Chapter 007:🐢🐢

24 16 2
                                    

SIAP BACA BAGIAN KETUJUH DARI CERITA SENJA TERAKHIR BERSAMA NADIRRA

~~~

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK.

INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ingat suatu hal, usaha tidak pernah mengkhianati hasil."


~~~

Karena dua hari kemarin ia sibuk dengan aktivitasnya, yang mengakibatkan niatnya terhenti untuk pergi ke My rooftop cafe, dan di tambah lagi hujan deras melanda kembali di dua hari kemarin. Tapi hari ini hujan pun telah pergi. Hanya meninggalkan genangan-genangan kecil.

Sena sudah terlihat rapih, keren, ganteng maksimal. Bermaksud ingin pergi kembali ke tempat dimana dulu ia dan sahabatnya saling berjanji. Kebetulan juga hari ini lagi cerah-cerahnya, jadi suasana langit pasti bagus.

Juga ia masih penasaran dengan wanita yang kemarin berbincang dengannya. Banyak sekali hal yang akan di pertanyakan kalau nanti semisal dia ada di sana.

"Aduh, aduh, gantengnya Mama mau kemana ini. Udah rapih kaya begini.?" tanya Tania kepada anaknya, ketika ia menyadari kalau jagonya sudah terlihat rapih.

"Aku mau ke my rooftop, Ma?" ijin Sena pada mamanya. Yang lagi membereskan toko bunganya.

Tania hanya mengangguk yang berartikan ia mengijinkan anak tunggalnya untuk pergi kesana.

Tania terlihat masih sibuk dengan toko bunganya yang begitu berantakan banget. Karena baru masuk bunga lagi kiriman dari supplier. Sekarang tidak di jemput oleh Sena lagi, melainkan di kirim langsung dari suppliernya.

"Ehhh... Jangan dulu pergi," Sena yang hendang menaiki motornya, terpaksa harus menghentikan langkahnya. Ketika sang Mama memanggilnya. "Tapi kamu udah sholat Ashar kan?" tanya Tania lagi mengingati.

"Udah dong, Ma." Jawab Sena cepat.

Lalu setelahnya ia menciumi punggung tangan Mama kesayangannya.

Dibawanya kota kecil wanrna merah maron itu, berisikan bebrapa lembar kertas dan beberapa lembar foto bergambar dirinya dan Dirra sewaktu mereka masih SMP. Mungkin semua yang ada di dalam sudah usang bahkan foto pun sudah tidak jelas gambarnya.

Lembaran kertas itu bertulis tangan dari keduanya, baik Sena maupun Dirra. Yang mana tulisannya adalah perjanjian dua bocah kecil beberapa tahun lalu yang akan ia tunjukkan ke wanita misterius itu.

Berharap ada kabar baik tentang semua penantian ini. Meskipun tulisannya sedikit sudah agak memudar, tapi Sena percaya masih bisa di baca dengan jelas.

***

Sesampainya di sana Sena sedikit bernapas lega, karena tempat itu tumben tidak ada satu orangpun yang nongkrong. Hanya ada pelayan cafe saja.

Atensi Sena tiba-tiba teralihkan, ternyata wanita misterius itu sudah duluan ada di sana. Duduk di tempat biasa, dimana posisi paling nyaman untuk menikmati senja datang. Dengan di temani segelas cappucino hangat.

Dari rumah terlihat semangat, tapi kenapa setelah di tempat tujuan Sena malah terlihat sedikit agak ragu dan takut kalau dia benar-benar bukan yang selama ini lelaki itu nantikan.

Karena tujuan awal ia datang kesana ingin mempertanyakan sesuatu hal kepada wanita misterius itu, jadi Sena begitu yakin akan niatnya yang begitu besar.

Menghilangkan keragu-raguan-nya, tanpa pikir panjang bergegaslah Sena melangkah dan menghampirinya. Setelah memesan cappuccino hangat. Minuman yang sering ia pesan kalau ketempat itu

"Hei?" Sena melambaikan tangannya ke arah di mana gadis itu duduk.

Kali ini benar-benar Sena terlihat berbeda, tidak seperti biasanya yang terkenal begitu jutek terhadap orang asing. Tapi kali ini sungguh sangat berbeda, apa mungkin karena ada misi, jadi mau tidak mau Sena membuang dulu sikap jutek nya.

"Hei." Gadis itu membalas lambaian tangan Sena.

Berbeda dengan Sena yang terlihat ragu, canggung, dan sedikit gugup, gadis itu malah sebaliknya. Ia terlihat memberikan senyuman manisnya kepada Sean, yang membuat jantung lelaki itu berdebar tak seperti biasanya.

Sena menghela napas pelan, mengondisikan kegugupannya. Sembari melangkah mendekati gadis yang akan dia temui.

"Bo_bolehkah aku duduk di sini?" ucap Sena pada gadis yang tengah duduk dengan segelas kopi di tangannya.

Sambil mulai duduk dengan menggenggam kotak merah maron itu di tangan kirinya, sedangkan tangan kanan memegang segelas cappucino hangat kesukaannya.

"Ini kan tempat kamu, seharusnya aku yang minta ijin ke kamu, bukan kamu yang minta ijin ke aku?" jawab wanita misterius itu.

Perasaan ini tempat punya pemilik cafe deh, kenapa harus ijin segala macem. Lagian kan ini tempat biasa kamu datengin Sena-Sena. Semua karyawan cafe juga sudah hafal dengan wajah tampan kamu. Yang mana dulu hampir setiap hari ada di tempat itu sebelum kamu sibuk di masa SMA kamu.

"Aku boleh naya sesuatu ke kamu nggak?" tanya Sena kepada wanita itu.

Tanpa basa-basi lagi ia mulai mebuka pemicaraan meskipun terasa ragu-ragu. Berharap dia itu dia. Selalu itu yang Sena harapkan saat ini.

Wanita itu menganggukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah Sena. "Boleh, mau tanya apa?" sambil membenarkan rambutnya, yang sebagian menutupi wajah cantiknya.

Setelah dirasa cukup tenang, Sena membuka kotak kecil yang ia bawa, serta mengeluarkan isi yang ada di dalam kotak itu.

Wanita itu mengernyitkan alisnya, ia tidak mengerti kepada orang yang akan bertanya, tapi kenapa malah mengeluarkan sebuah kotak.

Sena bersua kembali, ia masih di rundung rasa penasaran yang terus meronta-ronta seakan dia itu memang dia.

"apa kamu pernah melihat kotak seperti ini? Dimana dan kapan?" Sambil menunjukkan kotak merah maroon itu pada wanita yang sedang merapikan rambutnya yang sedikit berantakan terkena hembusan angin sore,

Wanita itu mengangkat wajahnya memandang langit senja, yang memancarkan warna kejinggaanya. Matanya mulai berkaca-kaca membendung air mata yang sedikit lagi tergelincir membasahi pipi manisnya. Seraya berkata dan memalingkan wajahnya ke arah lelaki yang bertanya.

"Semenjak dari kecelakaan itu, aku sudah tidak mengingat apapun yang telah terjadi di masa laluku. Aku juga nggak tau kenapa Mamaku menyarankan aku untuk pergi ke tempat ini. Kata Mama agar ingatanku kembali, dengan bertemu seseorang yang spesial dalam hidupku. Yang mana orang itu pasti bisa membuatku mengingat akan masa laluku?" jelasnya panjang lebar, sesekali ia menghapus air matanya yang sedari tadi di tahannya kini mulai membasahi pipinya.

Deg...

Bak di sambar petir di siang bolong, Sena terkejut mendengar ucapannya. Menghela napas panjang, tertunduk lesu mendengar ceritanya. Sungguh kasian, malangnya nasib wanita itu. Tidak bisa mengingat hal indah di masa lalunya.

Kini Sena benar-benar yakin kalau dia itu Dirra. Orang yang selama ini ia tunggu kehadirannya. Tapi hanya saja ingatannya tidak seperti dulu. Kecelakaanlah yang telah menghilangkan semua kenangan indah Dirra selama hidupnya.

"Yang ku ingat? hanyalah Mama, senja dan minum cappucino hangat di tempat ni. Serta bunga chamomile?" lanjutnya lagi sembari menunjukan bunga chamomile yang ia genggam. "Tapi sayang, kura-kura kecilnya mati. Aku nggak bisa menjaganya."

Berkali-kali dia bercerita Sena hanya terdiam mendengarkan cerita dari orang yang duduk di sebelahnya. Dalam hatinya berkata. "Pasti ini dia orang yang selama ini aku nanti di tempat ini. Tapi entahlah, aku bingung untuk saat ini. Dan aku juga bingung bagaimana caranya membawa ingatan dia kembali seperti dulu."

Kegelapan mulai menenggelamkan indahnya senja sore itu. Mereka berdua pun beranjak pulang meninggalkan perbicangan sore itu. Meninggalkan senja dan sejuta kenangan di balik Senandung senja sore itu. Mungkin bukan hanya dia yang Sena rindukan Tapi Senandung yang pernah terlontar dari mulut manisnya.

"Hei? Sini dengar lagu ini, lagu Ini akan jadi kenangan kita yah" Sebuah senandung yang ada dalam ponsel miliknya. Seraya Dirra mengikuti bait demi bait lagu itu. Karena dia hafal betul liriknya.."

🐢🐢🐢

Udah segini dulu ya bab ini,
Gimana suka gak?
Kalau suka jangan lupa komen dan vote yah....

Kalau misal ada typo jangan malu untuk mengoreksi...
Author lebih senang kalau ada yang berani memberi masukan.

Salam kenal, saya s.a.j Kim

Senja terakhir bersama Nadirra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang