Chapter 003:🐢🐢

46 34 0
                                    

SIAP BACA BAGIAN KETIGA DARI CERITA SENJA TERAKHIR BERSAMA NADIRRA

~~~

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK.

"Belum bisa untuk membuka hati untuk orang lain bukan berarti itu di artikan dengan kata benci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Belum bisa untuk membuka hati untuk orang lain bukan berarti itu di artikan dengan kata benci."

~~~

Tiba di salastu rumah yang bernomorkan 53. Terlihat seorang gadis yang sedang asik mendengarkan lagu-lagu dari ponsel miliknya. Terlihat sangat lincah, menari-nari sambil di temani rintiknya air hujan.
Jingkrak-jingkrak udah kaya ulet keket nemplok di pohon. Ih parah Sena secantik itu dikatain ulet keket.
    
Emang ia tuh kelakuannya kaya gitu, selain paras wajahnya yang tampan mempesona ia juga humoris. Tapi tidak dengan orang yang baru ia kenal, dia akan jutek, ketus, juga akan bersikap dingin layaknya pangeran es kutub Utara. Apalagi, ntuh sama cewek yang lain ia liat sekarang. oh, tidak. Sorry maaf maaf aja.
     
Makanya, semenjak kepergian sahabat masa putih birunya. Sena terus mempertahankan cintanya dengan cara menjomblo bertahun-tahun dan tidak pernah merasakan yang namanya pacaran di masa SMP. Dan juga selalu bersikap cuek kalau ada cewek yang mencoba mendekatinya di sekolah.
    
Bahkan dulu ada cewek paling populer di sekolah SMP nya, pernah deketin dia bahkan sampai jatuh cinta, tak segan-segan Sena menolaknya mentah-mentah tanpa memberi alasan dan penjelasan yang pasti.
    
Padahal belum tentu sahabatnya bersikap sama dengan dirinya. Atau jangan-jangan ia di sana sudah melupakan Sena untuk selamanya. Hanya saja tingkah Sena yang terlalu pede dan berharap kalau sahabatnya itu mau berjuang untuknya.

Padahal belum tentu juga kan. Toh, di antara keduanya tidak pernah ada kata berpacaran selama mereka berteman dulu. Hanya ada kata persahabatan.
    
Lagian juga kan mereka masih duduk di bangku sekolah SMP, mana mungkin mereka tahu akan hal yang namanya pacaran. Meskipun sekedar cinta monyet.
    
"Hei, Mba... Mba... Hei!" sapa kurir bunga penuh dengan keramahan.

Untuk kali ini Sena bersikap ramah dulu, karena ia lagi jadi kang kurir.
    
"Permisi, Mba. Pesananmu dateng. Hello!!" berkali-kali Sena menyapa dan menegor cewek yang ada di hadapannya, tetep saja tak ada respon darinya.
    
Mungkin karena gadis cantik itu menggunakan earphone di telinganya. Jadi ia tidak mendengar ucapan kurir sedikit pun. Bukan tuli, hanya saja ia memakai earphone. Sehingga menghambat pendengarannya. Inget bukan tuli yah juga bukan ulet keket inget itu.
     
Dengan muka melas dan bingung di tambah kesal sedikit, Sena menyunggingkan bibirnya sinis. Ia mengetukkan telunjuknya di dahinya, bermaksud mencari ide. Setelah dirasa mendapatkan pencerahan ia bergegas melakukan ide brilian itu.
    
"Udah lah aku taro aja bunganya di sini. Nanti juga dia akan ngeliat, kalau udah joget-joget gak jelasnya selesai." Gumamnya.
    
Setelah meletakan keranjang bunga sembarang, Sena pun langsung berbalik badan melenggang pergi meninggalkan gadis ulet keket itu.
     
Hujan yang terus-menerus membasahi bumi membuat dingin semerbak menerpa. Sama sekali tak ia hiraukan untuk kali ini, walaupun tubuhnya begitu menggigil.
    
Beberapa menit setelah kepergian Sena, gadis itupun menyadari akan adanya keranjang yang berisikan beberapa tangkai bungan mawar yang tepat berada dibelakang ia berdiri. Ia merasa bingung siapa yang mengantarkannya. Tanpa pikir panjang ia bersegera menghubungi pemilik toko bunga.

***

Setibanya di rumah, masih saja lelaki itu menggerutu tidak jelas.

"Aneh itu orang, masa gue dateng dia gak liat sama sekali, juga gak denger gue ngomong! Emang gue hantu! segede gini nggak keliatan. Nih yah, aktor Korea mah lewat, apalagi Taehyung sama Jimin, itumah lewat dengan ketampanan seorang Sena!" dengan kesal mengepalkan tangannya sambil memukul-mukulkannya ke kursi. Setelahnya ia merebahkan tubuhnya di atas kursi yang berada di ruang tamu.
     
Tania yang melihat ocehan anaknya bingung. "Ada apa sih gantengnya Mama? Pulang-pulang kok marah-marah?" tanya Tania basa-basi yang lagi asik packing pesanan pelanggannya.
     
"Itu, Ma... Pelanggan Mama yang rumahnya nomer 53. Masa aku dateng nganterin bunga pesanannya, dia cuekin aku. Nggak nengok nggak apa coba, malah sibuk joget-joget. Masa cowok setampan gini dia nggak nengok sama sekali. Hadeh, parah emang tuh cewek." keluh cowok si pemilik netra coklat.
     
Tania hanya menyikapinya dengan tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya. Melihat tingkah Sena yang masih amat lucu di mata sang Mama, meskipun sudah beranjak dewasa dan sudah menjadi seorang pelajar berseragam putih abu-abu. Naruli Mama emang seperti itu. Ia akan selalu menganggap anakanya itu seperti anak kecil meskipun sudah tumbuh dewasa.
    
"Daripada kamu ngoceh melulu, mending kamu bantuin Mama sini?"
    
"Ah, elah. Ma... Gak bosen apa nyuruh-nyuruh mulu?"
    
"Apa kamu bilang!"
    
"Ng... Ngga, Ma.. aku becanda, aku bantuin yah. Hehehe." Sena mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V.
     
Setelahnya Sena pun melangkah mendekati mamanya, yang tidak jauh dari kursi yang ia duduki. Bermaksud untuk membantu Tania yang terlihat kewalahan packing begitu banyak orderan.
     
Membungkus satu persatu semua pesanan pelanggan online shop mamanya. Flora love story terpampang jelas nama online shopnya di salah satu aplikasi toko online si orange. Di depan rumahnya juga sama terpampang jelas sama kaya nama online shop nya.
     
Meskipun Tania buka toko. Tapi, tokoh onlinenya jauh lebih ramai  orderannya. Kadang sampai 300 orderan perhari. Nah loh, gimana nggak capeknya tuh packing orderan sebegitu banyaknya sendiraian. Makanya Sena selalu bantuin Tania. Lagian juga kan sekolahnya masih libur jadi ia bisa sedikit bantu mamanya.
     
Beberapa nama orang sudah mengantri di keranjang antrian akun online shop itu. Namun stok bunganya tinggal sedikit lagi, yang mengharuskan Tania pergi menemui supplier bunga segar dan bunga hias untuk belanja setok beberapa hari ke depan.
     
Dengan menyuruh anak tampan kesayangannya itu untuk belanja dan menemui supplier itu. Itupun mesti harus dengan ancaman potong uang bulanan agar Sena mau dengan ikhlas dan tidak ada keterpaksaan.
    
Bunga segar yang mereka jual, bukan hanya bunga segar potong. Melainkan juga ada bunga segar yang bisa di tanam kembali alias tanaman hias.
    
Tania terlihat menyodorkan beberapa daftar catatan bunga apa saja yang harus di beli. "Sena sayang, anak Mama, kebanggaan Mama, si kasep pisan. Sehubungan stok bunga udah mulai sedikit. Nih, ini daftar bunga yang harus kamu beli di tempat biasa Mama beli." Rayuan Tania kepada pangeran kesayangannya.
    
Senan membelalak mendengar ucapan mamanya. Baru saja ia menghantarkan bunga pelanggan mamanya masa ia harus keluar rumah lagi.
    
"Aku, Ma.?" jawab Sena, sembari menunjuk dirinya sendiri.
    
"Ya, ialah. Massa anak tetangga!" tegas Tania mengerutkan dahinya.
    
Sena pun menghela napas malas. Dengan keterpaksaan ia pun bergegas mengeluarkan motor kesayangannya, yang ter parkir di garasi rumahnya. Yang di jok belakangnya sudah terdapat dua buah keranjang di kanan kirinya. Dengan cepat ia melaju ketempat supplier bunga segar dan bunga hias. Dengan menembus derasnya air hujan yang turun.
    
Gitu dong anak baik, anak yang rajin dan anak yang soleh itu harus nurut sama orang tua apalagi sama Mama yang melahirkan.

🐢🐢🐢

Udah segini dulu ya bab ini,
Gimana suka gak?
Kalau suka jangan lupa komen dan vote yah....

Kalau misal ada typo jangan malu untuk mengoreksi...
Author lebih senang kalau ada yang berani memberi masukan.

Salam kenal, saya s.a.j Kim

Senja terakhir bersama Nadirra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang