4

6.4K 451 13
                                    

Author's Pov

Saat sedang lelap dalam tidur nyaman menyelami mimpi indahnya, mimpi dirinya yang sedang mengendarai motor impiannya, terpaksa ia harus bermimpi jatuh terseret dari motor saat tubuhnya merasa terguncang sesuatu.

Dengan berat hati Rai harus bangun dalam posisi tidur nyamannya dan membuka mata. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Mega yang sedang bersila dihadapannya.

“ada apa?” suara berat serak khas bangun tidur itu keluar dari mulut Rai dengan nada lemas.

“aku, mau mangga muda”

“hah?”

“ish! Mangga muda Rai!!” desis Mega geram, kembali mengulang perkataannya.

Mau bagai mana lagi? Ia merasa sudah tidak bisa menahan kemauannya, otaknya sudah berputar-putar membayangkan mangga muda.

Sedangkan Rai sudah menelan liurnya, membayangkan mangga muda, tiba-tiba saja liurnya terasa banyak dan giginya terasa ngilu.

Dengan mata berat ia menatap jam dinding, jam 3 pagi!

“besok aja ya aku cariin, ini udah mau subuh ga ada yang jual jam segini” alasan Rai mengubah posisi kepalanya berpaling dari wajah penuh binar Mega. Ia kembali memejamkan mata.

“dihalaman belakang ada pohon mangga, baru berbuah!” Rai memutar kembali kepalanya untuk menatap Mega, memastikan wajah itu tidak bercanda.

“udah jam berapa ini? Nanti perut kamu sakit”

“engga akan, ayo Rei. Nanti anaknya ileran, emang mau?” ucapan ambigu Mega membuat Rai mengeryit.

Itu maksud 'anaknya' apa ya?

Enggan berasumsi Rai duduk dari tidurannya, mencoba mengumpulkan nyawanya, matanya masih sangat berat tapi juga tidak mau menolak keinginan Mega, permintaan yang makin hari, makin aneh.

Dia harus menerima ini demi anaknya!

Rai menatap pohon mangga yang tidak tinggi tapi juga tidak bisa dibilang pendek. Saat ingin menyuruh pak Warso selaku sekuriti dirumah itu, Mega menolak dengan alasan pak Warso sedang tidur di pos nya. Terpaksa Rai harus menatapi pohon mangga itu sekarang.

“buahnya belum pada mateng, tuh liat masih kecil-kecil” ucap Rai mencoba bernego.

Sebenarnya buah itu tidak terlalu nampak sekarang, karna pencahayaan dikebun belakang juga redup karna terlalu jauh dari sumber cahaya. Bahkan Mega sampai membawa lampu LED emergency untuk penerangan tambahan.

“ya itu yang namanya mangga muda, kalo udah mateng ya mangga mateng dong!” kesal Mega

Rai mengangguk, lalu mencari sesuatu, mungkin dia akan menemukan galah untuk menggaet mangga itu. Tapi sepertinya rumah megah ini tidak memilikinya.

“pake apa ambil mangganya? Ga ada galah!”

“panjatlah, kamu kan bisa manjat! Aku pernah liat kamu manjat pohon ini waktu kamu SMA”

“ya, kalo siang si aman aja. Inikan gelap kalau nanti aku salah nginjek dahan yang rapuh. Jatuh dong aku”

“gapapa, berjuang dikit kek buat anaknya” lagi-lagi kata ambigu itu keluar dari mulut Mega.

Dengan berbekal keyakinan Mega! Rai mulai memanjat pohon mangga itu. Dengan hati-hati dia mengetes pijakannya pada setiap dahan kayu. Hatinya terus merafalkan doa-doa berharap penunggu pohon mangga itu tidak komplen dan menampakan diri.

Kan ngeri juga kalau tiba-tiba Rai naik sendiri tapi diatas pohon berdua.
Untuk mengusir rasa takutnya, Rai membayangkan kunti cantik dan glowing. Aneh juga memikirkan itu.

Geminions (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang