumbang medali untuk sekolah. Tapi Minato yakin putra imutnya itu mampu memenuhi syaratnya. Keinginannya untuk menyekolahkan Naruto setinggi mungkin pun bisa terwujud.

Minato segera mengurus pengunduran dirinya dari SD Uzu. Akhir semester dia akan langsung pamit. Sebelumnya dia juga berusaha mencarikan guru pengganti. Kasihan kan kalau ditinggal begitu saja. Mumpung masih ada waktu sebulan sebelum tahun ajaran berakhir. Dia juga menelpon agen rumah di Konoha. Minta dicarikan apartemen termurah yang bisa disewa setahun. Tabungannya hanya cukup untuk sewa apartemen sederhana di Konoha selama 2 tahun. Kota metropolitan seperti Konoha jelas semuanya mahal kan. Tentu saja Minato tidak akan langsung menghabiskan uangnya. Emang tidak butuh makan? Minato juga akan langsung mencari pekerjaan begitu menetap di Konoha. Mungkin bekerja di tempat paman Teuchi. Atau jadi guru honorer SD Negeri di pinggiran Konoha juga boleh. Yang penting kerja dan tetap bisa memantau Naru-channya.

Mereka masih menanti si penjemput datang. Duduk santai di meja berpayung sambil ngemil seraya Minato bercerita mengenai tempat-tempat asyik yang bisa Naruto kunjungi di Konoha. Saat Minato sedang  bercerita mengenai kedai ramen Ichiraku, seorang pria berambut putih dan memakai masker mendadak muncul dan langsung menarik Minato ke dalam pelukannya.

"Nii-san. Minato-nii," orang itu mendekap Minato sangat erat hingga Minato meringis. Etdah! Ni bocah kangen apa pengen membuat orang mati kehabisan nafas?

"Ka-ka-kakashi. Lepasin bocah bodoh. Sesak," Minato megap-megap sambil berusaha melepaskan diri.

Yang disebut Kakashi melonggarkan pelukannya. Matanya berkaca-kaca seolah dia akan langsung menangis seandainya tidak di tempat umum.

"Kalau kulepas, nii-san pasti akan menghilang lagi kan. Tidak mau. Ayo. Ikut aku kembali ke wilayah Senju," Kakashi menggenggam erat tangan Minato dan siap menariknya.

"Eits! Asal narik. Tunggu dulu bocah ubanan. Aku menunggu jemputan dari Konoha International High School," seru Minato.

Kakashi menaikkan alisnya. "Konoha International High School? Yang harus ku jemput itu nii-san?"

"Lho? Kamu kerja disana po?" Minato heran. Kakashi kan cita-citanya jadi kapten ANBU, pasukan khusus di Hi no Kuni. Kok malah jadi staf di sekolah? Manusia dengan empati minus ini memangnya bisa menghadapi bocah-bocah labil yang sedang dalam proses mencari jati diri? Yakin deh. Kesabaran Kakashi pasti setipis tisu dibagi dua dan dicelup air.

"Tidak penting. Orang dari SMP Nami itu Minato-nii?" tanya Kakashi memastikan.

"Bukan aku. Tapi anakku. Ini. Kenalin. Duplikatku. Mirip sekali kan?" Minato menarik Naruto yang daritadi terdiam terlupakan.

Naruto membungkuk sopan pada paman yang mungkin adalah teman ayahnya. "Selamat siang. Saya Uzumaki Naruto. Senang bertemu anda".

Kakashi terhenyak. Minato-nii sudah menikah dan punya anak? Krak! Terdengar suara patahan imajiner dari hati Kakashi. Minato-nii jahat. Ilang lebih dari 20 tahun tanpa kabar, waktu muncul sudah bawa buntut. Enggak relaaaa. Aku masih suka Minato-nii sampai sekarang, Kakashi menjerit dalam hatinya.

"Nii-san, menikah dengan Kushi-nee?" tanya Kakashi lirih. Dulu Minato menghilang bersamaan dengan Kushina. Mereka berdua itu sangat dekat dari kecil. Bagaimanapun kan Kushina dan Minato itu sepantaran, juga tinggal di kediaman yang sama. Tidak akan ada yang heran kalau mereka lebih dari teman. Kushina juga dengan cueknya selalu memanggil Minato di depan semua orang dengan sebutan Mina-chan atau Mina-koi atau Mina baby. Kakashi selalu denial dengan mengatakan kalau semua itu hanyalah candaan Kushina yang memang brutal, barbar dan tidak tahu malu. Tapi, melihat fisik remaja di depannya, membuat Kakashi langsung menebak pasangan Minato. Muka dan rambut memang plek ketiplek dengan Minato. Tapi ada tanda lahir berbentuk garis-garis di pipi mirip kumis dorameong. Setahu Kakashi, yang punya tanda lahir seperti itu keturunan klan Uzumaki, klan asal Kushina. Tidak semua punya. Tapi seperti ciri khas yang hanya dimiliki klan Uzumaki. Belum lagi nama bocah itu. Kakashi paham kok kalau Namikaze, nama depan Minato, bukan nama sebuah klan. Maka, saat menikah dengan seseorang yang berasal dari klan lama seperti Uzumaki, pasti anaknya akan diberi nama Uzumaki.

"Dengan siapa lagi. Hanya Kushi-chan yang mau menikah denganku. Sudahlah. Ayo. Bawa kami ke sekolah. Biar Naru-chan menyelesaikan administrasi terus bisa istirahat di asrama. Kasihan kan. Naru-chan pasti lelah setelah naik kereta beberapa jam," Minato menepuk lengan Kakashi. Ebuset! Bocah ini benar-benar sudah dewasa ya. Selain sudah sedikit lebih tinggi dari Minato, juga lengannya jadi super berotot begini. Minato rada cemberut mengingat lengan rampingnya. Padahal dia guru olahraga, suka olahraga juga. Tapi kenapa ototnya tidak mau terbentuk? Malah makin mulus. Hiks. Sedih. Pantas, Kushi-chan dulu selalu meledek lengannya sebagai lengan princess. Lha wong lengan Kushina saja lebih kenceng.

"Minato-nii berutang banyak penjelasan padaku. Nanti setelah selesai mengurus administrasi di sekolah, kita harus bicara. Empat mata," ujar Kakashi tegas.

"Iya, Kaka-kunnya nii-san yang paling tampan," jawab Minato sambil memberikan senyum termanis yang menyilaukan tapi malah membuat Kakashi tambah pengen mewek. Senyum itu bukan milikku. Sakit woi!












Hai. Hai. Chapter dua datang.
Saya lupa perkenalan dalam bahasa Jepang. Jadi saya tulis saja menggunakan bahasa Indonesia. Rada aneh. Tapi biarlah.
Terimakasih untuk kalian yang mau membaca karya ini.
Sampai bertemu chapter selanjutnya.

Kiiroi SenkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang