5: Apa kabar, Asmara-ku?

16.2K 992 89
                                    

Hai teman-teman jangan lupa tinggalkan vote serta komentar positifnya.

🦋🦋🦋🦋

Asmara memandang surat yang masih dipegangnya dengan tatapan bingung, siapa gerangan yang memberinya surat dengan kata-kata romantis seperti ini. Kedua bola mata Asmara turun pada tulisan yang berada di pojok kanan bawah, lipatan pada dahi Asmara terlihat setelah membaca tulisan tersebut.

'Dari seseorang yang pernah kamu pegang lesung pipinya.'

"Siapa?" Katanya bingung.

Asmara menjatuhkan kedua tangannya yang memegang surat tersebut dengan kepala yang sedikit mendongak untuk mengingat-ingat. Setelahnya kepala gadis itu tidak lagi mendongak, kedua matanya turun untuk kembali membaca kalimat yang berderet rapi di atas kertas putih.

"Om Dewa?" Tebaknya, namun pandangannya tampak tidak percaya.

Asmara menggelengkan kepalanya, tidak mungkin Dewa yang memberinya surat. 16 tahun sudah berlalu, Asmara tidak yakin jika Dewa masih mengingatnya. Bahkan Asmara pun ingat-ingat lupa, tetapi jujur saja Asmara kadang berharap bisa dipertemukan lagi dengan pria lembut, manis, serta menawan seperti Dewa.

Asmara pun menyingkirkan sejenak rasa penasarannya dan memasukan surat tersebut ke dalam tas selempangnya. Mungkin nanti ia akan mencari tahunya, sekarang dia harus memberi ilmu terlebih dahulu pada anak-anak.

Tak terasa jam sudah menujukkan pukul 14.00 siang, sudah waktunya untuk pulang.

"Oke anak-anak kita sudahi pelajaran hari ini ya, silahkan dimasukkan ke dalam tas perlengkapan belajarnya. Kita bersiap-siap untuk pulang" Asmara berucap lembut dengan wajah yang selalu berseri kepada anak-anak muridnya.

Sorak kegirangan tercipta oleh anak-anak murid yang tampak sangat menikmati pembelajaran pada hari ini, dengan wajah senang mereka mengemasi alat-alat belajarnya ke dalam tas.

"Oh iya ibu guru lupa, besok libur dulu ya anak-anak karena besok akan ada acara besar di desa kita."

"Baik ibu guru!" Jawab anak murid Asmara serentak.

"Ayo duduk yang rapi lalu berdoa sebelum pulang."

Salah seorang anak laki-laki yang ditunjuk oleh Asmara sebagai ketua kelas pun menyiapkan teman-temannya untuk duduk yang rapi, lalu anak laki-laki itu pun memberi arahan teman-temannya untuk berdoa sebelum pulang. Setelah selesai berdoa anak-anak pun menyalami serta melambaikan tangannya sebelum pulang. Asmara membalas lambaian tangan anak-anak kesayangannya, senyum manis terukir menghiasi wajah cantik rupawannya.

Asmara tadi diberi arahan oleh kakak perempuannya untuk menghampiri warung sang ibu setelah selesai mengajar, sebelum pergi Asmara membereskan terlebih dahulu beberapa buku yang ada di mejanya. Setelah selesai Asmara mengunci kelas tersebut dan melangkahkan kakinya meninggalkan bangunan dengan halaman indah itu.

Seorang pria dibalik pohon mangga besar itu keluar dari persembunyiannya, senyuman manis terukir di wajah pria kisaran berumur 40 tahunan itu. Raden Sadewa tersenyum menatap punggung Asmara yang perlahan menjauh, tadi setelah dia menyuruh Bimo untuk memberikan surat kepada Asmara dia tidak benar-benar kembali ke rumah milik kepala desa. Pria itu rela menunggu lama sampai Asmara keluar. Setelah jarak Asmara lumayan jauh dengannya Dewa melangkahkan kakinya perlahan mengikuti Asmara.

Dewa Asmara | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang