SIAP BACA BAGIAN KETIGABELAS DARI CERITA SENJA TERAKHIR BERSAMA NADIRRA
~~~
JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK."Akan selalu ku goreskan namamu dihatiku. Dan ijinkan aku mengukir diantara bebatuan. Agar namamu tak bisa terhapuskan. Meski, di terjang badai sekali pun. Dan biarkan aku selalu mengingat namamu untuk saat ini dan selamanya."
~~~
Karena tugas sekolah yang begitu banyak, Sena pun harus sesegera menyelesaikannya. Mengumpulkan tugas tulisan novel dari guru pelajaran bahasa Indonesia. Sebagai siswa yang teladan, Sena tidak mau dirinya menyandang gelar siswa yang malas mengerjakan tugas. Tahu sendiri guru bahasa Indonesia terkenal dengan tegas, galak, dan sangar.
Yang membuat antusias laki-laki itu mengerjakan tugas membuat cerita, ia mendengar kalau guru bahasa Indonesia kalau yang bagus ceritanya akan di kirimkan ke salah satu penerbit. Dari situ Sena yang menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan menyukai literasi, semangatnya menggebu-gebu.
Pokoknya malam ini ia harus bisa menyelesaikan novel itu, di karenakan besok batas akhir mengumpulkan tugasnya. Selain itu, Sena harus menanggung akibatnya kalau tidak mengumpulkan tugas. Sudah dipastikan nilai ia akan jelek. Dan pasti bakalan kena amukan Mama dan Papanya jika nilainya merah.
Untuk kali ini lelaki itu mengabaikan senja, ia benar-benar belum bisa menikmati senja lagi, dan masih belum bisa untuk membantu Dirra mengembalikan ingatannya. Karena masih terhalang dengan segudang tugas-tugas dari sekolah yang begitu menguras tenaga.
Dan, dari semenjak malam itu, semenjak dari kerumah Dirra. Ia tidak pernah melihat sahabat kecilnya lagi. Bahkan sekolah pun udah beberapa hari tidak masuk. Sena pernah sesekali menyempatkan diri untuk ketempat diaman ia suka bertemu walau hanya sesaat. Tapi, ia tak pernah terlihat lagi entah kenapa. Gimana mau membawa dan mengembalikan ingatannya kembali, keberadaannya saja Sena tidak tahu.
Bahkan rumahnya pun sudah beberapa hari ini terlihat kosong. Jadi membuat bingung, apa dia pindah lagi. Tapi kemana? Entah.
Namun Sena tak ingin ambil pusing dalam situasi ini, dimana ada dua pekerjaan yang harus ia kerjakan secara bersamaan. Belum tugs novel selesai, malah ada lagi tugas lain. Ia ditunjuk sebagai perwakilan sekolah dalam acara lomba cerpen tingkat nasional di Jakarta dua bulan yang akan datang.
Sena tentu senang akan hal itu, karena sesuai dengan hobinya menulis hal apapun. Tapi kadang Sena menganggap Itu semua beban dalam hidupnya dan dalam pikirannya. Bagi Sena dikondisi seperti ini, banyak hal yang di pikirkannya saat ini. Membuat susah konsentrasi. Dan kurang yakin akan perlombaan itu. Karena pihak sekolah berharap banyak kepadanya.
"Ya, Tuhan. Kapan selesainya tugasku ini, Aku ingin menikmati senja lagi!" keluhannya, sambil membolak-balikkan buku-buku yang berjejeran di meja warna hitam itu.Ada beberapa tumpukan lagi yang harus laki-laki itu kerjakan selain mata pelajaran bahasa Indonesia.
Mungkin malam ini tidak bisa, Sena benar-benar tidak untuk menyelesaikan. Tetep saja meskipun sekuat tenaga mencoba untuk fokus pada tugasnya, tapi otak Senan berkata lain, tatap saja yang terngiang di pikirannya hanya, Dirra, Dirra, dan Dirra.***
Bunyi alarm terus berdering membangunkan sang empunya. Meskipun sudah di setting sedemikian rupa, ternyata tidak mampu membangunkan Sena dengan tepat waktu. Al hasil ia kesiangan.
Tok... Tok... Tok...
Suara alarm berhenti, kini giliran suara pintu di ketuk berbunyi begitu keras. Masih saja laki-laki setia dengan kasurnya. Karena semalam begadang jadi ia benar-benar ngantuk berat dan matanya tidak bisa di ajak kompromi.
"Sena... Sayang?? Ayo bangun, Nak. Ini udah jam berapa, nanti kesiangan loh?"
Tania masih setia di depan pintu kamar anaknya. Ia tak habis pikir dengan tingkah anaknya. Ngakunya murid teladan tapi nyatanya apa.
Tok... Tok... Tok...Sekali lagi Tania mengetuk pintu itu, tapi kali ini benar-benar begitu keras suaranya. Hingga berhasil membuat Sena terbangun. Samar-samar ia membuka matanya secara perlahan dan mengarahkannya ke arah meja belajar dan memfokuskan kedua bola matanya menatap jam beker.
Sena terperanjat ketika menyadari kalau jam menunjukkan 07.30. yang mana sebentar lagi gerbang sekolahnya kan di tutup. Ia tidak mau predikatnya sebagai murid teladan tercoreng gara-gara terlambat.
"Sena, kamu udah bangun belum?" Tania masih setia di balik pintu kamar Sena.Wanita parubaya itu tidak akan pergi dari tempatnya berdiri sebelum akan kesayangannya berangkat ke sekolah.
"Aku udah bangun kok, Ma. Ini aku mau mandi?"
"Jangan lama-lama ya, sayang. Mama tunggu di bawah?"
"Iya, Ma."
Sena benar-benar pagi itu di buat panik akibat suara alarm yang tidak terdengar oleh telinganya. Secepat ilat ia membersihkan tubuhnya, secepat kilat ia juga memakai seragam dan memasukan buku pelajaran hari ini kedalam ranselnya. Dan tak lupa tugas bahasa Indonesia yang harus di kumpulkan hari jangan sampai ketinggalan nanti bisa fatal.***
Sena melajukan motornya dengan kecepatan penuh membelah jalanan kota. Ia tidak peduli dengan umpan-umpan orang-orang yang tersalip olehnya. Debu jalanan pun tak ia hiraukan, yang penting ia cepat datang ke sekolah sebelum jam 08.00 yang mana jam itu pas waktu bel belajar jam pertama di mulai.
Makanya ia sedikit agak kebut-kebutan membawa motornya.
Tapi sayang, meskipun ia udah berusaha sekuat tenaga masih saja ia terlambat masuk kelas dan gerbang sekolah pun sudah di tutup. Tapi karena ia cukup baik di mata satpam, ia berhasil masuk dengan mulus tanpa hambatan.
Setelah Sena menaruh motornya di parkiran sekolah, ia terkejut ketika mengarahkan pandangannya ke arah lapangan. Sena benar-benar tidak habis pikir bahwa teman sekolahnya juga teman gengnya sedang di hukum menghadap tiang bendera dan menunjukkan posisi hormat.
Senan bergegas melangkah menuju guru BK, setelah mematung sejenak. Perasa taku mulai menghiasi hatinya, karena sudah jelas di manapun berada kalau guru BK itu pasti galak tidak ada yang lembut.
"Selamat pagi, Buk?" Sena mencoba menyapa guru BK itu
Guru beka itu dengan cepat mengarahkan pandangannya, ke arah sumber suara.
"Eh, kamu Sena. Pasti habis belajar makannya kesiangan."
Sena hanya menganggukkan kepalanya guna merespon pertanyaan dari guru BK.
"Memang kamu murid teladan. Silahkan mauk ke kelas."
Lagi, guru BK itu menyuruh Sena untuk masuk ke kelasnya tanpa dihukum terlebih dahulu.
"Baik, Bu... Terima kasih."
Keempat sahabat Sena terdiam menganga beberapa saat ketika menyadari bahwa Sena juha terlambat. Tapi yang membuat mereka Hera kenapa dia tidak kena hukuman sama sekali. Ini sungguh sangat pilih kasih. Mentang-mentang dia murid teladan, bisa-bisanya guru BK itu bersikap tidak adil.🐢🐢🐢
Udah segini dulu ya bab ini,
Gimana suka gak?
Kalau suka jangan lupa komen dan vote yah....Kalau misal ada typo jangan malu untuk mengoreksi...
Author lebih senang kalau ada yang berani memberi masukan.Salam kenal, saya s.a.j Kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja terakhir bersama Nadirra
Teen Fiction"sebuah kisah penantian dan kesetiaan yang berakhir dengan kesedihan."