Chapter 012:🐢🐢

21 21 0
                                    

SIAP BACA BAGIAN KEDUABELAS DARI CERITA SENJA TERAKHIR BERSAMA NADIRRA

~~~

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.
INGAT, AUTHOR LEBIH SENANG KALAU PEMBACA MENINGGALKAN JEJAK.

"Senyum bahagia kini akan tumbuh kembali, setelah pudar beberapa waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Senyum bahagia kini akan tumbuh kembali, setelah pudar beberapa waktu."

~~~

Tepat pukul 20.15 Sena terlihat sudah berpakaian rapih. Mengingat kini kondisinya sudah mulai membaik, ia bermaksud mau pergi ke rumah Dirra yang dulu. Barangkali ada informasi yang ia dapat dari mamanya Dirra.

Bentar-bentar katanya sakit kok sekarang udah mau pergi aja ni orang. Etis itu kan kemaren, inilah kekuatan cinta dari seorang Mama yang di salurkan ke bubur ayam, makanya ia cepat sembuh hihihi.
     
Berpamitan kepada  Mama dan Papanya yang lagi asik menikmati cemilan sambil nonton TV. Serasa lagi nonton di bioskop berdua makan cemilan. Tapi sayang cemilannya beda dengan yang ada di bioskop. Keripik singkong bukan popcorn.
     
Maksud Sena ingin kerumahnya Dirra dan bertemu mamanya, mungkin ingin menanyakan apa yang telah terjadi sama Dirra selama ini. Mungkin tante Amel tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Dirra. Kerana dia itu Mama kandungnya.

***

Setibanya di rumah Dirra, ada keraguan di hatinya. Tapi demi kebaikan Sena percaya diri dan memberanikan diri untuk menemui mamanya Dirra. Ia mencoba mengetuk pintupun secara perlahan-lahan, karena masih ragu-ragu. Satu dua kali masih tidak ada respon, untuk selanjutnya ia mendengar suara telapak kaki seseorang menuju pintu dan langsung membukanya.
   
Perasaan gugup, gemetar menemani Sena saat bertemu mamanya Dirra secara langsung malam itu. Ia berharap mudah-mudahan ada jawaban yang bisa membuat hatinya lega.
   
"Siapa?" tanya seorang wanita parubaya yang sedang membukakan pintu.
    
Lalu pandanganya terfokus ke arah dimana Sena berdiri. Sena benar-benar merasa gugup karena pandangan mamanya Dirra terlihat kurang suka terhadapnya. Sena tak berani menatap matanya ia hanya menunduk melihat lantai rumah itu.
    
Detik berikutnya Sena mulai bersuara dengan nada pelan, agar Dirra tidak mengetahui kedatangannya. Kalau Dirra bisa sadar akan kehadirannya di rumahnya, biasa gawat darurat dan mungkin rencananya gagal.
    
"Boleh aku duduk dulu Tante? sebelum aku menjelaskan semuanya, aku siapa, dan ada tujuan apa datang kesini?" 
   
"Silahkan, masuk," ucap Amel mamanya Dirra.
   
"Mau minum apa, kopi, teh atau apa?" timpalnya lagi seraya menawari laki-laki yang bertamu itu.
    
Sena menggeleng. "Tidak usah Tante, aku gak lama kok?" ucap Sena melempar senyuman. Sembari dilanjutkan bertanya.
    
"Tante, ini aku Sena teman kecilnya Dirra?" setelah memposisikan duduk dengan nyaman Sena memperkenalkan dirinya, dan menjelaskan maksud kedatangannya.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi sama Dirra. Kenapa Dirra kembali tak mengingat apa-apa yang telah terjadi di kota ini?"
   
Harapan terbesarnya saat ini ada segudang jawaban yang benar-benar membuatnya tidak di selimuti dengan rasa penasaran dan kesedihan. Karena ia melihat dengan keadaan Dirra saat ini sungguh sangat prihatin. Selain wajahnya pucat Dirra juga kadang terlihat suka memegangi kepala bagian belakang dengan ekspresi menahan rasa sakit. Meskipun baru beberapa kali saja ketemu.
     
"Oh, kamu anaknya Bu Tania, yah? Yang waktu itu ketemu di my rooftop?" Sena mengangguk.

"Waktu itu, ketika Dirra hendak pergi ke sekolah, Motor yang di tungganginya mendadak remnya blong, dan ia mengalami kecelakaan menabrak sebuah meobil warna merah yang melintas di depan motor yang Dirra kendarai. Dan mengakibatkan Dirra tepental ke belakang hingga mengalami benturan di belakang kepalanya yang cukup parah dan membuat Dirra tidak sadarkan diri beberapa hari. dan tidak mengingat hal apapun tentang dirinya, bahkan awal-awal Dirra kecelakaan mamanya saja tidak Dirra kenali tapi sekarang sudah mulai ingat." mamanya Dirra menghela napas sejenak sebelum melanjutkan ceritanya. Haya ada beberapa hal yang dia ingat."
    
"Apa Tante?" tanya Sena antusias.
    
"Dia hanya mengingatkan tempat dimana dia pertama kali melihat senja dan pertama kali dia bersenandung." Penjelasan Amel panjang lebar.
     
Sena hanya terdiam mendengar penjelasan itu dengan seksama. Sudah jelas untuk sekarang ini, bahwa dia itu benar adalah Dirra yang selama ini laki-laki itu nantikan kehadirannya sekaligus menepati janji-janjinya. Meskipun sekarang berbeda keadaannya.
    
Cerita mamanya Dirra membuat lemas, dan membuat kaki-laki itu meneteskan air mata mendengar apa yang telah terjadi pada sahabat kecilnya.
     
"Tante, aku kesini bermaksud untuk minta ijin sama Tante untuk mencoba mengembalikan ingatanan Dirra kembali? Karena Senandung itu aku Tante.. Aku yakin pasti ingatannya bisa kembali seperti dulu lagi?" ucapnya seraya meminta ijin untuk membawa Dirra untuk kembali mengingat ia dan masalalunya. Agar ingatannya kembali normal seperti biasa.
    
Amal mengangguk penuh harapan, berharap Sena bisa membuat Dirra kembali seperti sediakala.
    
"Tapi..." Tante Amel bersuara kembali, "Kamu harus tahu juga kalau Dirra sekarang mengidap kanker otak stadium akhir."

Deg...
    
Dengan cepat Sena menoleh ke arah mamanya Dirra, ia sangat terkejut akan ucapannya yang bilang kalau Dirra sakit parah selain amnesia.
    
"Kata dokter, umurnya tidak akan lama lagi." Tutur Amel kembali.
    
Sena benar-benar tidak menyangka kalau Dirra sahabatnya kecilnya itu akan mengalami semua ini secara bersamaan. Ari mata yang sedari tadi ia tahan-tahan, kini terus membasahi pipinya. Ia tiada tahan lagi medengar cerita dari mamanya Dirra yang membuat hatinya benar-benar hancur.

***

Nampaknya sudah larut malam, tidak terasa mereka berdua bercerita panjang lebar menghabiskan tiga jaman. Sena pun memutuskan untuk pulang, dan ijin pamit kepada Tante Amel. Tidak terlalu lega, namun seenggaknya laki-laki itu tau apa yang terjadi pada sabatnya kecilnya itu. Sahabat apa pacar sih? Au ah gelap.
     
"Tante, terimakasih yah atas waktunya? Sudah mau di ajak ngobrol, jadi ngerepotin Tante?" ucap Sena sembari berdiri dari duduknya.
     
"Nggak... Tante gak merasa di repotkan kok, malahan Tante seneng bahwa orang yang selama ini sering Dirra sebut udah mau bantuin, Tante."
     
Lelaki itu hanya memberikan senyum manisnya kepada Amel. Seraya berpamitan menyalami tangan wanita parubaya di hadapannya dengan sopan.
     
"Permisi Tante?"
     
"Iya, Nak, hati-hati yah." lambaian tangan dari mamanya Dirra mengiringi kepulangan sahabat dari putri kesayangannya. Amela sangat berharap besar terhadap Senan. Mudah-mudahan ini semua bisa membuat Dirra mengingat kembali dirinya. Sebelum benar-benar putrinya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
    
Amel berharap besar kepada Sena, supaya anak laki-laki yang barusan menemuinya bisa membuat bahagia Dirra di sisa-sisa hidupnya. Ia akan senang kalau putrinya pergi dengan ingatannya yang sudah kembali.
     
Sepanjang perjalanan pulang, hanya sepi hening menemani lelaki yang mengaku tampan itu menuju rumah 026 yang tidak lain itu adalah rumahnya. Nuansa klasik brwarna cream di hiasi serpihan brown di hiasi lentera yang tergantung di atap-atap rumah itu serasa rumah Jepang.
     
"Apakah aku bisa? membuat  ingatannya balik kembali seperti dulu. Entahlah lah aku bingung. Mudah-mudahan, ada keajaiban yang menerpa dirinya dan ingatannya. Juga mudah-mudahan aku bisa membuatnya bahagia sebelum ajal menjemputnya." Gumam Sena sambil berjalan menuju kamarnya di lantai dua.

🐢🐢🐢

Udah segini dulu ya bab ini,
Gimana suka gak?
Kalau suka jangan lupa komen dan vote yah....

Kalau misal ada typo jangan malu untuk mengoreksi...
Author lebih senang kalau ada yang berani memberi masukan.

Salam kenal, saya s.a.j Kim

Senja terakhir bersama Nadirra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang