14. PENYELAMAT HATI

32 6 5
                                    


"Lo aman sekarang."
Tiga kata yang membuat perempuan yang kini terlihat pucat merasa sangat lega. Aily terjatuh kondisi nya begitu sangat mengkhawatirkan. Kedua tatapan matanya terlihat begitu kosong. Ia terlihat begitu tak berdaya.

Alextro mendongkak menurunkan satu lututnya, mendekatkan dirinya ke arah Aily yang kini sedang terbaring lemah. Tatapan tulus khawatir dari kedua netra Alextro langsung beradu dengan Aily yang yang ternyata juga sedang menatapnya dirinya.

"Tenang ya gue ada disini. Lo aman sekarang." Ucap Alextro lagi sangat lembut. Tanpa sadar Aily hanyut dalam tatapan dalam itu.

"Ka, gue minta tolong lo sama Kalana bawa Aily ke klinik atau tempat apa lah terserah lo, jaga pastiin dia aman dan baik-baik aja." Suruh Alextro memerintah Raka yang kemudian langsung di anggukan.

Kalana mendekat, melepaskan ikatan tali yang masih terpasang di tangan perempuan itu. "Lo tahan ya kak kita bakal bawa lo ke klinik sekarang."

Nana membantu Aily berdiri, merangkulnya dengan sangat hati-hati. "Kak Aily, lo beneran bisa jalan? kalau masih sakit gue bisa kok suruh Raka buat gendong lo."

"Makasih nggak papa kok, aku masih kuat jalan." Lirih Aily berjalan dengan sedikit pincang disusul Kalana juga Raka dari arah belakang.

Kedua mata Alextro masih melihat dan mengikuti arah Aily berjalan, memastikan perempuan itu sudah tak lagi di dekatnya dan baik-baik saja.

Dengan amarah yang membludak dan tatapannya yang tajam terhadap Ala juga anak Vabregaz yang lain. Sebagai seorang pemimpin geng motor yang tangguh dan penuh tanggung jawab, Alextro berjalan sendirian ke depan menghadap mereka semua tanpa rasa takut, berdiri tepat di tengah-tengah Felix dan Janu. Meski jumlah The Warrior's tak sebanyak anggota Vabregaz, itu sama sekali tak mengurungkan sedikitpun rasa keberanian Alextro juga teman anggota lainnya.

"SERANG!!!"

Alextro, Felix, Janu juga anggota The Warrior's lainya menyerbu Vabregaz, begitupun sebaliknya. Tanpa ampun dan tanpa memperdulikan dirinya sendiri, Alextro menyerang mereka satu persatu dengan tangan kosongnya.

Singkat cerita Alextro dan teman-teman The Warrior's lainya berhasil mengalahkan semua anggota Vabregaz dengan mudah. Terlihat mereka sudah babak belur, lemah dan tak dapat untuk kembali melawan.

Alextro mendekat ke arah pemimpin Vabregaz, memaksa pria itu berdiri dengan mencengkram kedua kerahnya dengan kuat. "Inget jangan pernah sekali lagi lo sama temen-temen lo buat gangguin kita ataupun perempuan tadi! kalau gue liat lo masih bikin onar, gue nggak akan segan-segan buat bikin lo lebih sakit dari ini! lo denger itu baik-baik!"

****

"Ini kamu minum dulu ya nak." Seorang ibu menyodorkan secangkir air teh hangat pada Aily yang sedang terbaring lemas di sofa markas The Warrior's.

"Terima kasih Bu." Aily tersenyum kikuk pada seorang wanita paruh baya yang entah siapa berada di samping dirinya.

"Raka maaf tolong ambilin ibu kotak p3k yang ada di rak depan dekat pintu."

"Oh baik bu sebentar."

Raka langsung bergegas pergi ke area depan markas, mencari kotak obat yang ibu itu maksud dan saat itu juga ia berpapasan dengan Alextro yang baru saja datang.

Raka kaget saat melihat kondisi wajah Alextro penuh memar lembam dan banyak luka akibat pertarungan tadi. "Astaga bos muke lo, lo nggak apa-apa?" Tanya Raka menyentuh pipi Alextro yang tak lama kemudian di tepis.

"Udah lo nggak usah lebay gue kagak apa-apa. Lo kok bawa Aily kesini, kan tadi gue suruh bawa dia ke klinik, lo gimana sih!"

"Nah itu dia bos, gue sama adik lo tadi udah mau belokin ke klinik tapi si Aily sendiri yang nolak dia nggak mau katanya nggak papa. Gue bingung ya udah gue bawa kesini aja, eh kebetulan ada nyokap lo disini." Jawab Raka menjelaskan dengan detail maksud dan alasan kenapa saat ini Aily ada di markas The Warrior's.

"Ya udah sekarang dia dimana? kondisi dia gimana?"

"Iya itu di ruang tengah sama Ibu bos."

Dengan segera Alextro pergi ke arah Aily tapi sebelum itu dirinya di tahan langsung oleh Raka.

"Aduh apaan lagi."

"Sorry nih sebelumnya bos bentar dulu, tadi gue di suruh Ibu bos ambil kotak p3k tapi nggak ketemu, lo tahu nggak ada di sebelah mana heh." Tanya Raka nyengir memperlihatkan deretan giginya yang hampir kering.

"Noh ada di etalase. Udah ya gue mau liat keadaan Aily."

Raka mengangguk dan langsung berseru dengan tangan bersikap hormat. "Makasih bos."

"Minum lagi nak mompong masih anget." Kata ibu itu lagi, yang kemudian di anggukan oleh Aily masih terkesan malu.

Aily berusaha bangun memposisikan dirinya dengan nyaman kemudian kembali menyeruput teh hangat tadi.

"Akh!" mendadak Aily kembali meringis merasakan kedua ujung bibirnya yang memar biru masih terasa sangat nyeri.

Alextro masuk ke ruang tengah di barengi dengan Raka yang membawa kotak obat p3k, dan ya seperti Raka sebelumnya, orang-orang yang ada disana terkejut dan kaget sama melihat wajah Alextro yang begitu kotor dan penuh dengan luka memar.

"Astagfirullah nak, sini mamah obatin luka kamu." Ujar wanita itu penuh khawatir.

"Extro nggak papa mah,"

"Yakin kamu beneran nggak apa-apa?" Tanya Aily penuh lembut, kali ini giliran ia yang berbicara. "Aku minta maaf ya."

Alextro duduk di kursi plastik berhadapan langsung dengan Aily. Dengan cepat ia meminta maaf atas apa yang menimpa Aily sekarang. Alextro menganggap ini semua benar-benar ulah dirinya. "Apaan sih harusnya gue yang bilang gitu ke elo. Gue bener-bener minta maaf ya. Lo kayak gini gara-gara gue."

"Enggak kok, lagian aku juga nggak apa-apa makasih ya kamu udah nyelamatin aku."

"Sama-sama. Oh iya maaf juga bukanya gue nggak mau obatin lo, tapi gue cuma nggak mau nyentuh lo sembarangan jadi biarin mamah gue aja ya yang obatin lo. nggak papa kan?"

"Iya nggak papa kok."

Raka mendekat menyodorkan kotak obat tadi yang ibu Alextro minta. "Ini bu kotak p3k nya."

"Nak cantik, ibu obatin ya lukanya."

Aily mengangguk membiarkan ibu Alextro memegang dan mengobati luka di pergelangan tangan, kaki juga wajahnya.

"Aww aduh!" Lagi lagi Aily kembali meringis merasakan perih pada obat yang mulai meresap pada lukanya.

"Tahan ya emang agak perih, sebentar lagi selesai kok." Kata Ibu Alextro kembali mengoleskan obat merah kemudian membalutnya menggunakan kapas juga plester.

Aily kembali meringis mengigit bibir bawahnya menahan rasa perih. Walau perih ia harus tetap menahannya ini juga demi kesembuhan dirinya.

Di sisi lain terdengar begitu kencang suara deru motor yang bersahut-sahutan mulai mendekat ke arah markas, sepertinya itu anggota The Warrior's yang baru sampai.

"Mah Extro ke depan dulu mau liat kondisi anak-anak lain, mamah temenin Aily dulu ya."

Dengan segera Alextro berdiri dan pergi melihat kondisi teman-temannya yang mungkin sekarang sedang kesakitan dan juga babak belur seperti dirinya akibat pertarungan tadi.

-
-
To be continued...
Segini dulu ya bray slow down pelan-pelan aja,
Di tulis kurang lebih 1100 kata seperti biasa ada typo tandai ya, jangan lupa follow Instagram bang author.
Jazakalllahu/Jazakilllahu terima kasih banyak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALEXTROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang