Chapter 001:🐢🐢

134 45 5
                                    

SIAP BACA BAGIAN PERTAMA DARI CERITA SENJA TERAKHIR BERSAMA NADIRRA

~~~

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK.

INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seindah kenangan kita bersama."

~~~

KOTA SERANG pagi ini begitu terasa sangat dingin, tidak seperti biasanya yang udaranya sangat panas. Tapi beda dengan cuaca hari ini, sehingga tubuh lelaki itu terasa menggigil.

Suara rintik hujan terdengar sayup merdu, mengibaratkan seperti suara alunan piano di sebuah konser. Senandung Aldevaro biasa di panggil Sena, beranjak dari tempat tidurnya, berjalan menuju pintu depan.

Lalu ia menggapai gagang pintu serta membukannya. Setelahnya ia mengedarkan pandangannya ke area sekitar. Hanya terdapat sepeda usang hadiah ulang tahun ketika dirinya berusia 12 tahun. Ternyata cuaca hari ini tidak begitu bersahabat, untuk dirinya pergi keluar rumah.

"Kenapa kamu, Sena?" tanya Tania, Mama kandung Sena. Ia terheran melihat tingkah pangeran kesayangannya mondar mandir tidak jelas.

"Sena ... Makan dulu, Nak?" ucap Tania kembali, seraya menyuruh Sena untuk makan.

"Sena belum lapar, Ma," jawab Sena cepat. Sambil berlari balik ke kamar lagi.

Nampaknya hari ini senja tidak akan muncul di tempat biasa, akibat dari beberapa hari ini hujan terus mengguyur kota. Menurut pemuda itu, hari ini lebih cocok untuk rebahan manja dan mendengarkan musik melow.

Lagian di musim hujan seperti ini mana ada seja Sena, Sena. Kadang-kadang tingkah kamu suka lucu dan aneh.

Sena merogoh buku tebal kecil yang ada di kolong nakas, lalu ia mencoret-coret beberapa kalimat yang membuat dirinya tersenyum. Mungkin teringat sesuatu hal yang sulit untuk di lupakan.

"Dari kesekian ribu orang yang suka menikmati senja, mungkin aku berada di urutan paling pertama penikmat senja. Meskin keindahannya hanya sesaat namun mampu membuat hati, pikiran, dan jiwa ragaku terasa tenang. Saat semburat jingga menyepuh seluruh bumi."

Coretan Sena dalam sebuah buku hariannya.

Pemuda berusia 17 tahun itu sangat suka sekali yang namanya tulis menulis, apa lagi ia bercita-cita ingin menjadi seorang penulis yang bukunya best seller dan di baca ribuan orang.

Senja terakhir bersama Nadirra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang