Hiruzen memang kecewa, tapi juga tidak bisa terlalu lama marah dengan Minato. Sebelum Minato bercerita, Hiruzen sudah tahu penyebab Minato pergi begitu saja dari Konoha, bahkan sebelum selesai kuliah. Orang-orang yang dekat dengan Minato, tahu hubungan antara Minato dan tuan muda Uchiha itu, meski mereka berdua berusaha menutupinya. Siapapun akan merasa sakit saat orang yang dicintai tiba-tiba menikah dengan orang lain tanpa menyelesaikan hubungan sebelumnya. Minato bahkan tahu pernikahan itu pada hari H, lewat berita TV. Tidak aneh kalau Minato secara impulsif pilih menghilang daripada harus melihat sang kekasih bersanding dengan orang lain.
Setelah menjelaskan semua serta mendapat pelukan maaf dari Hiruzen, baru Minato merasa lega. Dia pun memperkenalkan Naruto pada keluarga Sarutobi. Mereka berada di kediaman Sarutobi hingga malam. Untung keluarga Sarutobi ada generasi yang sebaya Naruto, hingga dia tidak bosan. Coba kalau isinya orang tua semua. Apa Naruto tidak plonga-plongo karena tidak nyambung dengan isi pembicaraan mereka. Mirai anaknya asik kok. Tidak kaku, tidak pula merasa superior karena dari keluarga terhormat. Tapi Naruto lebih suka bersama Konohamaru. Seperti punya adik bocil yang seru kalau diajak berantem.
Saat pamit, tangan Minato dan Naruto penuh bungkusan kue dan cemilan. Biwako memberi mereka pelukan hangat sebelum pergi. Tidak lupa Hiruzen mengingatkan Minato untuk datang ke konbini milik keluarga Sarutobi besok jam 7. Hiruzen memang menawarkan Minato pekerjaan sebagai karyawan konbini. Keluarga Sarutobi punya satu konbini yang diurus oleh Hiruzen dan Biwako. Hiruzen yang sudah tidak mengajar lagi sejak beberapa tahun yang lalu, membuka konbini sebagai kesibukan.
Minato sangat berterimakasih atas tawaran tersebut. Toh, dia memang butuh pekerjaan. Daripada mencari di distrik lain dan beresiko bertemu dengan orang itu, mending tetap di distrik Sarutobi. CEO sibuk seperti dia kan tidak mungkin keluyuran sampai konbini. Bertemu di jalan lebih tidak mungkin. Konbini-nya memang lokasinya di jalan utama. Tapi untuk sampai sana dari apato, Minato bisa lewat jalan pintas yang tidak bisa dilalui mobil.
Biwako menempatkan Minato sebagai kasir. Kata Biwako, wajah Minato bisa jadi magnet untuk ibu-ibu ataupun cewek-cewek biar pada mampir belanja. Minato hanya bisa nyengir pasrah.
Dan benar saja. Trik Biwako terbukti ampuh. Bermula dari satu cewek seusia Naruto yang membeli roti, lalu terpesona pada nii-san imut berambut kuning dan minta foto. Minato sempat menolak, tapi akhirnya mau setelah pinggangnya dicubit Biwako. Foto tersebut dijadikan story WA dan di-upload di outstagram.
Tidak sampai 2 jam, konbini itu kebanjiran pengunjung. Biwako sumringah melihatnya. Minato yang puyeng.
Dia sudah tua. Sudah punya buntut satu yang berusia 16 tahun. Tapi kenapa digodain bocah-bocah. Beberapa malah lebih muda dari Naruto. Ada yang memanggil Minato baby, darling, honey. Ada pula yang frontal memanggil husbu. Hey! Kalian masih bayi. Minato itu bukan om pedo ya. Bocah-bocah jaman sekarang memang beda ya dengan bocah dulu. Perempuan dulu pada malu-malu saat bertemu lawan jenis. Lha ini. Malah pada berani ngegodain.
Selain para bocah, Minato diuji kesabarannya oleh emak-emak bodi semok yang lebih barbar dari para bocil. Seorang emak sempat mencubit pipi Minato dengan gemas. Ada pula yang langsung melamar Minato. Yang paling membuat Minato merinding adalah saat emak-emak itu memanggilnya onii-tan dengan nada manja. Minato sampai pucat mendengarnya. Onii-tan apanya. Emak-emak itu sudah berumur. Sudah tidak pantas bersikap centil.
Naruto yang tadi juga ditarik oleh Minato sebagai tenaga kerja ekstra (gratis), ngakak sepuasnya dari dalam gudang bersama Mirai. Naruto malah dengan iseng beberapa kali merekam adegan di meja kasir secara candid. Pembalasan untuk tou-sannya yang memaksa Naruto ikut membantu di konbini. Mirai sih maklum kalau disitu, wong usaha milik keluarganya. Naruto kan bukan Sarutobi. Sebenarnya yang bikin Naruto kesal itu karena lagi-lagi rencana untuk mencari info mengenai Fu tertunda. Kemarin dia tidak berhasil mengorek keterangan dari bibi Kurenai. Dia sama tidak tahunya dengan Naruto.
Saat ngobrol-ngobrol dengan Mirai, sambil ngatur stok di gudang, Naruto bertanya sekilas soal pembagian distrik di Konoha yang kesannya dibagi untuk tiap klan.
"Itu pengaturan dari jaman dulu, Naru. Jaman daimyo dan shinobi masih eksis. Masa awal berdirinya Konoha lah. Besok kalau sudah masuk sekolah, coba cari buku sejarah Konoha di perpustakaan. Kalau aku disuruh cerita, ya pegel mulutku," ujar Mirai.
"Di embah gugel enggak ada ya, Mirai?" tanya Naruto.
"Ada sih. Tapi sejarah singkat doang. Termasuk deskripsi singkat soal klan-klan pendiri Konoha. Laman yang itu selalu diperbarui kalau ada perubahan. Pergantian pemimpin klan, atau pernikahan pewaris misalnya," kata Mirai.
Naruto mengangguk-angguk. Itu sih yang dia butuhkan. "Kemarin paman uban menyebut sekilas soal Senju dan Uchiha. Sepertinya mereka punya wilayah tersendiri ya, di luar kota".
"Mereka klan yang mendirikan Konoha. Wilayah hunian mereka juga sudah mereka miliki dari awal. Klan yang lain kan baru bergabung kemudian. Tapi siapa paman uban?" tanya Mirai heran.
"Namanya Kakashi. Karena rambutnya putih semua jadi kupanggil paman uban. Sepertinya dulu dekat dengan tou-sanku," jawab Naruto.
"Kakashi? Rambut putih? Hei! Dia itu salah satu guru di Konoha International High School. Panggil dia Kakashi sensei atau Hatake sensei," Mirai meninju ringan lengan Naruto.
"Ya mana kutahu. Kan belum masuk sekolah. Dia saja tidak memperkenalkan diri. Waktu ketemu, dia langsung memeluk tou-san dan berniat mengajak pulang ke distrik Senju. Bahkan dia menawarkan apartemennya di distrik pusat untuk kami tinggali. Ya kukira dia hanya teman lama tou-san," celoteh Naruto.
"Hadeh. Payah nih. Sekarang, Naru mending duduk yang nyaman, terus buka web dari Konoha International High School deh. Cari info mengenai aturan sekolah dan para guru. Jangan sampai saat sudah masuk sekolah, Naru dianggap tidak sopan karena tidak menyapa guru. Banyak guru yang berpakaian santai, seperti ayahku yang hobi pakai polo shirt. Sudah. Tinggalkan saja urusan menata gudang. Nanti kalau ada yang tidak Naru mengerti, tanya saja. Okay?" Mirai menarik Naruto ke komputer yang ada di gudang.
Naruto tersenyum. Yess! Ini kesempatannya untuk mencari siapa Fu tanpa harus membuat alasan. Daritadi ingin browsing lewat hape, tapi tidak enak hati karena kerjaan masih banyak. Sekarang kan disuruh oleh Mirai. Lebih mantap lagi, posisi komputer itu di sudut mati, alias tidak akan ada yang bisa mengintip dari belakang. Beda kalau di rumah. Tou-sannya pasti mengawasi apa yang ditelusuri oleh Naruto.
Naruto membuka beberapa halaman sekaligus. Salah satunya web sekolah. Yang satu, dia menelusuri sejarah Konoha. Yang satu, Naruto mengetik di mesin pencari soal klan tua Konoha.
Setelah mengaduk-aduk beberapa saat, mata Naruto melebar ketika membaca nama kepala klan Uchiha yang sekarang. Orang ini kah? Naruto mengklik nama itu.
Seorang pria paruh baya bertampang dingin muncul di layar komputer. Mata hitam kelamnya menyorot tajam. Naruto bergidik hanya dengan memandangi foto tersebut. Serem amat yak. Naruto yakin kalau ditatap langsung, dengkulnya bisa lemes seketika.
Naruto dengan cepat membaca keterangan yang menyertai gambar. Yang dia butuhkan selanjutnya adalah usia orang tersebut. Kalaupun tidak sebaya dengan tou-sannya, selisih umurnya juga tidak jauh. 2 tahun maksimal, karena kata tou-san, mereka dekat saat SMA.
Dan, voila! Semua tentang orang ini cocok dengan clue yang tidak sengaja disebutkan oleh tou-san. Naruto menghela nafas lalu menggumamkan nama orang itu secara lirih.
Uchiha Fugaku.
Ohayou minna-san. Arigatou sudah mau membaca kisah ini.
Naruto mulai menemukan petunjuk. Apakah dia akan berani bertanya kepada tou-sannya?
Saksikan saja kelanjutan kisahnya di TKP.
Bye bye n see ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiiroi Senko
FanficSurat tawaran beasiswa dari Konoha untuk Naruto, membuat Minato kembali mengingat kenangan menyakitkan yang dia tinggalkan disana. Minato jadi galau. Kalau beasiswa itu diterima, Minato harus balik Konoha, tapi takut dengan masa lalu yang menghantu...