Chapter 006:🐢🐢

37 28 3
                                    

SIAP BACA BAGIAN KEENAM DARI CERITA SENJA TERAKHIR BERSAMA NADIRRA

~~~

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK.

INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      "Tuhan aku memang meminta dia untuk kembali. Tapi kenapa engkau kembalikan dia tidak beserta ingatannya."

~~~

Itulah percakapan terakhir dua remaja SMP dulu sebelum benar-benar mereka berpisah. Sena hanya tersenyum hambar dan terdiam kalau mengingatnya kembali masa-masa itu. Kadang juga senang kadang... ya begitulah.
    
Sena berusaha menahan air matanya, ia tidak ingin orang yang lagi duduk di sebelahnya tahu kalau dia lagi menangis setelah teringat kembali ke masa itu. Kita pasti pernah merasakan akan hal sebuah kehilangan seorang sahabat yang selalu dekat dengan kita. Tapi inilah hidup, semuanya hanya bersifat sementara.
    
Meskipun sahabatnya itu pergi hanya berpindah tempat tinggal bukan pergi untuk selama-lamanya, tapi bagi Sena tetap saja itu sebuah kesedihan baginya.
    
Senan dan wanita misterius itu masih menikmati senja sambil meneguk cappucino hangatnya. Sedikit demi sedikit kini senja mulai menghilang tertutupi gelapnya malam. Setelah itu mereka hanya bisa menikmati gemerlap cahaya lampu-lampu dari gedung dan perumahan. Serta sembari berbincang-bincang hangat di sore itu yang mulai menjelang malam.
    
"Tapi, masih ada tempat yang lebih indah untuk menikmati senja dan segelas kopi hangat di Serang?" ucap wanita misterius itu, sambil mendongakkan kepalanya ke atas langit yang mulai di selimuti gelapnya malam.
     
Sena terkejut akan ucapannya, lalu ia memicingkan ke dua matanya dan mengarahkankanya ke arah wanita yang sama sekali tidak ia kenal.
    
Dengan penuh rasa penasaran, Sena pun bertanya. "Dimana?" gejolak rasa ingin tahunya begitu menggebu-gebu. Ia masih setia menunggu jawaban darinya.
     
Wanita misterius itu pun tidak langsung menjawab pertanyaan dari lelaki yang duduk di sebelahnya. Ia berdiam diri sejenak, lalu menurunkan wajahnya dan memalingkannya kepada orang yang lagi menunggu jawaban dari darinya.
    
Masih saja wanita itu belum menjawab pertanyaan dari Sena, ia malah meneguk kembali kopi capuccinonya yang mulai dingin. Setelahnya baru ia menjawab rasa penasaran orang yang terus memandangi dirinya sedari tadi.
   
Gadis itu menarik napas sejenak, menetralisirkan pernapasannya. Barulah ia menjawab pertanyaan itu setelah dirasa agak lega. "Di atas hamparan bunga Chamomile dan di langit pantai Anyer." Jelas wanita misterius itu.
     
Dengan sontak, Sena tesedak sarivanya. Ia benar-benar terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut wanita yang duduk di sebelahnya. Entah kenapa ia teringat kembali akan ucapan dari sahabat SMP nya dulu. Menurutnya ucapan gadis misterius itu sama persis dengan apa yang di ucapkan sahabatnya dulu.
    
"Dan ketika aku kembali, akan ku ajak kamu menikmati indahnya senja di atas hamparan bunga chamomile dan langit pantai Anyer. Dimana tempat menikmati senja yang sangat indah setelah di tempat ini. Selamat tinggal Senandung Aldevaro."

Suara itu terdengar sangat nyata, meskipun tidak. Dan suara itu menggema beberapa detik di telinga Sena, tapi kini hilang di terpa angin malam.
    
Aneh, kenapa bisa sama yah, ucapan wanita misterius itu dengan ucapan Dirra gadis kecil sahabat Sena. Hal itu jelas membuat bingung saja. Sena menggaruk tengkuknya yang samasekali tidak gatal.
     
Tanpa permisi dan tanpa berucap apapun, Sena langsung pergi begitu saja meninggalkan wanita misterius itu. Meskipun dalam hati kecilnya banyak pertanyaan yang entah kepada siapa ia akan lontarkan.
    
"Apa aku tidak salah dengar dengan apa yang ia ucapkannya tadi, Kenapa bisa sama? ucapan dia dengan yang di ucapkan Dirra  dulu. Kalau memang dia orang yang aku tunggu, tapi kenapa dia tidak ingat denganku. Ah, mungkin ini hanya pikiranku saja yang kacau." Gumamnya dalam hati sambil mengendarai motor kesayangannya. Berlalu dan pergi dari tempat itu.

***

Setelah kejadian itu, sudah beberapa hari Sena tidak pergi kesana lagi, karena kesibukan aktivitas sekolah mulai menyerang kembali. Ia tidak ingin masa belajarnya hanya di habiskan dengan bermain. Dan ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa dengan nilai ujiannya yang jelek.
    
"Kenapa ucapan dia biasa sama? gumamnya, yang membuat kepalanya pening.

Jujur, setelah pertemuan dengan wanita asing itu, pikiran Sena terus terbayang dengan ucapan Dirra dan ucapan wanita itu. Karena sama sekali tidak ada bedanya dengan ucapan keduanya.
    
Apa jangan-jangan dia benar Dirra yang lagi hilang ingatan, makanya dia tidak ingat apapun kejadian masalalunya. Mungkin, hanya ada satu hal yang bisa membuat dia mengingat kembali tentang semuanya.
    
Entah kenapa, tiba-tiba Sena teringat akan sebuah kotak kecil yang berisi beberapa lembar kertas sebuah perjanjian dirinya dengan. Dirra sahabatnya.
     
Sebelum itu, terlebih dahulu Senan membuka kembali buku Dairynya dan ia menuliskan kembali beberapa kalimat yang telah terjadi beberapa hari yang lalu.
     
"Dear diary,
       
Entah apa yang sedang aku pikirkan, Berhari-hari hanya mengurung diri, memikirkan yang belum tentu benar.
     
Jika  itu kamu Dirra, kenapa kamu tidak ingat aku? Teman masa kecilmu. Teman semasa kita waktu mengenakan seragam putih biru.
      
Kamu begitu berbeda Dirra. Apa yang sebenarnya terjadi denganmu. Aku menunggumu bertahun-tahun,  Dan aku masih tidak bisa lupa dengan smua. Aku tidak bisa lupa hal yang telah kita lewati bersama. Sedangkan kamu apa, degan mudahnya melupakan semuanya itu.
    
Diary,
     
Apa mungkin benar dia bukan Dirra. Dan hanya aku saja yang terlalu berharap  kalau itu benar-benar dia. Mungkin aku terlalu pede, dan terlalu mimpi akan hadirnya dia kembali."

Dalam catatan harian Sena.

Pena dan buku harian itu menjadi bukti penantian Sena selama ini. Sudah banyak hal yang ia catat mengenai isi hatinya. Ia juga yang berprasangka kalau itu benar-benar Dirra.

Sahabat kecilnya yang selama ini ia nantikan kehadirannya. Mungkin ada sesuatu hal yang terjadi padanya dan pasti lambat laun akan terungkap secepat mungkin. Apa mungkin ini hanya kebetulan saja dia berucap seperti itu.   
    
Senan merogoh kotak kecil dari laci meja belajar nya, ia memandangi kotak itu dengan seksama.
    
"Apakah aku harus membawa kotak ini, Atau aku harus menanyakan langsung kepadanya. Siapa dia, Dirra atu bukan dan kalau Dirra kenapa dia bisa lupa dengan semudah itu. Apa mungkin dia bukan Dirra? Apa mungkin ini hanya kebetulan saja." Gumamnya.

Yang sedari tadi lagi duduk di meja belajar dan menyoret buku hariannya dengan kata-kata indah. Seindah menikmati senja bersamamu.
    
Sesekali Senan mengacak-ngacak rambutnya, karena terasa pening mengingat itu semua, tapi harus tetap semangat demi sahabat kecilnya.
    
Malam semakin larut, sunyi sepi menyelimuti malam itu. Masih dengan rasa penasaran, lelaki tampan itupun beranjak menuju kasur dan menjatuhkan tubuhnya. Lelaki itu mulai memejamkan matanya, berharap esok ada kabar baik yang membuat hatinya gembira ria.

🐢🐢🐢

Udah segini dulu ya bab ini,
Gimana suka gak?
Kalau suka jangan lupa komen dan vote yah....

Kalau misal ada typo jangan malu untuk mengoreksi...
Author lebih senang kalau ada yang berani memberi masukan.

Salam kenal, saya s.a.j Kim

Senja terakhir bersama Nadirra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang