Paman Fugaku

36 2 0
                                    



Naruto menatap datar pada pria paruh baya di depannya. Mau apa coba? Aku bukan anaknya. Terus ngapain mengunjungi asrama dan malah menemui aku? Kalau sampai si ayam serama itu tahu, kami bisa berantem lagi. Bukan karena Naruto takut. Karena pasti menang Naruto kalau mereka berkelahi, meski si Sasu-pitik itu sudah dibantu dua kroninya. Tapi karena Naruto tidak mau merepotkan tou-san yang lagi sibuk-sibuknya.

Tou-sannya sudah menghebohkan Konoha saat diumumkan menjadi kepala klan Senju beberapa waktu yang lalu, lebih cepat dari jadwal. Untung identitas Naruto belum terbongkar. Walaupun ada gosip di luar kalau pemimpin sementara Senju punya seorang anak yang masih sekolah di KIHS. Beberapa wartawan sempat datang ke sekolah, berusaha mencari info. Tapi pihak sekolah menutup rapat semua informasi.

Dan sekarang, Uchiha tua ini malah ingin membuat Naruto jadi pusat perhatian dengan datang ke asrama saat petang. Ketika hampir semua anak sudah kembali ke asrama. Meskipun langsung masuk ruang pribadi, tapi pasti, tetap ada yang lihat. Mana pengawalnya siaga di depan ruangan pulak. Masih mending, yang bertugas di lobi asrama hari adalah Ibiki sensei yang tenang, jadi dia tidak heboh menggosip. Coba Genma sensei atau Izumo sensei yang duo rumpi itu. Langsung berita kedatangan Uchiha-sama yang ingin menemui siswa Uzumaki Naruto tersebar dengan kecepatan 100 Gbps di jaringan 5G.

"Maaf. Paman menemuimu tanpa pemberitahuan," kata Fugaku setelah menyesap teh dan merasakan tatapan menusuk dari bocah kuning di hadapannya.

"Ada perlu apa, Uchiha-sama?" Naruto berkata tanpa nada. Naruto tidak takut ya pada orang tua ini. Soalnya posisinya menang Naruto eheee. Kan dia yang butuh, jadi si kakek tidak mengeluarkan aura intimidatifnya. Dan tidak ada tatapan dingin yang bisa membuat dengkul gemetar. Sorot mata Uchiha tua saat ini sangat hangat.

"Umm. Paman akan langsung bicara pada intinya. Ini mengenai tou-sanmu. Kalau paman berusaha mendapatkan hatinya kembali, apa Naruto-kun tidak keberatan?" tanya Fugaku.

Naruto menaikkan alisnya. Hei. Ini masalah kalian wahai para kakek tua. Kenapa membawaku?

"Apa hubungannya dengan saya? Yang ingin anda kejar adalah tou-san. Kenapa harus bertanya pada saya?" Naruto intinya tidak ingin terlibat itu saja.

"Paling tidak, sebelum paman berusaha sekuat tenaga, paman harus memastikan, kalau Naruto-kun tidak masalah kalau tou-sanmu bersama seorang pria. Seandainya Naruto-kun membenci hubungan antar laki-laki, paman yakin, meski Minato masih mencintai paman, dia tidak akan pernah mau kembali pada paman demi Naruto-kun," kata Fugaku.

Naruto tercenung sesaat. Harus menimbang jawaban biar tidak dikira merestui begitu saja si kakek Uchiha ini, tapi juga meyatakan kalau dia tidak masalah tou-sannya bersama siapa saja. Asal pasangannya itu membuat tou-san bahagia.

"Semua terserah tou-san Uchiha-sama. Mau dia bersama siapapun, saya tidak keberatan. Kalau tou-san ingin punya pasangan lagi, saya tidak akan jadi penghalang. Yang penting, orang itu bisa menjadi rumah untuk tou-san," jawab Naruto.

"Paman tidak salah menemuimu. Naruto-kun memang bisa diajak bicara dengan kepala dingin. Hanya itu yang ingin paman dengar. Terimakasih atas ijinnya," Fugaku menampilkan senyum langkanya.

"Itu berlaku untuk semua orang yang ingin mendekati tou-san kok. Jangan kira anda satu-satunya," Naruto menuang air dingin.

Fugaku memandangi bocah kuning yang sedang menyeringai jahil. "Memang ada orang lain selain paman?"

"Ada. Meski tidak terucap dan tou-san tidak tahu karena tidak peka," sahut Naruto.

"Paman tidak pernah merasa punya saingan. Mereka pasti tidak selevel dengan paman," ucap Fugaku penuh percaya diri.

Kiiroi SenkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang