Chapter 005:🐢🐢

38 33 2
                                    

SIAP BACA BAGIAN KELIMA DARI CERITA SENJA TERAKHIR BERSAMA NADIRRA

~~~

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK.

"Hal kecil yang membuat kita bahagia, adalah bertemu kembali dengan orang yang telah lama pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hal kecil yang membuat kita bahagia, adalah bertemu kembali dengan orang yang telah lama pergi."

~~~

Ini minggu ke 2 setelah lewat tanggal perjanjian, dimana musim hujan benar-benar telah berhenti membasahi bumi. Bunga-bunga bermekaran, kupu-kupu lalu lalang berterbangan kesana kemari menikmati cerahnya hari ini. Awan-awan yang mengiringi cahaya sinar mentari, memberikan kehangatan di pagi itu.
    
Begitupun dengan bunga chamomile pemberian dari sahabatnya Sena. Kini mulai menunjukkan kecantikannya. Setelah sekian lama menguncup kedinginan kini bermekaran begitu indah. Seindah wajah wanita yang selalu ia rindukan kehadirannya.
    
Itulah Dirra, selain suka senja seperti Sena, Ia juga suka bunga chamomile, dan pernah berjanji akan mengajak Sena untuk menikmati indahnya senja di atas hamparan bunga chamomile. Dan juga pernah berjanji akan mengajak Sena untuk menikmati indahnya semburat senja yang men-jinggga di atas langit pantai Anyer.
     
Melihat cuaca sudah cerah dan bersahabat, bergegaslah lelaki tampan itu yang mengaku ketampanannya melebihi Taehyung dan Jimin BTS untuk pergi ke my rooftop cafe... Menikmati senja dengan view gedung-gedung kota. Dan tak lupa menikmati segelas capuccino hangat.
    
Karena sudah sangat lama ia tidak kesana semenjak perginya dia. Teman masa SMP-nya. Sebelum masa liburnya habis dan mulai masuk masa sekolah jadi pasti nggak akan ada waktu lagi untuk sering kesan.

***

Setiba di sana, Sena begitu sangat amat gembira. Namun menurutnya, tak ada yang aneh atau berubah dengan tempatnya. Sama saja seperti dulu, kondisi tempat duduk si tampan pun masih sama tak ada yang berubah sedikitpun. Cuman ia bahagia bisa kembali menikmati senja di tempat yang dulu pernah terukir sejarah perjanjian dua anak kecil.
    
Mungkin sekarang lebih ramai tidak seperti pertama awal-awal buka masih sepi. Tempatnya berada di gedung tertinggi sebuah mall yang ada di kota Serang, yang kini menjadi tempat tongkrongan anak muda.
     
Sena mengedarkan pandangannya ke area sekitar. Dan padangannya terhenti tepat di depan daftar menu minuman di cafe itu. Tak pikir panjang, Sena segera memesan capuccino hangat kesukaannya.
    
"Mba, capuccino hangatnya satu yah?" pinta lelaki itu kepada barista cafe di sana.
     
Meskipun terdengar sederhana, hanya capuccino biasa, tapi menurut Sena akan nikmat kalau menikmatinya dibawa langit senja., pasti begitu terasa amat nikmat. Apalagi di temani si dia.
     
Tiba datangnya senja, berbarengan dengan datangnya wanita misterius. Sambil membawa segelas capuccino hangat juga. Wanita itu duduk di samping Sena.
    
"Maaf, permisi. Boleh aku duduk di sini? Soalnya bangku yang lain pada penuh." Ucap wanita misterius itu.
    
Dengan cepat Sena menoleh, lalu mengaguk pertanda membolehkan wanita yang sedang berdiri di dekatnya untuk duduk di sebelahnya..

Sena hanya diam tanpa bersuara sedikitpun, ia terus saja terfokus dengan langit sore dan sesekali sembari menyeruput gelas yang berisi kopi capuccino.
     
Beberapa menit setelah wanita misterius itu duduk, ia mulai bersuara memecah keheningan di antara mereka. "kamu sering yah, menikmati senja di sini?"
    
Wanita itu tersenyum, dirasa tak ada jawaban dari orang yang ia ajak bicara. Ia lebih memilih menyeruput kopi capuccinonya, demi mencarikan kecanggungan yang ada pada dirinya.
    
Sena masih saja kekeh dengan pendiriannya, ia sama sekali tidak menoleh, tidak bersuara meskipun untuk sekedar merespon orang yang barusan bertanya walaupun itu hanya secuil.
    
Detik berikutnya, entah kenapa Sena kali ini mau bersuara. Meskipun itu orang asing yang ada di sebelahnya. Ini hal menjadi hal yang aneh dan jarang terjadi dalam dirinya. Yang mana ia selalu cuek sama orang yang tidak ia kenal tapi ini tidak berlaku bagi orang yang sedang asik dengan gelasnya.
    
"Aku suka sekali menikmati senja di sini. Karena, menurutku senja hal terindah yang pernah aku liat selama ini. Senja juga membuat aku bahagia dengan pancaran keindahannya. Selain ingin menikmati senja, aku juga sedang menunggu janji seseorang di tempat ini. Dia... seseorang yang pernah berkata akan menemuiku kembali di tempat ini." Jawab Sena dengan suara lepas.
    
Benar-benar kali ini Sena tidak cuek dengan orang asing, malah, dengan gelagat malu-malu serta merah merona mulai menghiasi pipi tampannya.
    
"Seseorang yang dulu pernah membuat aku bahagia di tempat ini. Walau hanya sesaat. Tapi, begitu bahagia terasa." Lanjutnya lagi.
    
Seketika ingatannya terbawa kembali ke masa SMP dulu. Sembari membayangkan ketika waktu ia dan dirinya masih remaja. Hal itu mungkin bagi dirinya sangat lucu. Sampai-sampai ia senyum-senyum sendiri nggak ngajak orang yang di sebelahnya untuk senyum juga.
     
"Sena mungkin kita tidak akan bisa bermain di sini lebih lama lagi. Dan mungkin ini akan menjadi yang terakhir kalinya kita menikmati senja di sini. Karena aku akan pindah. Meninggalkan kota Serang." Ucap gadis kecil itu yang membuat Sena terkejut dan melebarkan matanya.

Seperkian detik ucapannya membuat dada Sena terasa sesak mendengarnya.
     
"Kenapa?" tanya Sena memastikan.

Dengan raut wajah penasaran. Ia merasa ini cuma becanda dan ia masih nggak percaya akan kebenaran yang terucap.
    
Gadis kecil itu menggapai kedua tangan Sena, dan menatap manik matanya dalam. Senan masih tak percaya akan hal itu, ia masih dengan perasaan terkejut. Kecewa, marah, sedih, kini campur aduk dalam pikirannya.
     
"Tapi aku janji, ketika sudah memasuki masa putih abu-abu, aku janji aku akan kembali dan menemui kamu di tempat ini." Gadis itu mengacungkan jari kelingkingnya, berharap Sena mengikutinya.

Iya, benar, Sena pun mengikutinya dan menautkankanya ke jari sahabatnya itu. "Aku janji, Sena." Setelah ia melepaskan tautan ajari kelingkingnya.
    
Beralih menangkup kedua pipi Sena yang mulai di basahi buliran cairan bening. Begitupun sama dengan dirinya. Yang mana pipinya telah basah lebih awal.
    
Sena hanya bisa berdiam diri tak merespon apapun, bahkan bersuara pun tidak. Hanya suara hembusan napasnya yang terdengar. Ia tidak bisa mencegah sahabatnya untuk meninggalkan dirinya, dan entah kapan mereka bisa bertemu kembali meskipun sahabatnya Sena berjanji akan menemuinya. Sena merasa kurang yakin akan hal itu.
    
"Dan ini aku mau kamu jaga dan rawat bunga chamomile ini." Ganis kecil itu berucap kembali, sembari menyodorkan tanaman bunga chamomile di pot warna hitam.

Berharap Sena bisa merawatnya sampai mereka bertemu kembali.
    
"Satu hal lagi," kembali, gadis itu bersuara kembali.

"Aku punya dua kura-kura kecil, yang satu buat kamu dan yang satu buat aku. Jaga yah, Aku harap ketika kita nanti bertemu kembali, mereka masih hidup dan menjadi saksi kisah persahabatan kita."

"Mereka akan aku kasih nama, punyaku Pangeran kura-kura dan punya kamu Putri kura-kura." Di sela-sela kesedihannya Sena ikut bersuara.
    
"Dahh... Sena, Selamat tinggal..." Gadis itu melambaikan tangannya.
    
Sena pun juga. "Selamat tinggal juga Dirra, aku kan selalu menunggumu di tempat ini."

🐢🐢🐢

Udah segini dulu ya bab ini,
Gimana suka gak?
Kalau suka jangan lupa komen dan vote yah....

Kalau misal ada typo jangan malu untuk mengoreksi...
Author lebih senang kalau ada yang berani memberi masukan.

Salam kenal, saya s.a.j Kim

Senja terakhir bersama Nadirra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang