SIAP BACA BAGIAN KESEPULUH DARI CERITA SENJA TERAKHIR BERSAMA NADIRRA
~~~
JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK."Awal mula yang indah untuk hal yang telah pergi dan kini kembali di saat aku benar-benar mencari."
~~~
Sudah seminggu sekolah masuk, setelah libur semester pertama. Tepat hari ini Senin kedua setelah libur, kelas XI kedatangan murid baru pindahan dari Bandung. Awalnya Sena bersikap biasa saja karena dia terkenal si raja cuek dan dingin terhadap orang yang sama sekali ia nggak kenal. Secantik apapun wanita itu dia tidak akan pernah peduli dengan hal itu semua.
Setelah guru mata pelajaran matematika mempersilahkan murid baru itu masuk dan menyuruhnya memperkenalkan diri, Sena tersentak kaget ketika ia mendengar nama Dirra keluar dari bibir murid baru itu.
"Hai, kenalin aku Dirra Anastasya, panggil aja Dirra dan aku pindahan dari bandung."
Suara itu berhasil membuat Sena. mengangkat wajahnya dan mengarahkannya ke arah dimana murid baru itu berdiri. Sekali lagi Sena tersentak setelah memastikan murid baru itu ternyata orang yang beberapa hari ini membuat dirinya bertanya-tanya.
Tak berkedip sedikitpun ia masih terus menatap ke arah depan. Sesekali ia menggosok-gosok matanya, barangkali ia salah liat. Tapi ternyata memang benar dia orang yang selama ini membuat dirinya menunggu kehadirannya.
"Oke, silahkan kamu Dirra? Duduk di sebelah Sena. Di situ kan bangkunya kosong." Guru matematika itu mengintruksikan kepada Dirra untuk duduk di sebelah Sena.
Tentu saja Sena sangat senang, bisa sebangku kembali dengan sahabat SMP-nya meskipun Dirra belum mengingat siapa Sena sebenarnya. Tapi ia jauh lebih senang daripada hal itu. Masalah ingat atau tidaknya terhadap dirinya, itu bisa di atasi seiring berjalannya waktu. Yang terpenting untuk saat ini ia bisa bersama lagi dengan orang yang selalu ia tulis namanya dalam buku hariannya.
Sena menarikan napas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia benar-benar tidak bisa mengungkapkan isi hatinya saat ini. Ia merasa ini tidak nyata dan merasa ini hanyalah sebuah mimpi dalam tidurnya. Dimana Tuhan benar-benar mengabulkan semua doanya agar bisa bertemu dengan orang yang dulu sering menemaninya menikmati senja.
"Hai, aku boleh duduk di sini?" tanya Dirra.
Ia mengembangkan senyum. Tapi sayang orang yang di sapanya malah diam tak bersuara sedikitpun. Ternyata Sena sedari tadi bengong, entah kemana pikirannya saat ini.
Merasa tak ada jawaban dari orang yang ada di hadapannya, ia memaksakan diri untuk duduk tanpa menunggu ijin di setujui orang tersebut. Mau suka mau tidak toh guru matematika udah menyuruhnya untuk duduk di bangku itu.
Sena tersadar dari lamunannya, ketika mendengar suara beda di banting ke atas meja, yang ternyata itu sebuah tas milik anak baru yang kini jadi teman sebangkunya.
"Eh, udah toh melamunya?" suara Dirra kembali. "Ternyata Serang itu sempit yah, samapi-sampai aku tidak akan menyangka kalau kita bakalan satu kelas."
"Hihihi," Sena hanya memberikan cengiran. Lagu bersuara. "Kamu, kok bisa yah kita satu sekolah, bahkan satu kelas pula?" Sena merasa malu-malu, terlihat ia beberapakali menggaruk-garuk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
"Udah, jangan nyengir mulu, tar giginya kering tau?"
Sena merapatkan bibirnya serta menutupnya secara cepat, setelah mendengar perkataan dari Dirra. Habisnya, mau gimana lagi. Orang lagi merasa bahagia dan susah untuk mengekspresikannya. Ya beginilah jadinya.
"Udah tuh, pelajaran mau di mulai?" lagi, Dirra bersuara kembali. Tapi tidak dengan Sena yang masih berdiam diri.
"Aku boleh liat buku matematika kamu nggak?"
"waith, aku ambil dulu di tas?" mendengar orang yang di sebelahnya pinjam buku matematika miliknya, Sena bergegas mengambilnya dan menyodorkannya kepada Dirra.
Dirra menggunakan kepalanya tanda berterima kasih kepada orang di sebelahnya. Ia mengedikkan bahunya dan tersenyum melihat teman barunya yang salah tingkah entah kenapa. Tapi Dirra juga merasa ada hal aneh pada orang yang di sebelahnya, ia merasa orang itu tidak asing bagi dirinya.
"Eh, kamu?" Sena mulai bersuara meskipun dengan suara pelan, agar guru matematikanya tidak mendengar suaranya.
"Dirra, namaku Dirra!" tegas Dirra.
"Iya, kamu Dirra. Nanti sore jadi kan ke my rooftop?"
"Gimana nanti sore aja yah?"
Mendengar respon Dirra seperti itu, senyum bahagia Sena tiba-tiba memudar begitu saja. Ia merasa sedikit kecewa dengan orang yang ada di sebelahnya. Pikirnya ia akan serius ajakannya pas waktu malam itu di alun-alun kota. Eh, ternyata tidak serius.
"Kenapa? Kan kamu yang ngajakin ketemu?"
"Soalnya aku ada les melukis," jelas Dirra.
"Owhh, aku boleh ikut nggak?" masih saja Sena mengajak ngobrol teman barunya, tanpa menyadari kalau guru yang sedang menjelaskan pelajaran hari ini memerhatikan dirinya sedari tadi.
"Sena... Tolong di jam pelajaran saya jangan banyak bicara selain mata pelajaran saya!"
Medengar teguran dari gurunya, senang menolehkan pandangannya ke arah papan tulis. "Iya, Bu. Saya mengerti."
Tapi tidak dengan dira yang terkekeh melihat Sena yang kini diam fokus dan mengarah ke depan kedua bola matanya. Pikir Dirra orang ini akan cuek dan dingin, tapi ternyata pikirannya salah. Ternyata Sena sangat lucu juga, humoris juga iah, dan juga humble. Meskipun ia tidak tahu banyak tentangnya.
Mata fokus ke papan tulis, tapi tidak dengan hati dan pikirannya yang melayang-layang kemana. Benar-benar Sena saat ini merasa bahagia atas kembalinya sahabat lamanya yang dulu meninggalkannya.***
Semua murid SMAN Serang berhamburan keluar kelas, karena sudah waktunya untuk pulang. Termasuk kelas XI IPS dua sudah mengosongkan kelasnya. Tapi tidak dengan Dirra yang pulang belakang karena ia habis dari ruangan ruangan TU terlebih dahulu untuk membeli atribut dan kaus olahraga raga.
Pikir Dirra hanya dirinya saja yang belum pulang, ternyata masih ada satu orang lagi yang belum pulang. Sedang berdiri di lorong sekolah bersender di tembok sembari membaca sebuah sebuah buku entah buku apa itu tidak jelas terlihat di mata Dirra.
Tapi gadis itu cuek saja karena ia tidak mengenali siapa sosok laki-laki itu. Ketika ia berhasil melewati orang itu, ia terpaksa menghentikan langkahnya. Karena laki-laki itu memanggil namanya.
"Kamu Dirra kan?"
"Siapa dia? Kok tau nama aku sih?" batin Dirra bertanya. Ia masih mematung beberapa saat, sampai orang itu memanggil namanya kembali.
"Kok diem sih, Dirra?"
Karena penasaran, Dirra terpaksa membalikkan badannya. Ia memelengkungkan bibirnya ke atasa ketika menyadari kalau orang yang sedari tadi memanggil-manggil dirinya adalah laki-laki yang ia temui di my rooftop dan juga teman sebangkunya. Pantas saja dia mengetahui nama Dirra.
"Buru-buru amat, emang mau kemana?" tanya Sena sembari memasukkan buku yang sedari tadi ia pegang kedalam tas..
"Mau ke tempat les." Jawab Dirra singkat.
Tampak terlihat jelas kalau Dirra untuk sekarang ini sedang malu-malu terlihat dari rona merah mulai menghiasi raut wajahnya yang sedikit agak pucat. Tapi ia sebisa mungkin Dirra menyembunyikan itu semua lewat senyuman.
Sena masih tersenyum, ia juga sama halnya dengan. Dirra yang malu-malu. Tapi mungkin Sena tidak terlalu karena ia sudah mengetahui orang yang sedang berdiri di hadapannya. Tapi tidak dengan Dirra yang tidak mengenali dirinya.
"Aku boleh ikut nggak?"
"Mmmmmm... Gimana yah?"
"Boleh yah, boleh?" rajuk Sena.
Tanpa bersuara kembali, tapi Dirra menganggukan kepalanya yang menandakan ia memperbolehkan laki-laki di hadapannya yang sedang memohon untuk ikut dengannya. Dengan satu syarat jangan mengacau, jangan berisik dan jangan banyak tanya.🐢🐢🐢
Udah segini dulu ya bab ini,
Gimana suka gak?
Kalau suka jangan lupa komen dan vote yah....Kalau misal ada typo jangan malu untuk mengoreksi...
Author lebih senang kalau ada yang berani memberi masukan.Salam kenal, saya s.a.j Kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja terakhir bersama Nadirra
Novela Juvenil"sebuah kisah penantian dan kesetiaan yang berakhir dengan kesedihan."